42.TERUNGKAP

22 6 0
                                    


"Yang salah itu aku,bukan kamu,mau dilihat dari segi manapun tetap aku yang salah,salah sudah mempercayaimu,salah sudah mengenalmu,kalau bisa memilih aku bahkan tidak pernah mau bertemu denganmu,anganku terlalu tinggi untuk memenuhi ekspektasi yang terjadi"

Aragita

_____________________________

Waktu terus berjalan jam dinding terus berputar,Navulia terus menghisap batang rokok di dalam ruangan gelap dengan pikiran penuh.Entah sudah berapa banyak batang rokok yang ia hisap,puntung rokok berserakan di dalam ruang tersebut.

Bergelut dengan isi kepala memang tidak menyenangkan, ditambah banyak rasa bersalah sekaligus tidak keihklasan dihatinya.Navulia perlahan memegang sehelai rambutnya,memutar di jari lalu menariknya hingga tercabut.Terus ia melakukan hal itu sampai 10 kali.


Dirasa puas,air matanya tiba-tiba saja menetes.Tangisan itu begitu kuat di dalam relungan,di luar nyatanya hanya membisu tanpa suara.Rasa sakit akan kehilangan itu kenapa tidak segera pergi,lantas apa yang akan ia katakan pada orang tua Sista nantinya.Ia tidak akan keberatan jika harus membayar dengan nyawanya sebagai wujud permintaan maaf.

Aku ingin ikhlas tapi kenapa hati ini sulit.Jika ini adalah takdir tolong hilangkan rasa bersalah di dalam hati ini.Navulia merangkul kedua lututnya sambil membuang nafas kasar.Malam yang begitu dingin membuat matanya lengket.Navulia beranjak berdiri dan naik ke atas ranjang king size miliknya.Merebahkan tubuhnya perlahan dan menarik selimut dengan kasar.Berharap luka ini hilang setelah terbangun nanti.

_______________________________

Tok tok tok

"Aragita, buka pintunya nak,"ucap Syafani pelan dari balik pintu berwarna hitam itu,berharap mendapatkan sautan dari sang putri semata wayangnya.

"Gitaaaa,"lagi Syafani berusaha memanggil nama anaknya itu,namun nihil tak ada satu ucapan pun terdengar dari balik pintu kamar anaknya itu.Syafani membuang nafas pelan dan perlahan berjalan menuruni anak tangga.

Kepergian Sista membuat syok orang-orang yang mengenalinya,begitu juga Syafani ia langsung buru-buru pulang dari tugas luar kotanya.Apalagi mengingat kondisi mental Gita yang belum membaik.

Syafani duduk di sofa dengan melamun,hingga ketukan pintu depan membuatnya terkejut.Ia segera berjalan dan bergegas membuka pintu ,dari balik pintu terlihat Dito dengan senyum tipisnya.

"Tante,"sapa Dito kemudian menyalami tangan Syafani.

"Kamu lebih baik pulang,Gita masih susah untuk berkomunikasi,"ucap Syafani sambil mengusap kedua pundak Dito.

"Di kamar?ngak mau keluar?,"tanya Dito balik.Syafani hanya mengangguk.

"Dito ke atas ya te."

"Coba aja kalau bisa,"sambung Syafani mempersilahkan Dito masuk.

Dito pun mulai berjalan menaiki tangga menuju kamar Gita berada.Sampai di depan pintu kamar Dito langsung membuka suara.

"Ta...

Ucapan Dito terpotong,ia sangat gugup bagaimana tidak ia bahkan belum berani mendekati Gita sejak kejadian dimana kepala Gita luka.Dito harus siap dengan perlawanan dan kata-kata yang pantas Gita lontarkan nantinya.

Sebaliknya dari balik pintu,Gita sedikit terkejut mendengar suara yang familiar ditelinganya.Kondisi Gita saat ini sangat acak-acakan muka pucat,sudah 2 hari ia tidak makan,tangannya penuh luka cakaran yang ia buat sendiri,ia bahkan memotong kuku kakinya hingga melebihi batas sampai kulitnya terpotong,dan luka darahnya terlihat sudah mengering.Rambutnya terurai acak-acakan.Ia mengenakan pakaian setelan tidur sudah 2 hari ia tidak menggantinya.

NAVULIA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang