Aku Kalah Sebelum Mulai

246 19 2
                                    

Billy mengantarkan Aurora sampai depan pintu kamarnya. Kebetulan memang kamar mereka bersebelahan. Langkah keduanya melambat, seolah tak ingin cepat berpisah. Saat telah sampai di depan pintu, keduanya malah terdiam. Aurora tampak malu-malu untuk menatap Billy dan Billy yang sadar akan itu malah salah tingkah.

"Hm... Masuk gih," ujar Billy lalu tersenyum kecil membuat Aurora juga ikut tersenyum.

"Iya, Kak." Aurora lalu berbalik akan membuka pintu kamarnya.

"Ehm... Ra," panggil Billy. Saat ia berbalik, Billy baru sadar jika boneka beruang tadi ada padanya. Aurora melepaskan ganggang pintu yang baru saja diraihnya. Menoleh menatap Billy yang tampak gugup.

"Ini." Billy mengulurkan boneka itu di depan Aurora. Kedua alis Aurora terangkat, namun senyum jelas terukir di wajahnya.

"Untuk aku?" Tanyanya menatap Billy sebentar sebelum kembali melirik boneka yang diulurkan Billy.

"Iya. Kamu pikir aku susah payah mainnya untuk siapa coba. Aku masih suka mobil remote control dari pada boneka," ujar Billy panjang lebar, namun sedetik kemudian dalam hati Billy merutuki dirinya sendiri. Merasa bodoh mengucapkan kata-kata yang tidak penting seperti itu.

"Makasih, Kak."

Kedua mata Aurora berbinar, tentu dengan senang hati ia mengambilnya. Ia membawa boneka itu ke dalam dekapannya.

"Sama-sama. Masuk gih," balas Billy tersenyum.

Lagi-lagi Aurora seolah terhinoptis melihat senyuman itu. Hari ini benar-benar hari yang mendebarkan. Bukan hanya untuk Aurora namun juga untuk Billy. Keduanya tampak malu-malu. Billy dan Aurora terlihat seperti anak remaja yang baru pulang kencan pertama mereka.

"Iya," ujar Aurora dan entah mendapat keberanian dari mana ia maju selangkah hingga...

Cup

Billy tersentak merasakan sesuatu yang lembut itu menyentuh pipinya. Ia terdiam, perlahan mengangkat tangannya untuk menyentuh pipinya yang baru mendapat hadiah dari Aurora. Gadisi itu tertawa kecil melihat ekspresi terkejut Billy. Menggemaskan, namun ia juga tidak bisa berlama-lama disana. Lututnya terasa lemas seketika.

"Malam, Kak." Aurora lalu meninggalkan Billy yang masih mematung di sana. Billy menatap pintu yang baru saja ditutup Aurora. Perlahan senyum mengembang di wajahnya. Sadar akan itu Billy malah menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyum yang malah semakin lebar itu seolah takut ada yang melihatnya tersenyum seperti orang idiot sekarang.

"Malam, Ara."

Tak jauh dari sana seseorang yang dari tadi melihat keduanya kembali masuk ke dalam kamar. Dengan pelan Joshep menutup pintu. Tubuhnya jatuh begitu saja. Menyandar pada pintu kayu sambil menekuk kakinya.

Joshep menatap sebuah foto Aurora dan dirinya dengan sedih. Perlahan air matanya jatuh. Pertama kalinya semenjak Ibunya meninggal. Air mata itu... kini jatuh lagi.

'Sebelum berjuang, gue udah kalah.'

***

Kini mereka tengah sibuk siap-siap untuk pulang. Satu persatu dari mereka masuk ke dalam mobil yang tadi lebih dulu dipanasi oleh Billy. Tinggal Aurora yang belum. Gadis itu tadi terlambat bangun. Tadi malam ia sangat sulit untuk tidur karena memikirkan kejadian di depan pintu kamarnya. Aurora yang memulai, namun ia juga yang merasa malu, berdebar, hingga berakhir susah tidur.

"Kalian kemana aja semalam? Kok ngilang gitu aja?" Tanya Jessica yang baru masuk ke dalam mobil bersama Azka. Mereka sepakat pulang hari ini karena besok Billy dan Jessica ada pertemuan penting.

Om Jadian Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang