"Aku tidak bisa menahan jika kalian memutuskan untuk pergi lebih cepat, tapi terima kasih untuk kuenya, aku pastikan Leana dan anak-anak yang lain menikmati kue ini, terima kasih," ucap Nendi dengan senyum hangatnya, ia tak ingin menahan Haikal dan Luna jika keduanya memiliki tempat lain sebagai tujuan mereka.
Luna tersenyum disela anggukannya, setelah berpikir sejenak dan melakukan diskusi bersama Haikal selama perjalanan menuju panti keduanya sepakat hanya mengantar kue yang mereka beli itu lalu pergi ke suatu tempat, awalnya mereka berdebat sebab Luna tak ingin jalan-jalan di sore hari bersama Haikal, namun lelaki itu kukuh untuk mengajak Luna berkeliling kota sekali lagi.
"Titip salam sama Leana dan anak-anak yang lainnya yah tan," Nendi hanya mengangguk menanggapi ucapan Haikal.
"Kalian hati-hati, Haikal jangan ngebut, soalnya kamu bawa anak orang," Nendi mengerling nakal pada Haikal yang mana dibalas oleh lelaki itu, membuat Luna hanya tersenyum canggung dan sesekali mencubit lengan Haikal pelan.
"Kami pamit dulu," senyuman Luna membuat Nendi yakin 100% jika gadis itu adalah putri Niana.
Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Luna segera naik ke motor Haikal. Awalnya ia sedikit ragu untuk memeluk lelaki itu sebab Nendi masih berdiri di depan gerbang sembari mengamati mereka. Ia hanya tak mau jika hubungannya dan Haikal akan kembali menjadi kesalah pahaman di mata Nendi.
"Peluk Lun," sahut Haikal sembari menuntun tangan gadis itu untuk memeluknya, hal yang membuat Nendi semakin gencar menggoda mereka.
Setelah di rasa Luna sudah memeluknya dengan segera Haikal pun melajukan motornya meninggalkan halaman panti asuhan. Sekali lagi Luna hanya bisa pasrah kala lelaki yang berada dalam pelukannya itu membawanya berkeliling tanpa ia ketahui arah dan tujuan mereka.
Ini aneh, kenapa gue mulai terbiasa dengan kelakuan Haikal? Gue gak mungkin jatuh cinta kan sama nih bocah?. Batin Luna saat ia merasa nyaman memeluk Haikal saat lelaki itu melajukan motornya melewati beberapa kendaraan di depan mereka. Hingga tak lama kemudian lelaki itu menepikan motornya ke depan warung makan yang berada tak jauh dari jalan.
"Lo gak lapar?" tanya Haikal sembari melepaskan helmnya.
"Lapar," jawab Luna sembari turun dari motor dan tak lupa setelahnya ia berdiri disamping Haikal dengan ekspresi polos, membuat Haikal tersenyum karena itu.
"Lo mulai terbiasa yah? harus gue yang ngelepasin helm lo," sahut Haikal saat tangannya bergerak untuk melepaskan helm gadis itu.
Sesaat Luna memikirkan ucapan Haikal, ia terkejut kala mengetahui dirinya secara alamiah mendekati lelaki itu hanya untuk melepaskan helm yang dirinya pun bisa melakukan itu dengan mudah. Karena malu, Luna hanya bisa melihat ke arah lain sembari menggeser langkahnya ke samping agar Haikal punya ruang untuk turun dari motor sportnya.
Gila, kok gini sih. Luna mencoba untuk mengumpati dirinya, wajahnya mulai memerah karena malu. Sebelum akhirnya ia mengekor kala Haikal sudah lebih dulu masuk ke dalam warung makan yang tak terlalu besar itu.
"Mau makan apa?" nada suara Haikal membuat jantung Luna tak baik-baik saja, terlebih dengan tatapan hangat yang diberikan Haikal.
Ah sial, kok gue baru nyadar nih anak soft kayak gini, ahh sial. Dengan sekuat tenaga Luna mencoba untuk tetap terlihat santai, sebelum matanya tertuju pada menu yang terpampang dengan jelas di dinding warung makan itu.
"Nasi goreng sea—" Luna menggantungkan ucapannya kala ia mengingat jika lelaki di sampingnya itu tak begitu bersahabat dengan yang namanya seafood, "samain aja sama pesanan lo," lanjut Luna, melihat itu Haikal hanya mengulum senyumnya. Tingkah Luna hari ini benar-benar membuatnya gemas sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [COMPLETED]
Teen FictionAuthor: DYALOVAA Aluna Maisie seorang gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, harus dikejutkan dengan rumor yang beredar jika dirinya adalah kekasih dari seorang lelaki bernama Haikal Mahardika. Sosok yang bahkan tak pernah ia temui, t...