Ini hari terakhirku menyambut pagi di Kekaisaran Cladence. Sudah diputuskan bahwa aku akan pergi ke Wandelgard sebagai Putri Mahkota Griselda di sana. Perundingan kemarin dimenangkan telak oleh Kekaisaran Wandelgard tanpa syarat. Hari ini aku benar-benar akan meninggalkan semuanya. Kenangan, teman, kekasih, atau apapun itu. Namun sebelum pergi setidaknya aku masih diberi waktu untuk mengucapkan selamat tinggal.
Aku sudah menemui Ernest di makamnya, mengatakan terima kasih tanpa henti dan meminta maaf karena tak bisa menemuinya lagi untuk selamanya. Aku juga telah pergi ke kediaman Marquess Hamel dan meminta maaf untuk terakhir kalinya pada mereka, meski terasa sesak dan sia-sia. Sebab sebanyak apapun permintaan maaf yang kukatakan pada pasangan Marquess Hamel, aku tak bisa menampik fakta, bahwa aku yang membuat anak mereka terbunuh di medan perang.
Berkat teknologi gerbang teleportasi milik Wandelgard aku jadi mudah berpindah ke banyak tempat dalam satu hari sejak kemarin. Aku juga sudah mampir ke mansion Valley untuk terakhir kalinya sebelum benar-benar pergi. Di sana aku bertemu dengan Alexander dan Noela yang mengurus rumah serta semua pelayan dan ksatria yang melayaniku. Meski berat aku sudah mengatakan selamat tinggal pada mereka dengan benar. Selain itu aku sudah juga sudah berpamitan pada teman-temanku di pasukan ksatria dan pelayan yang memiliki riwayat bekerja bersamaku tempo hari. Tak ada yang bisa kuberikan selain ucapan terima kasih atas kenangan dan pengalaman yang berharga dari mereka semua.
Sebanyak apapun aku telah berpamitan, tentu masih ada saja seseorang yang tersisa dan belum kusapa sebelum meninggalkan Cladence selamanya hari ini....
"Nicholas!" Seruku berusaha melebarkan senyuman, tatkala menemui pria itu berlari terburu-buru ke arahku. Aku telah menunggunya di ruang tamu kediamannya sejak tadi pagi.
"Kenapa awal sekali? Kabut bahkan belum menguap dan untuk urusan apa kau menemuiku sepagi ini?" Nicholas beranjak duduk di hadapanku.
Ah, karena terlalu sibuk mengurus urusan wilayahnya dia pasti belum tahu kabar yang terjadi di istana kekaisaran. Dia bahkan belum tahu bahwa aku telah diumumkan sebagai calon permaisuri resmi Cladance dan sekarang mendadak menjadi Putri Griselda dari Wandelgard yang harus kembali ke negaranya. Pria itu dari dulu sampai sekarang tetap menatapku dengan cara yang sama seolah memang tak tahu apa-apa.
"Aku hanya ingin menyapamu saat sempat." Ujarku tanpa menanggalkan senyuman yang memang telah kupersiapkan untuk berpamitan dengannya.
"Aku kan selalu bisa menyapamu duluan saat luang, kenapa malah kau yang jauh-jauh pergi ke wilayahku? Di sini sangat dingin dan kondisi jalannya pun masih tak stabil." Nicholas dengan santai menyesap teh di sisinya.
"Tapi Wandelgard jauh lebih dingin dan sangat jauh, bukan?" Celetukku dengan suara yang bergetar.
Nicholas menaruh tehnya kembali. "Ceritakan padaku ada masalah apa di istana kekaisaran?" Dia ternyata lumayan peka untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi.
"Kabarnya akan segera diumumkan, kau nanti pasti akan mendengarnya sendiri. Jujur, saat ini sangat berat jika aku yang mengatakannya langsung kepadamu. Sekarang aku tak bisa memberitahumu apapun, selain mengucapkan selamat tinggal, karena aku tak akan berada di Cladence lagi untuk selamanya." Meski air mataku telah kembali menetes aku berusaha berkata dengan tetap tersenyum.
Nicholas terbelalak sesaat dan menunduk dalam. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya selain kebisuan. Dia sepertinya terkejut sampai tak bisa menatapku seperti ini.
"Nicholas, kau menyukaiku bukan?" Aku memandangi uap teh panas dari teko yang masih mengepul.
Sudah kuduga dengan itu Nicholas pasti akan menegakkan kepalanya dan menatapku lagi. "Hah darimana kau tahu itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Ficção Histórica[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...