Billy menatap sedih wanita cantik yang terbaring lemah di ranjang putih itu. Ia menggenggam tangan yang tampak kurus dan kering, berharap dapat memberi sedikit kekuatan padanya.
Billy merasakan kantuk yang luar biasa. Semalam ia tidak tidur untuk menjaga wanita itu. Sesekali matanya terpejam lalu kembali tersentak ketika kepalanya terantuk tepian ranjang. Rasanya tak ingin sedikitpun perhatiannya teralihkan dari wanita yang sedang tertidur di depannya itu.
"Engh." Wanita di depan Billy perlahan mulai membuka matanya. Suara lirih merintih itu seketika membuat Billy panik.
"Kenapa? Ada yang sakit? Butuh sesuatu?" Billy bangkit dari duduknya. Ia memegang kedua pundak wanita itu.
Wajah wanita itu tampak gelisah. Sesekali dahinya berkerut. Nafasnya mulai tersengal. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Billy yang melihat itupun jadi panik.
"Kak!? Apa... apa kakak mimpi buruk? Bilang sama aku, buka mata Kakak! Jangan bikin aku takut," ujar Billy mulai meninggikan suaranya. Dengan cepat Billy menekan tombol yang berada di atas ranjang itu.
"K-kak!! Kak Annita!!" Billy terkejut melihat Annita menyemburkan darah dari mulutnya hingga mengenai sebagian wajah Billy.
"Sa-kit," ringis Annita dengan tangan kanan meremas pakaian bagian dadanya. Tubuhnya bergetar.
Annita mencengkram baju yang Billy dikenakan. Billy meletakan tangannya diatas tangan Annita dan meremasnya.
"Sebentar, Kak. Tahan sebentar. Dokter lagi jalan ke sini. Sakit banget ya, Kak? Tahan bentar, ya. Kakak kuat kok," ujar Billy dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Ia tak sanggup melihat Annita seperti ini. Dengan cepat ia menghapus air matanya walaupun tangisnya tak bisa berhenti. Bahkan darah di wajahnya jadi menyebar karena ia menyeka dengan punggung tangannya.
"Bil-ly s-sakit." Billy yang mendengar itu menggigit bibir bawahnya kuat. Air matanya semakin deras mengalir. Lagi-lagi ia melihat orang yang ia cintai sakit di depan matanya.
"Iya, aku tahu. Tahan sebentar ya, Kak." Suara Billy bergetar. Ia membersihkan noda darah yang menyebar di beberapa bagian wajah Annita dengan ibu jarinya.
Billy mengalihkan pandangan nya ketika mendengar pintu dibuka dengan tergesa.
"Mas Billy, beri waktu kami untuk memeriksa Bu Annita," ujar dokter masuk tergesa dengan beberapa suster di belakangnya.
"Kak Annita sangat kesakitan, Dok. Aku mohon lakukan yang terbaik." Billy menggenggam erat tangan dokter itu.
"Tentu, Mas Billy. Sekarang berikan kami sedikit ruang untuk memeriksanya," ujar dokter itu segera melepaskan genggaman Billy dan beralih ke samping Annita untuk memeriksanya. Billy pun berjalan keluar dengan gontai.
"Dia akan baik-baik aja."
"Dia akan baik-baik aja."
"Dia akan baik-baik aja."
"Kak Annita wanita yang kuat."
"Kak Annita bakalan sembuh."
Billy terus bergumam. Ia mengepalkan tinjunya hingga kukunya memutih. Pikirannya kacau. Bahkan ia lupa mengabari Abangnya, Edy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Om Jadian Yuk!
Novela JuvenilNamanya Aurora, Aurora Esther. Gadis 18 th yang suka sama Om sahabatnya yang keren abis.. Billy Wesphal. Siapa yang bisa menolak pesona pria tampan itu? Tidak satupun, termasuk Aurora. Aurora melupakan satu hal bahwa, ia juga tampak sempurna di mata...