Hari esok datang dengan cepat. Octopus bisa ditaklukan dan roh tanah dapat segera melakukan pemurnian terhadap prajurit yang berubah menjadi monster. Semuanya kembali normal. Tidak ada kerusakan di darat, dan pasukan kekaisaran yang diturunkan untuk wilayah Marcenian bisa dipulangkan ke barak pertahanan masing-masing. Aku menyandarkan kepalaku pada jendela kereta kuda yang terasa sesak dengan 4 orang saat ini. Sehabis menyerap mana dalam jumlah besar tubuhku selalu memerlukan upaya pemulihan. Jadi Ludwig menaruhku di kereta kuda yang sama dengannya bersama dengan Deklis dan Nancy yang tak pernah lepas dari sisinya akhir-akhir ini. Aku ingin tidur tapi cuaca panas dan jalanan batu bergelombang ini membuat kepalaku makin beruap. Dan lagi....
"Luwi, bisakah kau menaruhku di kamar yang dekat denganmu juga di kastil nanti? Aku selalu takut pada kegelapan dan para ksatria kasar yang kutemui. Jadi tidak bisakah kau melakukan itu untukku sekali saja?"
Mataku hampir dibuat keluar selama beberapa saat. Rasanya ingin tertawa geli mendengar Nancy bicara sok imut pada Ludwig tanpa embel-embel yang mulia dan bahasa formal yang bisa membuat kepala melayang jika dilupakan.
Daripada mendapat masalah aku dan Deklis sama-sama berpura-pura menghiraukannya. Dengusan kasar dari Ludwig terdengar. "Entah bodoh atau idiot, tapi kau adalah keduanya. Sudah berapa kali kukatakan untuk bicara dengan benar padaku?!"
"Ta—tapi Luwi, aku masih tidak terbiasa--" antara kekurangan kosa kata dan terlalu polos Nancy mendadak tergagap dan diam. Aku menoleh ke samping, memperhatikannya lamat-lamat.
"Berhentilah bertingkah seperti tidak mengetahui apa pun! Itu menyebalkan jika tidak ada gunanya menahanmu!" Ludwig menarik dagu Nancy ke arahnya. Jika digambarkan dalam novel, adegan seorang pria psikopat dan wanitanya yang seperti ini akan membuat kejang-kejang. Tapi kalau dilihat secara langsung, itu cukup menyeramkan. Ludwig yang mengitimidasi dengan mata menyala dan aura dingin. Itu membuat suasana di dalam kereta kuda ini terasa mencekik.
Ngikkk... kereta dibuat miring posisinya dengan kuda meringkik di luar. Ini jalanan yang penuh rintangan jadi penumpang kereta harusnya tenang. Tapi Nancy,... gadis itu malah menghambur ke sisiku dan memelukku erat untuk menghindari Ludwig. "Hei, kau mau membuat kami mati?!" Ludwig kembali menarik Nancy ke sisinya. "Itu, anu... maafkan aku!" Nancy mendadak menangis kencang seperti anak kemarin sore yang tantrum. Ini menyebalkan, kenapa karakter utama perempuan di dunia ini punya mental anak balita semacam ini? penulis novel ini membuat novel dalam keadaaan sakit. Jadi tidak heran jika para karakternya sakit juga.
Aku menghela napas jengah. Tak lama kemudian seorang ksatria memberitahu bahwa kami semua harus turun, karena salah satu roda kereta yang hampir terlepas. Aku turun dengan perasaan malas dan dongkol. Tahu begini aku ikut arak-arakan regu Ernest dan naik kereta kuda terbuka di sana. Itu lebih baik daripada kereta kuda kekaisaran yang sumpek dan panas ini.
Notes: Chapter ini emang dikit😂
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Fiksi Sejarah[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...