Runtuh

196 21 1
                                    

Sore itu Aurora pergi ke kantor Billy, tapi ia tak dapat menemui pria itu di sana. Jessica bilang jika Billy tidak masuk kantor hari ini karena sedang tidak enak badan. Tanpa pikir panjang Aurora meminta alamat apartemen Billy pada Jessica. Entah apa yang ada di fikirannya hingga ia berniat mengunjungi apartemen Billy.

Aurora tidak mengerti kenapa Billy menjauhiya. Aurora ingin menanyakan pada Billy secara langsung apa mungkin ia memang ada salah. Jika benar, tentu Aurora akan minta maaf untuk itu dan memperbaikinya hingga permasalahan antara mereka bisa selesai. Bukan seperti ini, tiba-tiba seperti tidak ada tejadi apa-apa pada mereka sebelumnya.

Saat Aurora akan menekan bell yang ke empat kalinya, pintu terbuka. Di sana ia melihat Billy dengan baju kaos dan celana pendek selutut. Billy terlihat jauh lebih muda dan tampan jika memakai pakaian santai.

"Ara?" Tampak dengan jelas Billy terkejut karena kedatangan Aurora ke apartemennya. Berbeda dengan Aurora yang terpesona dengan aura rumahan Billy.

"Ehm... Aku denger dari Kak Jessie, Kak Billy lagi sakit. Jadi aku kesini jenguk Kakak. Ini aku juga aku bawa buah-buahan," ujar Aurora dengan senyuman manisnya.

Sesaat Billy masih terdiam seolah mencerna semuanya baik-baik sebelum mengambil percel berisi buah itu lalu mennggeser badannya mempersilahkan Aurora masuk.

"Makasih, ya. Masuk, Ra."

Aurora hanya mengangguk pelan, lalu mengikuti Billy yang berjalan di depannya setelah menutup pintu. Hatinya bergetar melangkah masuk apartemen itu, jantungnya berdetak dengan cepat dan keras rasanya lebih mendebarkan dari saat dulu ia dikejar orang gila, karena tersenyum ke arahnya yang dikira orang sehat.

"Duduk dulu, Ra. Mau minum apa? Aku bikinin," ujar Billy hendak pergi ke dapur, namun Aurora memegang pergelangan Billy, menghentikan pergerakannya.

"Gak usah, Kak. Kakak kan lagi sakit, duduk aja."

Aurora mengatakannya dengan tersenyum cerah seperti biasa, meskipun degub jantungnya sangat berisik. Billy langsung mengalihkan pandangannya tak kuat melihat tatapan Aurora padanya. Wajah polos Aurora dengan mata yang berbinar, tanpa cacat, tanpa jerawat dan komedo itu benar-benar membuat hatinya berantakan.

Billy melihat ke arah dimana Aurora memegang pergelangan tangannya. Aurora yang melihat arah tatapan Billy segera melepaskan tangannya.

"E-eh maaf, Kak."

"Gapapa. Duduk, Ra." Aurora sedikit kecewa karena Billy mengambil tempat duduk yang jauh darinya. Benar-benar terasa di hatinya jika Billy sedang menghindarinya.

"Kakak sakit apa?" Tanya Aurora berusaha mencairkan suasana canggung di antara mereka.

"Cuma gak enak badan biasa kok," ujar Billy yang menatap ke bawah. Aurora tahu jika Billy menghindari kontak mata dengannya.

"Ooh," lirih Aurora. Banyak hal yang ingin ia tanyakan namun tiba-tiba kalimat itu malah tersangkut di tenggorokannya. Aurora bingung bagaimana dan darimana ia mulai bertanya.

'Ayo, Ra. Tanya sekarang, bego!'

Billy dapat melihat Aurora memainkan ujung bajunya. Ia tahu jika gadis itu sedang gugup, sama seperti dirinya. Namun Billy lebih pandai dalam menutupi itu semua.

"Kak. Boleh aku tanya sesuatu?"

"Boleh. Mau tanya apa?" Billy mencoba terlihat santai sambil menatap televisi yang menyala di depan mereka. Hatinya ketar ketir memikirkan apa yang ditanyakan Aurora, bahkan suara gadis itu terdengar ragu.

"Maaf sebelumnya kalau aku salah, tapi entah kenapa aku ngerasa kalau... Kakak lagi ngehindarin aku. Aku bener kan?"

Deg

Om Jadian Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang