🍁Bab 24

1.3K 225 13
                                    

Suasana di benteng pertahanan masih tenang-tenang saja. Aliansi negara republik masih belum melancarkan serangannya. Selain itu untuk menghindari kerusakan dalam jumlah besar, pihak kekaisaran sendiri memutuskan untuk tidak meluncurkan serangan lebih dulu. Daripada terfokus pada serangan, pihak kekaisaran masih fokus mematangkan kekuatan tempur untuk mengincar titik lemah lawan. Lagi pula dinding tebal yang mengelilingi kastil masih belum sedikit pun disentuh. Tim pengintai yang berjaga siaga di menara juga belum mengirim laporan terkait pergerakan musuh. 

Suasana pagi di kastil saat ini sangat damai. Aku terhindar dari latihan pagi yang harus dilakukan oleh para ksatria berkat Ernest. Ini bukan memanfaatkan orang dalam sebenarnya. Tapi aku punya tugas lain karena kontrakku dengan roh tanah. Tim medis membutuhkan beberapa herbal yang harus didapat cepat dalam jumlah besar. Jadi aku membantu mereka menumbuhkan tanaman itu di halaman kastil dengan kekuatan roh tanah.

"Terimakasih nona ksatria, berkat anda kami tak akan khawatir lagi perihal persediaan tanaman obat." Ucap Evelyn seraya tersenyum manis. Dia benar-benar wanita yang cantik luar dalam. Meski harusnya kesal karena pertunangannya dengan Ludwig dibatalkan dia tetap ikut dalam perang dan membantu tim medis dengan pengetahuan yang dimilikinya. Mau jadi apapun dia tetaplah wanita hebat dan selalu melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh. Di dunia ini harusnya dia peran utama wanitanya.

Aku balas menarik sudut bibirku, Evelyn adalah salah satu tokoh favoritku, karena perbedaan status kami, aku hanya bisa melihatnya dari jauh tanpa bisa mengajaknya mengobrol untuk menjelek-jelekkan Ludwig sampai sekarang. Ini kesempatan besar, kapan lagi aku bisa berbincang dengannya tanpa memusingkan status lagi? "Senang bisa membantu anda lady Langton. Selain itu anda bisa bersikap informal kepada saya." Aku menunduk sejenak.

"Ah, nona ksatria sendiri bisa memanggil saya Evelyn juga dengan nyaman." Ujarnya diliputi kerendahan hati. Dia menyuruhku memanggil namanya secara langsung ini seperti menang lotre. Bertemu dengan tokoh yang cuma bisa dibayangkan dan memanggil namanya secara langsung, jika ini duniaku sebelumnya, aku akan membeli sepuluh tiket untuk bisa fansign dengan Evelyn seperti ini. "Apa benar saya boleh memanggil anda nona Evelyn saja?"

"Tentu, nona ksatria bisa memanggil saya senyaman mungkin." Dia kembali tersenyum. Wajah yang bersinar dan ramah. Baru kali ini aku berdebar karena perempuan yang seperti malaikat.

Setelah sedikit berbincang sambil memetik beberapa tanaman obat, kami memutuskan kembali karena sarapan bersama akan segera dimulai. Aku masih saja tetap tak menyangka kalau kami berjalan bersisian saat ini. "Ah, nona ksatria bisa saya bertanya, apa yang membuat anda memilih menjadi ksatria?" tanya Evelyn tiba-tiba.

Aku menarik senyumku, baik aku harus menjaga bicaraku dan memilih jawaban yang tak terdengar kasar untuk ini. "Itu karena hutang budi saya pada yang mulia putra mahkota." Jawabku yang membuat urat-urat kesalku sempat mati rasa selama beberapa saat. Ya, itu benar, hutang budi karena putra mahkota itu memberiku kesempatan hidup dan tak buru-buru membunuhku.

"Oh, hutang budi? Putra mahkota pasti memiliki andil besar dalam hidup anda. Dia adalah pria paling bersinar di seluruh benua, selain tampan dia juga baik dan sangat tegas membuat kebijakan." Pujinya yang membuat lambungku mendadak terasa tak enak. Memikirkan Ludwig di kesempatan apapun membuatku tertekan tanpa sebab. Ludwig adalah pria yang sangat kasar dan licik. Dia menyebalkan dan kadang kekanakan. Citranya di mataku sejak dulu sudah seperti itu. Jika Evelyn memandangnya lain dia sepertinya butuh bantuan jasa ruqyah. Sejak dulu dia menyukai putra mahkota tanpa tahu apa yang pria itu lakukan di belakang layar.

"Kalau anda mengatakan itu.. itu sedikit--" ucapanku terputus saat Evelyn mendadak menghentikan langkahnya di tempat latihan para ksatria laki-laki. Sepertinya aku benar-benar tengah ada di surga saat ini, ada malaikat di sampingku dan di hadapanku ada pemandangan luar biasa yang masih saja belum membuatku terbiasa menghampar luas.

THE SECOND ENDING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang