🍁Bab 18

1.9K 264 8
                                    

Meski sudah empat tahun berlalu, lututku masih saja gemetar seperti anak 13 tahun tempo hari. Ruangan gelap dengan pencahayaan minim dari ventilasi ini begitu pengap dan sesak. Sudah berapa kali aku ikut investigasi di penjara bawah tanah seperti ini? Sejak hari itu mungkin tak terhitung lagi berapa banyak aku mendengar teriakan dari kursi pesakitan karena ulah Ludwig dan Nicholas. Semakin lama pelaku bungkam semakin parah juga penderitaan yang akan dialaminya. Kalau saja aku tak pernah menandatangani kontrak dan ikut jadi bawahan Ludwig, mungkin mimpi buruk di jam tidurku yang singkat tak akan sering terjadi.

"Hei, aku sedang menahan diri untuk tak membunuhmu saat ini. Hanya saja kau terus memaksaku untuk kehilangan akal! Berhenti bungkam dan katakan untuk alasan apa negara republik mengirim teroris ke kekaisaran? Jika ini ajakan perang yang kutolak tempo hari, tidakkah mereka sadar diri dan berhenti melakukan sesuatu yang tidak berguna?!" Ludwig menarik kerah pakaian kusut yang digunakan oleh pelaku pengeboman tempo hari, lantas melemparkannya begitu saja ke lantai. Pelaku yang kuketahui bernama Mado itu gigih sekali, dalam keadaan seperti ini dia masih saja mencari celah untuk meloloskan diri.

Nicholas yang ada sisinya tanpa basa-basa menginjak kepalanya sebelum melakukan usaha yang makin sia-sia. Aku menatapnya ngeri, erangan kesakitan menggelegar memenuhi ruangan. Tugasku hanyalah menulis laporan dari investigasi ini serta merangkumnya agar memudahkan Ludwig yang tak suka bertele-tele. Aku tak tahu alasan apa yang membuatku harus terlibat dalam urusan ini juga. Namun sekarang aku sepertinya cukup mengerti. Tugasku adalah menjadi tali kekang agar Ludwig dan Nicholas tak sampai kebablasan menyiksa mati tahanan yang diintrogasi lalu tak mendapat informasi.

Hah... Aku menghela napas sesaat. Menggigit jariku dan meneteskan darah ke tanah. Kemudian menarik Mado yang kepalanya tengah diinjak oleh Nicholas agar kembali tetap diam dikursinya dengan tanaman rambat. Ludwig dan Nicholas yang sudah terbiasa dengan tindakan yang kulakukan kelihatan tak keberatan.

"Sampai mati pun saya tak akan memberi informasi apapun pada anda!" lagi Mado membuka mulutnya hanya untuk mengatakan omong kosong tak berarti. Ludwig yang tempramennya masih labil, sekali lagi menyepak kepalanya hingga orang itu lunglai ke sandaran kursi. Sudah lebih dari lima belas menit berlalu, namun proses introgasi ini tak mendapatkan apapun. Daripada mendapat sesuatu, pelaku yang diintrogasi ini malah makin sekarat karena mendapat siksaan fisik berlebihan. Ini terlalu keji untuk disaksikan.

Aku maju sejenak, sebagai orang yang mengetahui alur novel tentu saja aku tak bisa diam begitu saja. "Yang mulia ada sesuatu yang penting yang ingin saya sampaikan." Ujarku meminta ijin sebelum asal berbicara.

Ludwig menoleh, "katakan!"

"Negara republik terletak di semenanjung Resean, dari yang saya tahu pelaku yang tertangkap ini tak memiliki ciri fisik orang-orang yang tinggal di daerah laut." Ucapku, mulai menjelaskan.

"Maksudmu? Ini bukan ulah orang republik?" Ludwig menaikkan alisnya.

Aku mengangguk, "orang yang tinggal di daerah dekat laut kebanyakan berkulit eksotis, selain itu meski aksen dan bahasa yang dipakai masih sama dengan orang kekaisaran, mereka punya dialek khas dan penekanannya pun cenderung tinggi. Lalu orang ini, selain tak memiliki ciri khas orang di semenanjung Resean, dia terlihat seperti orang yang baru belajar bahasa kekaisaran. Caranya bicara dan aksennya bahkan tak memiliki kemiripan dengan kita. Jadi sudah jelas orang ini bukan dikirim dari negara republik."

Ludwig menyibak rambutnya, nampak berpikir. Sementara itu Nicholas tanpa banyak bicara menendang perut Mado sampai terjungkal dari kursinya. Dengan begitu pria yang mulai kehilangan kesadarannya itu akhirnya membuka jati dirinya sendiri. Dia mengatakan umpatan dari bahasa lain yang tak digunakan oleh penduduk kekaisaran manapun.

THE SECOND ENDING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang