32

398 55 8
                                    

"Kalau nenek tanya kamu dari mana jawabannya apa?" tanya Soraya saat ia tengah merapikan penampilan Luna yang mana gadis itu sudah diperbolehkan untuk pulang sore ini.

"Nginap di rumah bunda," Soraya menepuk puncak kepala Luna dengan senyuman bangga kala gadis itu menjawab sesuai dengan yang ia perintahkan.

Tak tahu jika kini Luna tengah memikirkan Haikal, yang katanya lelaki itu akan menelponnya setelah sampai rumah semalam namun nyatanya? Luna bahkan sampai lelah menunggu, dan hari ini sudah pukul empat sore tapi lelaki itu tak juga muncul, membuatnya semakin penasaran saja. Belum lagi Haikal yang tak membaca pesannya, sebenarnya apa yang dilakukan lelaki itu hari ini, tidak biasanya ia mengabaikan pesan dari Luna.

Soraya memukul pelan dahi gadis itu, menyadarkannya jika mereka akan berangkat. Senyuman manis yang diberikan Luna adalah pertahanan saat kepalanya terus saja memikirkan Haikal. Sungguh ini pertama kalinya Haikal mengabaikan pesan ataupun mengingkari janji, jadi tak apakan jika Luna merasa khawatir?

"Makasih loh udah mau ngabarin aku pas ngelihat Radika sama adiknya di sini," ucap Soraya saat mereka bertemu dokter yang menangani Luna semalam. Pria itu terlihat tampan diusianya yang Luna tebak mungkin seumuran dengan papa atau mamanya.

Sesekali Luna mengangguk, kini terjawab sudah pertanyaan mengenai kehadiran Ibu Radika itu di rumah sakit. Sebelum sang dokter menundukkan wajahnya pelan untuk melihat Luna lebih dekat lagi. Membuat Luna refleks menajuhakn wajahnya dengan mata yang membulat, ayolah jika dokter itu lebih dekat lagi mungkin Luna akan memikirkan untuk menjadi seorang sugar baby.

Tersenyum ramah, "Dia benar-benar mirip dengan Niana, bagaimana bisa?" timpal sang dokter kemudian menjauhkan wajahnya dari Luna, membuat gadis itu mencoba untuk mencari oksigen sebanyak mungkin dengan cara elegan.

"Tentu saja, dia kan putrinya, ahh sudahlah jangan berpikir untuk mendapatkan anaknya jika mamanya tak bisa kamu dapatkan, ingat anak sama istrimu"

Luna mengulum senyum ketika mendengar Soraya menegur pria itu, tak lupa ia juga memukul lengan dokter yang Aluna akui memiliki aura sugar daddy yang tak terbantahkan itu dengan sedikit keras, membuat yang dipukul hanya bisa tertawa.

"Dia memang sedikit miring dari dulu, maka dari itu ia tidak lulus ujian kedokteran," sindir sang dokter yang lagi membuat Luna tertawa. Sesaat Luna membaca name tag pria itu. Geovani Alexander, wah namanya saja sudah menunjukkan karakter dokter ini. Luna membatin.

"Jika aku lulus mungkin sekarang kamu tidak akan setenar ini, sudahlah aku harus pulang suami ku menunggu, bye"

Luna tersenyum ramah pada Alexander, ia tak ingin melenggang begitu saja mengikuti sang tante. Bukankah itu sedikit tidak sopan, pada seseorang yang telah menyelamatkannya semalam?

"Terima kasih dan saya permisi dulu"

"Ahh Aluna kan? Kamu harus check-up lusa yah? Aku mengizinkanmu pulang bukan berarti kamu baik-baik saja, ok cantik?"

Senyuman Luna melebar membuat matanya hampir berbentuk bulan sabit, ia tahu jika pria itu pasti memiliki masa lalu dengan ibunya sebab dibuktikan dengan ucapan Soraya dan cara dokter itu memperlakukannya bak anaknya sendiri, setidaknya dokter itu mampu membuat Luna melupakan tentang Haikal sesaat, jika tidak kepala gadis itu mungkin akan merasa pusing karena Haikal.

"Bagaimana jatuh cinta bukan? Mama mu saja saat bertemu dengan dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi tetap saja yang berhasil mendapatkan hati seorang Niana yah papa mu," jelas Soraya saat mereka sudah meninggalkan lingkungan rumah sakit.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang