Saat kembali pemberitaan tentang pemberontakan di berbagai wilayah serta pergerakkan prajurit mayat hidup saat malam hari menjadi agenda rapat utama malam ini. Karena aku merupakan salah satu kekuatan yang dimanfaatkan untuk menanggulangi serangan besar penyihir agung, jadi mulai hari ini aku diperkenankan mengikuti rapat resmi bersama para petinggi penting lainnya. Tujuannya cuma satu, agar aku mengetahui situasinya dan mempersiapkan diri. Hanya itu, selebihnya aku cuma perlu duduk dan mendengarkan dengan tenang...
"Hah..." baru beberapa saat tapi aku dibuat memijit kepala dan membuang napas lelah. Kalau tak diperkenankan bicara seperti ini, harusnya aku tak usah datang. Karena selain cuma dianggap benda mati, telingaku jadi berdengung hebat akibat adu debat antar kursi.
"Diam dan dengarkan dulu dengan tenang! Pemberontakan meletus diprakasai oleh kaum proletar yang revolusioner. Mereka benar-benar berniat menggulung negara monarki dan menetapkan sistem baru dalam pemerintahan. Jadi untuk ini pun para proletar yang harus disalahkan!"
"Para proletar memulai aksi karena aristokrat bertindak makin menyebalkan. Penyelundupan pajak barang mewah, sampai katun yang dimonopoli. Bahkan meski perang terjadi mesin uap masih belum juga dikomersilkan. Jadi berhenti menyalahkan proletar dan berkacalah sendiri kalian para aristokrat bedebah!"
"Yang memulai revolusi adalah kalian, sistem monarki tidak bisa digulung begitu saja! Kita berperang dengan negara republik untuk mempertahankan sistem itu jadi apa-apaan sekarang ini?!"
"Hei, para proletar adalah anggota masyarakat yang cukup bijak. Kami semua bersatu bukan demi memikirkan pemberontakan untuk menggulingkan sistem monarki begitu saja. Untuk apa kami melakukan itu namun di satu sisi ikut berperang juga melawan negara republik? Berhenti membuat alasan! Para bangsawan yang hanya mengagung-agungkan darah seperti kalian tidak pantas mengatakan hak proletar rendah saat perbudakan resmi dihapuskan! Kalian cuma mencari celah agar tak disalahkan dalam hal ini. Tidakkah kalian berpikir bahwa rakyat kecil di jalanan terlunta-lunta karena perang ini terjadi?!"
"Lalu kami harus menyalahkan siapa? Pemberontakan dimulai oleh kaum yang revolusioner,...." dan seterusnya--
Aku berniat melambaikan tanganku ke atas. Tempat dudukku ada di tengah. Jadi bacotan dengan semburan ludah yang menggebu-gebu ini malah menyasar ke arahku seolah aku adalah pihak yang tengah disalahkan. Aku menggaruk rambutku yang tak terasa gatal. Kepalaku ikut beruap memikirkan dua kubu yang sibuk berdebat. Para proletar yang tak terima dituduh sebagai pemimpin pemberontakan. Serta para bangsawan yang tak mau menelaah kesalahannya sendiri dan sibuk menikmati hak hidup istimewa sesuka hatinya.
Sejak dulu keduanya tak akur. Di kekaisaran ini Proletar merupakan kelompok masyarakat yang bukan bangsawan namun memiliki status dan perlahan merangkak naik. Sementara itu bangsawan atau aristokrat adalah orang-orang yang terlahir secara alamiah dengan hak kebangsawanan yang mereka dapat dari status orang tua mereka dan mendominasi pemerintahan.
Sejak sistem perbudakan resmi dihapuskan tiga tahun lalu, para bangsawan yang melihat proletar naik dan berkembang selalu merasa bermasalah. Apapun keadaannya mereka selalu menyinggung pertalian darah yang dibawa sampai akhirnya merasa menang sendiri. Kalau dilihat-lihat akan lebih baik kalau sistem monarki dihapuskan sehingga semua rakyat bisa hidup damai dengan persamaaan hak. Sayangnya tak semudah itu, jika dipaksakan negara akan terombang-ambing dalam waktu singkat. Mengingat sebagian besar urusan sejak dulu dijalankan oleh aristokrat secara turun-temurun.
Ludwig mengangkat tangannya. Tanpa mengatakan apapun auranya sudah cukup memecah keributan dan menarik atensi. "Kalian kukumpulkan bukan untuk mengatakan isi kepala kalian yang kosong." dia mengetukkan jemarinya di atas meja, tatapannya yang tegas menyapu ke seluruh penjuru dengan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Fiksi Sejarah[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...