🍁Bab 8

2.9K 375 5
                                    

Sekali lagi aku bertanya apa mungkin ini mimpi? Aku bangun kesiangan dan lagi di atas kasur putra mahkota? Bagaimana bisa? aku yakin sepuluh milyar persen bahwa aku tak melantur sebelum tidur. Aku masih ingat betul bahwa aku memutuskan tertidur di atas lantai. Jadi bagaimana caranya aku bisa terbangun di sini? 

Aku tak pernah punya gangguan tidur selama ini. Jadi tak mungkin kan kalau aku merangkak naik ke atas kasur ini sendiri tanpa sadar? Tidak.... Tidak... Aku menepuki pipiku. Ludwig yang tak punya hati itu pasti bukan tipikal orang yang dengan senang hati memindahkanku ke atas kasurnya karena kasihan aku tidur di lantai. 

Sudah jelas itu bukan hal yang rasional. Masalah yang kubuat dari hari ke hari makin banyak. Padahal niatku hanya hidup sekadarnya dan melihat tokoh yang kukagumi berakhir bahagia. Namun ada saja hal-hal ceroboh yang tak sengaja kulakukan hanya karena terprovokasi emosi.

Baik ini sudah siang, Ludwig juga tak ada di kamar ini. Tunggu... Apa demamnya tadi malam sudah sembuh? Ugh... intinya dia bangun sebelum aku bangun. Kepala pelayan punya rencana menghukumku pagi ini. Tapi aku melewatkannya karena bangun kesiangan. Maka dari itu untuk membuat kepala pelayan lupa akan hukumanku aku perlu menghindarinya sepanjang hari ini. 

Lagipula ini aneh. Bagaimana bisa aku bangun sesiang ini? Apa pagi tadi tak ada pelayan yang datang membersihkan kamar Ludwig? Kalau ada yang datang kan setidaknya ada yang meneriakiku tak tahu diri dan membuatku bangun. Tapi apa-apaan ini? Aku tak tahu harus menaruh muka dimana lagi saat bertemu Ludwig nanti. Bagaimana bisa aku dengan seenaknya tidur di kasurnya begini? Padahal aku sudah berencana bertahan hidup lebih lama lagi. Kalau begini tiang gantungan jadi terasa makin dekat di pelupuk mataku, ugh....

Aku segera merapikan rambutku. Beranjak pergi meninggalkan kamar ini lewat jendela sebelum ada yang melihatku. Ini mudah kamar Ludwig ada di lantai satu jadi aku tak perlu melompat jauh-jauh. Tujuanku adalah pergi ke rumah kaca. Di sana adalah tempat paling aman yang tak terjamah oleh kepala pelayan dengan kadar julid minta ampun. Aku hanya perlu ada di sana sampai semua pekerja makan malam. 

Dengan begitu aku akan kembali ke kamarku sendiri tanpa ketahuan dan tak bertemu kepala pelayan. Orang itu punya mulut yang lebih berbahaya daripada Ludwig. Mungkin dapat disamakan dengan netizen di salah satu media sosial yang kerap kali memberikan siraman rohani.

Sampai di rumah kaca yang kutuju, aku menghela napas dalam-dalam lantas pergi ke pancuran air untuk membasuh wajahku yang sepertinya kacau. Tidur ternyata tak banyak meredakan sakit kepala. Daripada meredakan sakit kepala bangun tidur kesiangan malah membuatku semakin merasa lelah dan tak bertenaga. Perutku berbunyi karena keroncongan. Itu wajar kemarin malam aku tak sempat makan apa-apa. 

Aku mengadahkan tanganku mengambil air dari pancuran untuk minum. Bukan hal yang buruk. Di era ini lingkungan masih belum tercemar. Jadi kualitas air tanah pun masih sangat baik tanpa penyaringan dan penyulingan. Meski peradaban sudah sedikit maju dengan ditemukannya mesin uap, tak banyak yang berubah. Bahkan orang masih percaya dengan roh dan mengikat perjanjian dengan mereka. 

Sebagai contoh Ludwig di novel ditetapkan sebagai putra mahkota karena berhasil mengikat perjanjian dengan roh raja api. Kekuatannya masih belum tampak saat ini. Karena sekarang masih era damai. Beda lagi ceritanya saat negara republik mulai melakukan revolusi, sehingga memicu pemberontakan di kekaisaran dengan dalih perbedaan sistem pemerintahan, padahal sebenarnya sih karena perebutan wilayah.

Di dunia novel ini diceritakan ada empat benua besar. Benua Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Wilayah kekaisaran Cladence hampir mencakup keseluruhan wilayah benua Barat. Karena pengaruh imperealisme banyak negara kecil di sekitar wilayah kekaisaran yang mau tak mau harus bergabung dengan Cladence. Hal demikian membuat kekaisaran semakin besar namun memicu banyak masalah di daerah perbatasan. Di duniaku sebelumnya mau negara maju atau berkembang selalu saja ada masalah di daerah perbatasan yang sulit diatasi dalam waktu singkat.

THE SECOND ENDING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang