Ngapain Kalian?

72 8 2
                                        

Kamar Aurora berada di atas sebelah kanan, tentunya Kezie sebagai roommatenya. Di seberang kamar mereka adalah kamar Billy dan Joshep. Sedangkan Jessica dan Azka memiliki kamar sendiri yang terpisah.

Sampai sekarang Aurora tidak menyangka jika Joshep adalah keponakan Billy. Walaupun sahabatnya, ia merasa malu dengan semua yang pernah ia ucapkan pada Joshep.

'Tunggu... Kenapa gue harus malu? Toh... Joshep sahabat gue.'

Tidak terhitung berapa banyak Aurora mengekspresikan hayalannya. Dari mulai menggelengkan kepala, mengangguk-angguk, tersenyum, tersipu, hingga cemberut. Tidak masalah bukan, jika Aurora menyukai Om sahabatnya.

'Mungkin kami juga bakal jadi keluarga bahagia hehee.'

Aurora seperti orang gila di dalam kamar, untung saja Kezie sedang tidak di kamar melihat keanehannya.

'Gila... ntar Josh manggil gue apa, ya? Tante? Aunty? Gimana kalau dia malah manggil Bibi? Tuh bule sedeng kan suka cari gara-gara ama gue!'

Jika dihitung mungkin sudah dua jam Aurora memikirkan hal-hal random itu. Sedangkan yang lain sedang tidur melepas penat dari perjalanan tadi. Kesepakatannya, mereka akan berkumpul nanti sore di taman belakang.

Merasa tenggorokannya terasa kering, Aurora beranjak dari zona khayalan yang sudah ia tempati selama tiga jam lamanya. Aurora menuruni anak tangga itu satu persatu. Ia menuju ke dapur mengambil sebotol mineral dingin dari dalam kulkas.

"Ara."

"Ah!!- Uhukk hukk uhuk" Bukan hanya tenggorokannya yang perih tapi juga hidungnya karena tersedak.

"Astaga. Maaf maaf. Aku nggak maksud buat ngagetin kamu," ujar Billy sambil menepuk pelan punggung Aurora untuk meredakan batuknya.

"Uhhuk... G-gapapa kok, Kak. Udah mendingan juga, makasih." Aurora menoleh pada Billy. Jarak wajah mereka begitu dekat sekarang dengan posisi Billy di sampingnya. Tangan kanan Billy berada di punggung Aurora, sedangkan tangan kirinya berada di pundak sebelah kiri Aurora. Gadis itu menatap kedua bola mata Billy. Bola mata yang memancarkan kekhawatiran.

"Perih, ya?" Tanya Billy lagi membuyarkan lamunan Aurora.

"A-ah udah enggak kok, Kak." Aurora sedikit kecewa ketika Billy melepaskan rangukulannya. Sentuhan ringan yang mendebarkan. Dalam hati ia kesal bisa begitu berdebar dengan sentuhan kecil Billy padanya.

'Gatel banget sih lo, Ra!'

"Ngapain di sini?" Billy tau itu pertanyaan bodoh, ia hanya merasa gugup hingga tidak tau mau bicara apa. Kegugupannya bertambah ketika Aurora tertawa kecil menatapnya.

"Minum, Kak. Haus," ujar Aurora tersenyum sambil menunjukan gelasnya membuat Billy semakin salah tingkah. Padahal baru saja ia tersedak, Billy malah menanyakan tujuan gadis itu berada di dapur.

"Kakak mau minum juga?" Lanjutnya.

"Enggak. Aku mau siapin makan malam buat kita," ujar Billy yang mulai menjaga jarak pada Aurora dengan menyiapkan peralatan dan bahan untuk memasaknya.

"Masak?" Tanya Aurora yang di balas anggukan oleh Billy.

"Kakak yang masak?" Tanyanya lagi seolah tak percaya Billy benar-benar bisa memasak.

Om Jadian Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang