37

374 56 23
                                    

'Gue nugas dulu yah, jangan rindu, bubai pacarnya aku'

Kalimat itu terus saja terputar di dalam kepala Luna, kalimat yang diucapkan Haikal seminggu yang lalu, kini lelaki itu bagaikan hilang ditelan bumi, setelah percakapan panjang mereka Haikal tak lagi memberi kabar pada Luna.

Bahkan pesan dan telpon Luna pun tak digubris, berulang kali Luna berpikir mungkin lelaki itu benar-benar sibuk, hingga melupakan dirinya. Sudahlah memikirkan tentang Haikal bisa membuat kepala Luna sakit sendiri.

'Ada kok, Haikal lagi nugas bareng Regam'

Luna mengangguk mengiyakan ucapan Salsa saat ia menelepon gadis itu hanya untuk menanyakan kabar Haikal. Namun jujur saja, hatinya tak enak selama seminggu ini dan Luna tak suka itu, ia bahkan bingung penyebab hatinya gundah itu apa.

"Anak mama yang satu ini kok, murung seharian hmm?" Timpal Niana saat ia baru saja menyelesaikan acara masak memasaknya, yang membuat Luna tersenyum hangat dan menggeleng sebentar.

"Seminggu kamu gak keluar rumah, keluar tapi hanya beberapa jam, gak rindu sama teman-teman kamu?" Lagi Niana berucap, kali ini ia menyuapkan kue kering yang ia buat ke pada putri satu-satunya itu yang sebentar lagi akan menjadi seorang kakak.

"Dibilang rindu, yah rindu, hanya yah itu mereka cuman teman yang gak sedekat Sheina dan Nesta, jadi gak bisa aku lama-lama sama mereka, Luna seketika jadi introvert kalau sama mereka, mama kan tau Luna tipe gadis yang kalau gak terlalu akrab bawaannya diam mulu, beruntung loh waktu acara tunangan Zaskia, Nesta datang, jadi Luna nyaman lama-lama," jelas Luna yang membuat Niana mencubit pelan hidung anaknya itu.

Ia lupa bagaimana pembawaan Luna jika dilingkungan sosial yang tidak begitu akrab dengannya, sifat Niana menurun pada putrinya itu. Mereka terlalu sulit untuk berbaur di lingkungan yang masih begitu asing untuk mereka.

"Oh iya tumben kamu gak telponan akhir-akhir ini sama Haikal, lagi marahan?"

Pertanyaan Niana membuat Luna terdiam sejenak sebelum ia menghela nafas berat dengan senyuman kecut, bercerita tentang marahan ya memang mereka sedikit bersitegang hanya karena Haikal tak setuju Luna menambah liburnya itu di Bali, tapi itu tidak masuk dalam hal yang serius, toh keduanya kembali tertawa setelah itu.

"Gak, baik-baik aja kok ma, hanya yah itu, dia sibuk dengan tugasnya, Luna juga nanti kalau masuk kuliah pasti akan sibuk dengan tugas, melihat waktu Haikal dan Kak Dika masuk dulu juga hampir gila karena tugas," jawab Luna dengan tawa garing di akhir kalimatnya.

"Eh ma, baru ingat semalam aku sama papa iseng-iseng daftar beasiswa di Universitas Irnesia," lanjut Luna dengan ekspresi bahagia.

Niana yang mendengar itu hanya menatap Luna dengan sedikit terkejut, pasalnya ia tahu kalau Reno pernah berencana untuk mengirim anak satu-satu mereka ke Negeri yang terkenal dengan Bunga Vilvienya itu, namun tentu saja Luna sedikit menentangnya. Tapi melihat bagaimana raut putrinya saat ini, ada rasa tak tega yang seketika menyelimuti Niana.

"Bercanda doang kok ma, habisnya semalam gabut bareng papa, oh ia kan Luna udah mau balik nih lima hari lagi, mama gak ada rencana untuk beremuk nama adiknya Luna gitu?"

Pletak~

Luna meringis kala mendapatkan pukulan kecil di kepala akibat pertanyaannya itu, bagaimana bisa mereka beremuk saat usia kandungan Niana baru memasuki 3 bulan, bukankah itu terlalu cepat. Tak tahu jika kini Luna tengah mencoba untuk menghibur dirinya sendiri dari pikiran tentang Haikal.

Bohong jika Luna bilang ia masa bodo dengan lelaki itu yang seketika hilang kabar, walaupun Luna masih memantau sang kekasih dari Salsa, tapi tetap saja. Luna ingin mendengar kabar Haikal dari mulut anak itu sendiri. Hingga suara bel mengalihkan atensi anak dan ibu itu.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang