Saat memikirkan bahwa hari ini aku pasti akan mati dan diberi kesempatan melihat matahari untuk terakhir kalinya, perasaanku jadi gelisah dan damai dalam satu waktu.
Aku gelisah karena memikirkan bagaimana alur novel ini nantinya akan berjalan dengan menyebalkan dan membuat semua tokoh yang kusayangi mati, lalu bagian damainya aku masih saja merasa bodoh amat dan tenang-tenang saja setelah mengumpati putra mahkota sialan kemarin malam. Jujur kukira setelah kejadian kemarin aku akan langsung terbebas dari ikatan dunia ini.
Namun nyatanya perkiraanku melenceng jauh. Putra mahkota itu sepertinya senang sekali membuatku makin muak dengan memasang tampang songongnya sepagi ini.
"Bagus sekali kau bangun lebih lambat daripada matahari di kekaisaran ini." pria yang berdiri di balik sel tahanan itu menarik senyum angkuhnya. Aku menatapnya malas. Otakku masih muat ulang. Penjara bawah tanah ini tak ada bedanya dengan gang kumuh bawah tanah yang kutinggali sebelumnya. Tak ada matahari. Jadi aku tak tahu kalau ini sudah siang dan bukan lagi pagi.
"Bukankah yang mulia berniat menghukum pancung saya? lantas kenapa anda malah mengunjungi penjara ini dan kelihatan mengajak saya bercanda?" Aku mencoba membalas kata-katanya dengan tenang. Meski aku tak memiliki kepribadian dewasa, tapi bocah bau kencur di hadapanku ini tak ada apa-apanya dibanding kekuatan mentalku sebagai beban keluarga di kehidupan sebelumnya.
"Membuatmu kehilangan nyawa saat ini juga bukanlah masalah yang besar bagiku. Daripada itu kau membuatku punya dendam tersendiri, pertama dengan berani menyentuh wajahku dan kedua mengeluarkan serapah sepanjang malam yang masih sanggup kuingat di tiap mili otak. Kau membuatku jadi sangat membencimu dan tak ingin melihatmu lagi. Hanya saja... aku ini orang yang tak bisa melepaskan target balas dendamku begitu saja. Aku tak bisa membuatmu mati secepat itu sebelum kau terlihat benar-benar menderita dan membuatku tertawa puas karena mengemis minta mati saja." Orang ini di dalam novel dan aslinya memang menyebalkan.
Dia karakter utama pria paling buruk yang kutemui sepanjang masa. Hanya wajah dan kebangsatannya saja yang menonjol. Selebihnya dia orang gila yang menggunakan kekuasaanya dengan tak kalah gila lagi.
"Jika anda membenci saya ada baiknya anda membunuh saya sekarang juga. Dengan begitu anda bisa hidup tenang dan melupakan semua yang terjadi kemarin. Peran saya di dunia ini tak penting dan anda akan tetap berakhir bahagia tanpa berurusan dengan saya, jadi untuk apa repot-repot berencana menyiksa anak kecil yang bahkan tak mengenal orang tuanya sendiri? Saya harap bintang kekaisaran ini bisa berlaku dengan bijak." Aku membuang napas kesal. Aku tak tahu aturan apa yang membuat putra mahkota sampai repot-repot mengunjungi tahanan di penjara bawah tanah yang akan dieksekusi mati seperti ini.
Yang jelas itu hanya membuatku merasa kesal dan kerepotan menggenggam kesabaran dalam satu waktu.
"Wah... aku suka punya mainan tak tahu diri dan seteguh ini. Karena selain bertahan lama mainan sepertimu juga terlihat luar biasa saat menangis." Ucapannya membuatku merinding dan mengerutkan kening. Orang psikopat seperti dia punya masalah hidup apa sih? Dia beruntung punya lotre kelahiran yang hebat. Tampang, kemampuan, dan status sosial tinggi di era ini. Hanya saja orang seperti ini masih saja punya sikap labil dan sok-sokan seram.
Dipikir aku takut?! Aku bahkan tak berkelit atau berteriak sedikitpun saat menonton anime dengan genre thriller dan psikologis.
"Entah apa yang anda maksudkan. Saya tak peduli dan berusaha peka atas itu. Yang jelas kalau mau membunuh saya segera saja lakukan. Saya sudah pernah merasakan mati sekali. Meski bukan sesuatu yang menyenangkan setidaknya saya bisa menutup mata dengan tenang dan bebas dari belenggu dunia ini." aku membuang napas, masa bodoh dengan yang barusan kukatakan.
Entah mau ditafsirkan apa, yang jelas semua itu bukan urusanku. Karena mau ditelaah dari sisi manapun aku pasti tak akan bisa hidup lebih lama lagi di dunia ini.
"Hei, bocah apa kau punya masalah hidup? Kenapa sejak tadi minta kubunuh dengan mata berapi-api?"
"Bukan apa-apa saya hanya merasa kesal saat melihat anda."
