🍁Bab 19

1.8K 244 0
                                    

Perjalanan ke semenanjung Resean cukup memakan waktu. Aku dan Nicholas perlu naik kereta barang dan tak bisa menggunakan sihir teleportasi untuk sampai sana. Alasannya tentu saja karena di sana ada banyak penyihir yang dapat mendeteksi keberadaan kami, jika mengetahui adanya penggunaan sihir. Belum menyusup tahu-tahu malah ditangkap saja. Laporan misi ini pasti akan terdengar konyol dan menggelikan kalau sampai hal itu terjadi. Sepanjang perjalanan mataku yang berat dipaksa untuk terbuka seraya mendengarkan arahan Nicholas tentang misi ini. Meski rumit dan berputar-putar aku harus tetap memahaminya dengan teguh. Kali ini pun sepertinya tak akan mudah.

"Apa tak bisa aku yang jadi kakak untuk misi kali ini?" tanyaku sedikit tak terima dengan tugas pembagian misi. Meski ini cuma pura-pura tetap saja aku yang tak diuntungkan. Aku bosan terus-terusan bertingkah jadi adik Nicholas dan seenaknya menerima perlakuan ini itu.

"Tidak akan, kau masih tetap lebih pendek dariku!" balasnya dengan alasan yang bahkan masih sama. "Ugh, memangnya berapa usiamu sendiri?" aku mendesis sebal.

"Tahun ini aku akan berusia 20 tahun."

"Sebenarnya aku ini lebih tua darimu, hanya saja.... ah sudahlah, setidaknya berjanjilah untuk tidak membuatku disuruh-suruh seenak jidat dalam misi nanti. Aku bosan menyamar jadi anak-anak dan minum lebih banyak serum sihir dengan rasa mengerikan. Membayangkannya sudah cukup membuatku mual" Decakku mengingat jumlah serum sihir yang harus kuminum lebih banyak dari milik Nicholas. Itu sejenis ramuan sihir untuk menyamarkan pertumbuhan. Semakin muda usia yang diinginkan maka semakin banyak yang perlu diminum, efeknya hanya satu, seseorang yang tak terbiasa dengan aroma menyengat dan rasa mengerikan akan mual atau pingsan berhari-hari. Aku dapat menahannya tapi mendefinisikan rasanya membuatku ingin melambaikan tangan pada yang kuasa.

"Tenanglah misi kali ini akan cukup berbeda. Kita tinggal masuk sebagai budak anak. Membebaskan tawanan lalu membatalkan upacara pembangkitan yang akan terjadi."

"Itu kau bilang berbeda? Tingkat kesulitannya lebih tinggi dibanding misi menyusup kapal perompak atau menghentikan perdagangan budak! Apa kau tak berpikir bahwa itu cuma akan jadi bunuh diri kalau hanya dua orang yang pergi?" aku menoleh seraya memincingkan mata.

"Ksatria bayangan sudah dipasang diam-diam disana. Kita menyusup untuk memperoleh informasi dan mencari tahu pengkhianat kekaisaran yang terlibat. Jadi berhenti memikirkan banyak kemungkinan buruk!" dia mendorong kepalaku, sepertinya agar tak dekat-dekat dengannya. Padahal aku bicara dari jarak yang normal. Kepalaku jadi tak ada harganya kalau begini, sembarang orang sekarang jadi seenaknya menyentuh dan mendorongnya tanpa ijin. Aku mendengus, memilih bungkam dan tak lagi protes. Suasana hatiku sedang rancu, aku tak boleh membiarkan emosi menguasai diriku.

"Hei, kau terlihat buruk sejak tadi, jangan biarkan perasaan pribadimu turut andil. Itu akan membawa hasil buruk nantinya." Aku tak bergeming saat Nicholas mendadak melemparkan sekantung roti ke arahku. Entah kenapa perasaanku langsung membaik hanya dengan itu. 

"Apa aku pernah berkata bahwa aku sangat mencintaimu selama ini?" aku membuka kantung itu dan memakan beberapa buah roti dengan cepat.

"Berhenti mengatakan kata-kata mengerikan itu." Nicholas terdengar tertawa kecil. Aku menelan roti dengan sedikit keluh. Tunggu, dia bisa tertawa dengan tulus seperti itu? Aku baru sadar kalau itu indah sekali saat dilihat dari bayangan bulan.

"Nichol, coba ulangi!" ujarku setelah menelan roti sekali lagi.

"Apanya?" dia menaikkan alis.

"Tertawa seperti tadi!" pintaku.

"Apa aku tadi tertawa?" dia mendadak menderita pikun akut.

"Ah, sudahlah kau menyebalkan saat pura-pura lupa." Aku membalik badan, memeluk kantung roti itu dan memakannya dengan tenang.

THE SECOND ENDING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang