47.LEMBARAN BARU YANG BURUK

13 6 0
                                    


Tidak ada salahnya pergi, menenangkan diri

_______________________________



Burung besi telah terbang di ketinggian,melaju menuju arah yang dituju.Mentari yang perlahan tenggelam di ufuk barat,serbat-serbat kemerahan yang menghiasi langit,membuat siapapun tertegun melihatnya.Dada Navulia kembali sesak,namun perlahan ia membuang nafas panjang dan tidak menatap langit dari jendela pesawat.

Navulia memejamkan matanya perlahan,berusaha menepis pikiran buruk.Masih butuh kurang lebih 17 jam untuk sampai ke tempat yang ia tuju.

_______________________________


Memulai kehidupan di negara Swiss tepatnya di Zurich,dengan merubah sikap dan pola pikir bukanlah hal yang mudah bagi Navulia.Meninggalkan banyaknya luka dan trauma,yang telah menggores kondisi mental perlahan semuanya menjadi pulih.

Setelah kehilangan orang-orang terpenting di hidupnya.Ia tetap memilih bertahan dan melanjutkan pendidikannya di  Eidgenössische Technische Hochschule Zürich (ETH Zürich), merupakan salah satu universitas paling terkemuka di Swiss.

Walaupun memiliki harta yang bergelimang,Navulia mencoba hidup sederhana di Swiss.Di sela-sela kuliahnya ia bekerja di sebuah cafe dan mengembangkan hobinya melukis dengan membuka sebuah pameran kecil di depan rumah yang ia beli.


Ia mulai membiasakan diri bersepeda,dan hanya akan menggunakan mobilnya ketika treveling atau memang ada kegiatan yang memerlukan mobil.Navulia juga mendapat banyak teman baru di Swiss.Namun hanya ada satu yang begitu dekat dengannya dan kebetulan juga dari Indonesia tepatnya  Surabaya.


Sikapnya 11/12 seperti Sista namun bahasa yang sering ia gunakan bahasa campuran.Daerah, Indonesia,dan Inggris.Keunikan itu yang membuat Navulia benar -benar merasa nyaman.Ia bernama Dewi Sekar Arum,biasa dipanggil Arum benar-benar wanita berdarah asli Surabaya.

Bisa bersekolah di ETH Arum mendapatkan beasiswa,karena ia memiliki otak yang cerdas.Walaupun hanya dari keluarga yang sederhana dan sikapnya terlihat seperti oraang bodoh beruntungnya publik speaking yang Arum miliki sangat bagus,cocok dengan Navulia yang baru beradaptasi  merubah kepribadiannya.

_______________________________


"Heiii, ngopo kon masih di sini ini Lo sudah jam berapa?."

Navulia terkejut mendengar suara Arum, yang tiba-tiba saja mengejutkannya di meja kasir cafe tempat ia bekerja.

"Jam berapa emang?,"tanya Navulia berusaha berbicara seramah mungkin, walaupun wajahnya tetap dingin.

"10 p.m,would you like to stay here?."

"I'm almost done, let's go home soon,"ucap Navulia kemudian memakai long coat nya.

Kedua gadis itu pun keluar cafe sambil berbincang mengenai pameran lukisan Senin mendatang.Navulia dan Arum memutuskan tinggal di satu apartemen sejak 2 tahun lalu.Tidak terasa sudah 3 tahun mereka mengampu pendidikan di Swiss.



Selama ini juga tidak ada masalah yang terjadi,kehidupan yang begitu tenang sungguh hal yang paling Navulia impikan sejak lama.Lukisan yang ia buat juga semakin banyak orang tertarik dan membeli.

"Kamu memang cocok jadi orang Swiss."

Navulia geleng-geleng kepala mendengar ucapan Arum yang selalu mengatakan itu ketika sudah sampai apartemen.

" Shit!,kon di elem gak syukur o,hmm arrogant."

Navulia tidak menggubris perkataan Arum ia berjalan menuju kamar dan bergegas membersihkan diri.

"What do you want for dinner? I will make special boiled noodles with half-boiled eggs,jangan bilang ga mau Lo,gue tabok,"seru Arum di dapur yang dapat di dengar Navulia di kamar mandi.

"Yeah it's up to you, I'll still eat it,"jawab Navulia tak kalah lantang.

"COOOK,LHA KON TUKU MIE IKI MENGGANDUNG DAGING BABI,LHA AKU OPO KON MANGAN SEGO TOK LO LE,"histeris Arum dengan logat khas jatimnya ketika membaca komposisi di bungkus mie.

"EH IYA GUE LUPA,It is forbidden for Muslims."

"Hah...terus gimana ini,perutku lapar."

"JANCOK KON!!,"sambung Arum sembari merebuskan mie untuk Navulia.

"I HEAR IT!!!,"seru Navulia yang mengerti umpatan Arum.

"LOSS KONO."

Malam itu pun Navulia makan malam dengan mie rebus spesial,sedangkan Arum makan nasi dengan telur dadar saos sambal nya.Walau sedikit dongkol namun ia tetap memakannya.

"It's your turn to wash the dishes."

"Iyaaa,"pasrah Navulia kemudian memberesi piring-piring kotor.

_______________________________


"Bangunkan aku lebih awal besok."

"Baik nyonya,udah cosplay pembantu aku ah,"jawab Arum kemudian menarik selimutnya.

"Ngomong-ngomong hari ini, kayaknya cafe ramai,bos Lo pakai dukun mane?."

"Iya ramai,tapi kalau masalah itu gue ga tahu,"

"A-anu-

"Udah tidur aja,udah malam,"potong Navulia cepat-cepat sebelum Arum kembali menyerocos.

"Idihh,baru aja mau cerita padahal penting!."

"Yaudah apa?."

"Tadi gue ga sengaja lewatin gereja,terus kok ada orang yang mirip kayak pacar temen Lo,yang fotonya pernah gue lihat-

"Siapa?Dito?Regan?-

"Bentar monyet,jangan suka motong pembicaraan!!.Nah dia itu jadi pendeta,aku punya fotonya."

Arum lantas mengambil ponsel yang berada di atas nakas kemudian,mencari keberadaan fotonya.

"Ini!lihat!."

Navulia menerima ponsel Arum dan melihatnya,ia menelan salivanya susah payah.Dan ternyata itu Dito,sejak kapan Dito pergi ke Swiss atau jangan-jangan ia telah mengetahui keberadaannya.Dan Dito menjadi Pendeta berarti ia tidak menikah dengan Fang Yin,dan anak mereka?

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan di kepala Navulia.Apakah Dito telah membunuh anaknya?atau Fang yin memang benar keguguran.Dadanya kembali sesak mengingat nasib Gita sahabatnya,yabg harus mati dengan bunuh diri.

"Ini,aku tidak mau melihatnya lagi!,mau seberapa suci ia sekarang aku tidak akan pernah melupakan kesalahan yang ia lakukan dulu!,hapus foto itu!,sungguh membuatku semakin sakit,"ucap Navulia sembari menyodorkan ponsel Arum dan mengubah posisi membelakangi sahabat barunya itu.

Satu tetes air mata keluar,namun dengan cepat ia menghapusnya.Dan berusaha memejamkan mata untuk mengurangi berisik di kepalanya.

_______________________________




NAVULIA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang