Hari esok berlalu dengan cepat, istana kekaisaran segera disibukkan dengan acara formal penyambutan utusan Kekaisaran Wandelgard yang diberitakan akan tiba siang ini. Aku memasuki bak mandi dengan sisa kantuk, para pelayan yang melayaniku untuk mandi di istana ini ternyata cukup banyak. Jujur aku agak tidak nyaman dengan ini. Hanya saja sulit mengatakan bahwa aku menolak. Jadi aku diam saja dan menurut pada mereka yang melayaniku, karena ini sesuai dengan protokol keluarga kekaisaran dan standar melayani tamu yang sudah ada sejak dulu.
Aku menghela napas lega untuk sesaat. Karena rangkaian acara mandi yang panjang dan kurang nyaman akhirnya selesai juga. Sekarang yang tersisa hanyalah 3 pelayan yang bertugas mengatur gaun dan juga mendadaniku. Gaun yang akan kupakai untuk menyambut utusan Kekaisaran Wandelgard merupakan gaun yang dipilihkan oleh Ludwig secara langsung. Gaun bewarna gading yang cukup tertutup. Aku suka desainnya karena longgar dan nyaman dikenakan. Sederhana dan elegan namun aksen bordir emas yang menghiasinya membuatnya sangat mewah.
Aku tahu kalau Ludwig selalu saja pandai dalam banyak hal. Hanya saja aku cukup terkejut karena dia juga punya selera bagus dalam memilih gaun untuk wanita. Tunggu apa mungkin karena ia sudah terbiasa dengan hal ini? Mengapa fakta itu membuatku kesal ya?!
"Countess anda sangat sempurna dengan gaun ini. Yang mulia kaisar pasti memilih gaun ini dengan berhati-hati. Kulit anda yang seputih salju sangat cocok menggunakan warna hangat maupun dingin."
"Ah, kau berlebihan. Gaun ini yang memang pada dasarnya bagus dan dikerjakan dengan baik oleh desainer terkenal di kekaisaran." Sangkalku ketika mendengar pujian yang dilontarkan oleh pelayan yang menata rambut.
"Itu benar Countess, bahkan kami tak perlu bekerja keras untuk merias anda karena wajah anda sudah sangat cantik secara alami. Anda terlihat seperti putri dari negeri yang jauh."
"Hei, apa katamu putri? Dibandingkan dengan seorang putri, Countess kita terlihat seperti malaikat musim dingin yang turun dari surga!"
"Asal kau tahu ya,..."
Ah, apa-apaan ini kenapa para pelayan malah berdebat sendiri dan membuatku merasa malu karena kata-katanya tentangku yang berlebihan.
"Hei, kalian sudah cukup!" Aku akhirnya melerai lebih dulu. "Cepat selesaikan ini, karena aku punya banyak hal yang perlu dilakukan setelahnya."
"Ah, maafkan kami Countess, kami membuat pahlawan kekaisaran dan calon permaisuri masa depan menunggu." Pelayan yang tengah mengatur riasan untukku bergantian meminta maaf.
Akhirnya setelah waktu yang lumayan panjang, aku akhirnya siap untuk menyambut utusan dari Kekaisaran Wandelgard hari ini. Para pelayan membukakan pintu untuk keluar. Di depan sana terlihat Ludwig dengan penampilan cerah tengah menungguku. Rasanya kikuk. Aku tak tahu apa yang mau kukatakan karena telah membuat kaisar yang memerintah negeri ini malah menungguku begini. Ditambah lagi tak ada kata yang keluar dari mulut Ludwig membuatku semakin gugup karena pria itu hanya menatapku seraya tertegun.
"Cantik." Ujarnya, berbisik tepat di telingaku seraya meraih tanganku dan menciumnya. Rasanya seperti melayang di awan. Pipiku memanas dan aku tak bisa memikirkan apapun selain terpana akan tapapan Ludwig yang menawan. Hari ini dia menyingkap rambutnya ke atas dan memperlihatkan dahinya. Membuatnya terlihat sangat tampan dan berkharisma. Aku bohong soal tak pilih-pilih pria yang mau menikah denganku. Ludwig terlalu sempurna untuk dikatakan sebagai pria biasa yang mau menerimaku apa adanya.
Utusan utama Kekaisaran Wandelgard yang datang mewakili hanya satu. Mereka mengirimkan seorang diplomat luar negeri yang kuketahui bernama Abelion de Essel. Dari informasi yang kubaca tentangnya, dia adalah calon penerus Duke de Essel di Kekaisaran Wandelgard, serta terkenal sebagai pemuda paling gemilang yang telah bekerja di kementerian luar negeri sejak usianya belum menginjak dewasa. Selain itu di kekaisaran tempatnya berasal dia juga terkenal sebagai calon pengantin pria yang paling diburu oleh seluruh negeri. Tidak heran, dia terlihat seperti pangeran dari dunia peri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Fiksi Sejarah[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...