Petugas dapur kocar-kacir. Api yang menyalak dengan cepat itu seketika memblokade pintu ruangan dan menempatkan semuanya dalam keputusasaan. Ini malam kedua festival musim gugur. Meski mengetahui alur cerita aku sama sekali tak bisa menghindari kemalangan yang akan terjadi.
Kukira bahaya hanya akan menempatkan dirinya pada tokoh utama saja, namun tokoh anonim yang bahkan tak ada dalam cerita pun masih harus ditempatkan dalam situasi berbahaya. Ini sulit padahal tadi aku tak berniat mendatangi dapur istana, namun karena harus mencuci gunungan piring yang tak bisa ditinggal aku akhirnya terjebak dalam situasi ini.
Ini semua karena Ludwig yang terang-terangan menolak pertunangan dengan Putri Evelyn. Dia berasal dari keluarga usulan ratu saat ini yang mau dipakai sebagai boneka, meski Evelyn peran baik, tidak dengan ratu beserta anak-anaknya. Dalam festival musim gugur kali ini ada banyak delegasi negara lain yang hadir untuk masalah diplomasi.
Dapur istana yang dibakar hanya peralihan dan alibi yang dibuat agar api yang menyebar ke aula pesta utama nampak alami. Ratu dan anak-anaknya akan mencoba membuat citra kekaisaran buruk dan memicu masalah diplomasi karena para delegasi dari negara lain akan banyak yang jadi korban. Jika itu terjadi kekaisaran akan mendapatkan banyak musuh, dan menyulitkan Ludwig saat naik tahta nantinya. Sebagai penjahat ratu saat ini bisa dibilang bos penjahatnya.
Aku terbatuk-batuk karena asap hitam sesak yang mengelilingi. Para pekerja perempuan saling berpelukan satu sama lain seolah bersiap mati bersama. Sementara itu para pekerja laki-laki yang tertinggal berusaha memedamkan api dengan barang-barang yang ada di sekitarnya. Aku tak boleh cepat mati. Namun situasi panik di luar makin menjadi. Karena aula pesta utama sepertinya juga mulai dilalap api. Tenangkan dirimu Aneira!
Sejak tadi aku berusaha keras menggali potensi mana dalam diriku yang sudah kulatih susah payah selama ini. Aku harus bisa memanggil roh tanah dan memintanya menumbuhkan tanaman rambat yang dapat menangkal api. Setidaknya dengan begitu aku dan orang-orang di sekitarku akan tetap bisa bertahan sampai bantuan datang dari luar.
"Tolong aku!" aku hampir memekik saat cahaya hijau yang lebih terang dari nyala api muncul mendadak di hadapanku. Untuk pertama kalinya hasil kerja kerasku kali ini berhasil. Karena semua sibuk memikirkan nyawanya sendiri tak akan ada yang menghiraukanku. Jadi tak masalah meski aku bercakap-cakap dengan roh saat ini.
"Manusia itu memang mudah sekali terjebak dalam bahaya yang melibatkan nyawa!" ujar roh tanah itu, terlihat kesal tanpa mendengarkan permintaanku dahulu.
"Cepat keluarkan tanaman yang melindungi kami dari nyala api!" pintaku tergesa-gesa.
"Aku hanya perlu menyelamatkan pemilikku, buat apa orang-orang ini? Mereka idiot yang tidak akan tahu terima kasih!"
"Apa maksudmu? Mereka semua dalam bahaya tidakkah kau juga memiliki empati?" ujarku kesal.
"Mana untuk itu cukup besar, mana yang kau miliki untuk memanggilku saat ini hanya sebesar beberapa tetes embun, aku bisa mengeluarkanmu dengan cepat dari sini. Tapi untuk membuat dinding penghalang yang cukup besar bagi mereka kau yang akan pingsan dalam waktu lama karena aku juga menyerap energi kehidupanmu!"
"Itu tak masalah cepat lakukan apapun untuk menyelamatkan orang-orang ini juga!" sentakku.
Dia membuang napasnya, "kalau begitu setidaknya aku perlu mengeluarkanmu dulu, berkonsentrasilah!"
Aku memutuskan pasrah hari itu, semuanya terasa dingin padahal aku tengah berada di tengah kobaran api. Sepertinya aku tak akan bangun dalam waktu dekat setelah ini.
.......
Mataku terasa berat, aku bangun dengan kepala yang luar biasa pusing. Semuanya terlihat remang, hingga aku kesulitan untuk menyimpulkan dengan benar dimanakah aku terbaring saat ini. Tirai yang mengelilingi, ranjang-ranjang kecil tak bersekat, ruangan yang luas dengan bau disenfektan. Saat mataku benar-benar terasa jelas barulah dapat kusimpulkan bahwa saat ini aku tengah berada di ruang perawatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Historical Fiction[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...