"Wesphal!!" Teriakan nyaring itu membuat Billy terlonjak. Bahkan ponsel yang ia pegang hampir saja terlempar.
"Astaga... Jess, apaan sih!!? Teriak-teriak kayak di hutan aja," ujar Billy lalu menarik nafas dalam menormalkan kembali detak jantungnya yang tadi berpacu cepat.
"Apanya yang apaan?" Dengan santainya Jessica duduk di sofa yang ada di depan meja Billy lalu melipat kakinya. Seolah membangunkan Billy dari lamunannya tadi bukan suatu hal yang salah.
"Masuk ke dalam ruangan aku seenaknya. Mukul meja aku kayak preman gitu. Terakhir, kamu teriak dengan suara yang bisa bikin aku tuli. Udah lupa cara ngetuk pintu," ujar Billy panjang lebar. Memang Billy hanya bicara banyak dengan orang-orang terdekatnya seperti Jessica, Abangnya Edy, dan Joshep. Namun sekarang sepertinya tambah satu lagi, yaitu Aurora.
Jessica berjalan santai ke arah Billy yang menatapnya bingung. Wanita berparas bak dewi Yunani itu lalu memukul kening Billy dengan ponselnya.
Tukk
"A-duh," ringis Billy sambil mengusap usap keningnya yang terasa panas. Jessica kalau soal fisik memang tidak diragukan lagi, benar-benar tidak memakai perasaan saat melakukannya.
"Enggak usah bicara seolah kamu yang teraniaya, ya! Ini semua salah kamu. Lupa bawa telinga tadi dari rumah, hah!? Aku udah dari tadi ngetuk tapi kamu diem aja. Dan apa yang aku lihat pas aku masuk? Ngelihat kamu ngelamun. Kayak baru di tinggal istri selama-lamanya aja. Jones juga," 0mel Jessica yang membuat Billy memutar kedua matanya seolah jengah.
Billy tidak menjawab sama sekali hanya berguman kecil, ia tau jika ia akan selalu kalah jika berurusan dengan wanita.
"Mikirin apa? Jarang-jarang aku liat kamu gini loh," ujar Jessica lagi lalu membuka salah satu majalah baru yang terletak di atas meja. Membaliknya satu persatu dan menandai di dalam hati barang mana yang akan ia kirim pada Azka nanti.
"Kalimat kamu panjang banget. Otak aku bingung cernanya gimana," ujar Billy dengan tatapannya polos.
"Itu karena kamu emang bodoh sih. Udah biasa," cibir Jessica dengan entengnya.
"Disini bossnya siapa sih! Kok jadi galakan dia," gerutu Billy pelan dan tentu Jessica mendengar itu walaupun tidak jelas.
"Oii!! Enak aja ngatain bodoh! Kalau aku bodoh, mana mungkin aku jadi pimpinan perusahaan ini," ujar Billy yang di sambut tawa meremehkan Jessica.
"Kayaknya mereka salah cari pemimpin deh. Kasian, ya?"
"Males debat sama kamu. Aku pergi," ujar Billy sambil membereskan barang bawaannya.
"Kemana?" Tanya Jessica yang kali ini mengalihkan pandangannya dari majalah itu.
"Meeting."
"Meeting diluar lagi? Oo... yang sama CEO sexy itu, ya?" Tanya Jessica dengan semangatnya, kedua alisnya naik turun menggoda Billy. Sedangkan Billy lagi-lagi memutar kedua matanya malas.
"Menurut aku kamu harus kasih kesempatan buat mereka."
Mereka yang dimaksud Jessica adalah beberapa wanita yang secara terang-terangan menunjukan ketertarikannya pada Billy. Selalu saja Billy dengan terang terangan menolak.
'Anda bukan type saya.'
'Kita enggak cocok kalau jalan. Kamu terlalu pendek berasa jalan sama anak SD.'
'Saya enggak suka wanita.'
'Anda terlalu cerewet.'

KAMU SEDANG MEMBACA
Om Jadian Yuk!
Fiksi RemajaNamanya Aurora, Aurora Esther. Gadis 18 th yang suka sama Om sahabatnya yang keren abis.. Billy Wesphal. Siapa yang bisa menolak pesona pria tampan itu? Tidak satupun, termasuk Aurora. Aurora melupakan satu hal bahwa, ia juga tampak sempurna di mata...