Asep

1K 32 3
                                    


"Pergi! Sana sama cabe-cabean lo yang bedaknya ngalahin tebel kerak nasi magic-com anak kosan! Gak usah peduliin gue!" Ketus gadis itu sambil melangkahkan kakinya lebih cepat. Pria yang menerima teriakan itu tampak tergesa menyusulnya.

"Duh... Lo kenapa deh? Marah-marah mulu perasaan. Cemburu?" Pria itu menaik-turunkan alisnya menggoda gadis yang sedang kesal itu.

"Iih... si bego. Ngapain gue cemburu coba!? Mereka mah gak ada apa-apanya dibandingin gue," ujar gadis itu dengan angkuh.

Apa yang dikatakannya fakta bukan opini. Wajar sombong karena ada yang bisa disombongkan. Toh... Menyombongkan milik sendiri, bukan milik orang lain. Cantik, baik, kaya, lucu, ugh... cuma pria jadi-jadian yang tidak tertarik padanya.

"Iya deh iya. Ya udah, jangan marah lagi ya wanita paling cantik se kampung durian runtuh kampungnya Upin & Ipin," ujar pria itu dengan suara yang dibuat seimut mungkin membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

"Asep!! Iih jijikkkk... Sana lo jauh-jauh dari gue," ujarnya sambil memukul-mukul lengan pria yang dipanggilnya 'Asep' itu.

"Esap Asep Esap Asep. Potong kambing nih buat nama gue," ujar pria itu tak terima dirinya dipanggil Asep.

"Nama lo siapa?"

"Joshep Wesphal."

"Nah... kan tuh ada sep sep nya. Gak salah dong gue," ujar gadis itu lalu memasukan permen milkita rasa strawberry ke dalam mulutnya. Ia memang pecinta permen yang kaTanya 'tiga lolipop milkita setara dengan segelas susu' itu.

"Serah lo deh Aurora Esther yang terhormat. Capek gue ngomong sama lo. Jadi kita udah baikan nih, ya? Lagian lo ini marah-marah kenapa sih?" Tanya Joshep mulai frustasi.

Joshep memang selalu mengalah pada Aurora. Ia tak pernah menang melawan gadis itu. Kadang Joshep heran kenapa Aurora bisa berubah seperti sekarang. Saat dibangku SMA dulu Aurora lebih manis, kalem dan lembut.

'Nih anak ngapain natap gue gitu. Kayak ibu kos lagi nagih hutang'

"Lo kan kemaren janji nemenin gue belanja. Gue udah nunggu sampe sore lo gak dateng dateng. Kata Kezie lo pergi ama Xena. Tau gitu gue gak usah nunggu lo," ujar Aurora sambil menghentak-hentakan kakinya dengan kesal.

Kemarin Aurora seharian menunggu Joshep menjemputnya. NyaTanya pria itu tidak datang-datang. Dihubungipun tidak diangkat. Akhirnya Aurora menghubungi Kezie, sahabat mereka yang mengatakan jika Joshep pergi dengan Xena, salah satu teman kencannya.

"Hehe... sorry deh sorry. Gue bener-bener lupa kemaren, Ra. Sekarang aja gimana?" Bujuk Joshep sambil tersenyum.

Aurora masih diam menatapnya. Joshep memutar otaknya mencari ide untuk membujuk gadis itu.

"Gue bayarin deh... gratis... semua belanjaan lo... gimana?"

Joshep menghitung dalam hati sambil menahan senyumnya. Detik kemudian kedua mata Aurora berbinar. Dengan cepat ia merangkul lengan Joshep sambil menunjukan senyuman manisnya pada pria itu.

Aurora bukan gadis matre. Uang yang dikirimkan orang tuanya lebih dari cukup. Tapi jika ada yang ingin mentraktirnya, kenapa tidak? Uang bulanannya bisa ia simpan untuk keperluan lain.

"Tunggu apa lagi? Yuk, Sep." Aurora dengan semangatnya setengah menyeret Joshep hingga pria itu kesulitan mengikuti langkahnya.

"Jangan panggil gue Asep, Ara!"

Om Jadian Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang