Aku bergegas mengangkat jemuran sore ini dengan perasaan ringan. Hampir sepanjang siang aku tak lagi mendapati tampang Ludwig yang menyebalkan karena dia ada pertemuan dengan keluarganya di istana utama. Ya, istana ini punya tiga bagian dengan nama masing-masing, istana utama dengan nama matahari merupakan tempat tinggal kaisar langsung, istana kedua dengan nama bulan merupakan tempat tinggal ratu dan juga selir kaisar lainnya, sementara itu istana bintang ini merupakan tempat tinggal putra mahkota dan keturunan kaisar lainnya.
Semenjak bekerja di istana bintang ini aku jadi menemui berbagai macam orang dengan wajah berkelas dan sifat murahan. Tak semua keturunan kaisar yang tinggal di istana ini punya tata krama yang baik terhadap pekerja di tingkat bawahnya dan sering sekali memperlakukan kami seenak jidat. Yah, memang begitu sih aturan dalam dunia kasta bangsawan.
Meski lebih sering diperintah oleh Ludwig, kepala pelayan juga kerap kali memberikanku pekerjaan mengurus anak-anak kaisar lainnya yang punya sifat sebelas dua belas dengan Ludwig. Mau itu putri atau pangeran semuanya menyebalkan. Gambaran putri yang anggun dan pangeran yang tampan serta berkharisma semuanya luntur di kepalaku.
Dan belum lagi istana ini sangatlah luas! Untuk melakukan banyak hal aku harus berpindah dari satu paviliun ke paviliun lainnya yang punya jarak tempuh 10 menitan. Meski dekat pekerjaan yang kutangani harusnya tak diberikan untuk anak di bawah umur. Mencuci semua gorden dan juga sprei, memetik herba dan mengurus rumah kaca, serta pekerjaan berat lainnya sungguh membuatku yang di kehidupan sebelumnya terbiasa malas-malasan menjadi luar biasa kesal dan tertekan.
Beruntung ada satu pekerjaan yang tak membuatku tertekan menjalaninya. Yaitu membantu bibi Sarah, juru masak yang bertugas menyiapkan camilan di istana bintang ini. Dia benar-benar orang yang baik, selepas membantunya membuat camilan di waktu senggang dia selalu menyisihkan sesuatu yang dibuatnya untukku dan tersenyum hangat sambil menyeduhkanku secangkir coklat.
Meski sesibuk apapun pekerjaan yang diberikan kepala pelayan kepadaku, aku selalu mampir ke tempat dapurnya bekerja dan membantunya membuat camilan. Membantu bibi Sarah benar-benar menyenangkan, dia banyak bercerita tentang kampung halaman seraya menunggu panggangan.
Dia mengajariku membuat banyak kue dan biskuit serta mengizinkanku memakai dapurnya meski bahan yang tersisa cuma seadanya. Hari ini aku mendatanginya lebih awal karena Ludwig tak ada di istana ini. Hanya saja ketika aku mau bersantai dengan menikmati kue almond keju dan secangkir coklat yang dibuat bibi Sarah, kepala pelayan menuduhku malas-malasan dan membuatku mengangkat semua sprei yang dijemur. Dia menyebalkan dan mirip ibu tiri. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan ini dan kembali ke dapur bibi Sarah untuk makan camilan yang sempat tertunda.
Selesai sudah, setelah mengangkat semua jemuran dan membawanya ke tempat pekerja lain bertugas aku segera melarikan diri ke dapur bibi Sarah kembali. Persetan dengan sprei itu aku tak mau mengambil bagian pekerjaan orang lain dalam mengurus sisanya. Sampai di dapur bibi Sarah dengan tergesa-gesa aku menuju ke arah meja di sudut dapur, tempat bibi Sarah menyimpan kue dan coklat hangatku.
Namun baru saja dibuat sangat antusias mataku sempurna melotot tak percaya. Kue dan secangkir coklat hangatku malah menghilang entah kemana padahal aku yakin bahwa bibi Sarah tadi sudah berpesan dan menyimpannya di sini sebelum meninggalkan dapur. Dan sekarang hilang..... sungguh tak bisa dipercaya!
"Hei, apa kau pelayan yang bekerja bersama juru masak di dapur ini?" pertanyaan itu menjeda rasa kesalku. Aku menoleh malas ke arah sumber pertanyaan itu. Seorang anak laki-laki dengan rambut coklat dan mata merah gelap, dengan seenaknya duduk di tengah ruangan dapur seraya memakan kue almond keju dan juga secangkir coklat yang kucari.
Aku menatapnya tanpa mengerjap, biang dari masalah ini. Kenapa aku tak menyadarinya sejak awal masuk? Meski aku ini sudah cukup dewasa di usia sebenarnya aku masih belum bisa berbagi makanan enak dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Fiksi Sejarah[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...