"Apa aku pernah menyakitimu sebelumnya?"
Aku menatap lurus ke arahnya yang ada di balik sel, "tidak secara langsung, namun anda pernah membuat saya membenci semua karakter utama yang dingin dan brengsek dalam novel."
Dia mengerutkan kening, nampak bingung dengan perkataanku barusan, "kalau begitu akan lebih baik jika kau lebih banyak melihatku setelah ini." ujarnya menarik senyum misterius yang dapat kuduga sebagai pertanda buruk, lantas pergi begitu saja. Apa proses kematianku setelah ini aku dibuat lebih lambat?
.......
Aku sudah menunggu hukuman eksekusiku hampir sepanjang hari ini. Tapi nyatanya tak ada prajurit ataupun ksatria yang datang untuk menjemputku ke tempat algojo. Malah daripada dijemput prajurit atau ksatria, aku dijemput oleh seorang pelayan yang terlihat buru-buru namun beraut muka tenang. Dan sekarang bukannya dibawa ke tempat jagal atau tiang gantungan aku malah dibawa ke kamar yang berisi beberapa tempat tidur seperti ini.
"Sebelumnya siapa namamu?" tanya wanita yang berpakaian pelayan itu sebelum menjelaskan sesuatu yang sejak tadi mengganjal di pikiranku.
Ini pertanyaan yang cukup sulit juga, di dunia ini aku tak punya nama, tak mungkin aku memperkenalkan diri sebagai anak yatim A begitu saja. Di dunia sebelumnya namaku artinya musim dingin, kalau kupakai namaku di dunia ini pasti aku akan dianggap aneh karena bahasa yang tak sesuai. "Aneira." Jawabku setelah cukup lama tercenung. Di dunia ini musim dingin punya padanan dengan kata Aneira. Jadi tak akan aneh kalau aku memperkenalkan diri sebagai Aneira mulai sekarang.
"Apa kau tak punya nama belakang keluarga?" tanyanya sekali lagi.
Aku menggeleng pelan, "tidak nyonya saya ini cuma anak korban perang yang tinggal di penampungan bawah tanah sebelumnya."
"Kalau begitu berapa umurmu saat ini?"
Untuk yang ini aku tak bisa menjawabnya, dengan tubuh ini aku bahkan tak bisa memperkirakan berapa umurku sendiri saat ini. Karena jujur aku bahkan belum melihat penampakan wajahku dan hanya tahu bahwa aku memiliki rambut bewarna gandum pucat.
"Ah, umurmu kuanggap baru 13 tahun saja biar mudah. Karena jika di bawahnya kau tak akan bisa dipekerjakan." ujar wanita pelayan itu tiba-tiba. Daripada terlalu lama maka aku mengangguki saja ucapan wanita itu perihal umurku. Eh tapi tunggu..., dipekerjakan? memangnya aku akan dipekerjakan seperti apa?
"Kalau begini masih akan tetap sedikit sulit. Pertama kau tak punya jaminan keluarga, kedua umurmu bahkan masih terlalu dini untuk berada di istana Bintang. Aku tak tahu apa yang putra mahkota mau lakukan sampai sengotot itu." Dia mendadak nampak berpikir. Sebenarnya aku mau diapakan sih? Kenapa jadi berpikiran macam-macam begini?!
"Karena ini putra mahkota yang minta cepat bersihkan dirimu dulu dan bersiaplah!" tunggu... perkataan wanita itu malah makin membuat otakku berkeliling. "Nyonya apa sebenarnya yang mau saya lakukan dengan membersihkan diri dan bersiap?" tanyaku mencoba berhati-hati.
"Oh..." wanita itu tersenyum. "Maafkan aku sebelumnya namaku Olive Margarita kepala pelayan di istana Bintang, tempat yang mulia putra mahkota tinggal sekarang ini. Tiba-tiba yang mulia putra mahkota menyuruhku menjemputmu dan mengatakan bahwa mulai hari ini kau yang harus jadi pelayan kasar di istana ini. Sebenarnya dari segi kualifikasi kau tak memenuhi syarat untuk melayani keluarga kekaisaran. Hanya saja, putra mahkota itu cukup emosional. Semua yang diinginkannya harus dipenuhi kalau besok kami semua masih ingin bernyawa." Penjelasan dari wanita yang memperkenalkan diri sebagai kepala dayang itu seketika membuatku menatap tak percaya dan begidik ngeri.
Bagaimana bisa, bukannya dihukum mati hari ini putra mahkota itu malah membuatku jadi pelayan kasar yang tak ada bedanya dengan budak di bawah umur. Sepertinya dia benar-benar tak berniat melepaskanku dan membuatku menderita seenak jidat setelah ini.
"Jadi setelah ini panggil aku nyonya kepala pelayan dan bergegaslah karena aku akan memberimu pelajaran singkat tentang hal apa saja yang perlu kau lakukan saat bekerja nantinya." Kalau begini lebih baik pergi ke alam kubur saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Fiksi Sejarah[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...