4 tahun kemudian....
"Saya sudah menandai dan mengirimkan koordinat dua lainnya lewat batu sihir, lalu saat ini tengah tiba di lokasi ketiga. Penduduk panik namun mau diarahkan untuk melakukan evakuasi dengan cepat, kendalanya terletak pada ibu dan anak-anak." Ucapku menekan alat komunikasi sihir yang terhubung dengan lainnya di telingaku.
"Aku sudah mengirim tim penyegel dan evakuator ke dua lokasi pertama, selain itu penduduk disana juga sudah dievakuasi ke tempat yang aman sejak laporan diterima. Bagaimana bisa ada lokasi ketiga juga? Apa penyidikan tim waktu itu tidak akurat?"
"Dua lainnya memang akurat, dan saya tak sedang berbohong jika menemukan lokasi ketiga yang ada di luar koordinat!" jelasku selugas mungkin.
"Laporan diterima. Tim penyegel dan evakuator segera meluncur ke lokasi ketiga!" perintah Ludwig dari alat komunikasi itu. Semua pasukan yang disiagakan berseru siap.
"Tidak, sebelum itu tolong kirimkan juga tim pengejar menuju gang ketiga distrik Dalleheim!" seruku sedikit panik, tanganku bergerak cepat mengotak-atik lingkaran sihir pada bom waktu yang ternyata sudah terpasang di hadapanku. Sialan kalau begini tak akan sempat menunggu tim penyegel dan evakuator.
"Apa maksudmu?" Ludwig dan pengatur strategi lainnya gaduh bertanya-tanya.
"Waktunya tidak akan cukup, tim pengejar harus segera dikirim untuk mencegat pelaku sebelum terlambat! Selain itu sebaiknya tim penyegel dan evakuator tak usah kemari!" aku mencoba fokus. Ini lingkaran sihir yang cukup rumit. Untuk menggagalkan bom meletus saat waktunya tiba, diperlukan tim penyegel untuk membuat pelindung skala besar di sekitar lokasi bom dan menguraikan lingkaran sihirnya agar bom bisa dijinakkan. Sayangnya dalam misi ini karena terburu-buru aku bergerak sendirian dan tak membawa tim penyegel di sisiku.
"Hei apa kau bermain-main saat ini bagaimana bisa tim penyegel dan evakuator tak dikirim untuk menangani masalah bom?!" aku mendapat berbagai cercaan di sana. Para petinggi itu! tidakkah berpikir bahwa Ini cukup menggangguku?!
"Bom yang dipasang di lokasi ketiga adalah bom waktu. Akan meledak tanpa disulut dan dapat dikendalikan dari jauh lewat alat sihir yang dibawa pelaku. Penduduk di sekitar sini sudah berbondong-bondong menyelamatkan diri ke tempat dengan radius yang aman karena pemimpin yang saya mintai kerja sama cukup tanggap. Entah waktunya akan cukup atau tidak, saya sepertinya akan bunuh diri hari ini."
Ngingggg.... dengungan alat komunikasi sihir di telingaku makin menjadi. Sejak awal aku memang tak cocok bekerja sama dalam tim karena kebanyakan bertindak tanpa berpikir dan seenaknya sendiri. Namun aku tak bisa menyaksikan nyawa 40.000 penduduk melayang di distrik ini sekarang. Dengan cepat aku membuat segel pelindung di sekitarku. Kalau bom meledak sekalipun ini tak akan cukup. Namun setidaknya ini bisa meredam korban jiwa.
"Apa yang kau lakukan?!" seruan Ludwig terdengar jelas. Bunyi berdenging di telingaku karena makian lainnya juga mereda. Mungkin Ludwig sengaja memusatkan alat komunikasiku hanya kepadanya.
"Saya tak bisa menjelaskan dengan detail. Namun bom di distrik Dalleheim sepertinya akan meledak lebih dulu. Ini bom waktu yang sudah diatur dari jarak jauh. Daripada mengurangi jumlah pasukan kita yang terlambat untuk mengatasi ini, lebih baik tim pengejar dikirim untuk menangkap pelaku dan memaksanya menghentikan bom ini sekarang juga!"
"Bukan itu yang ingin kudengarkan untuk laporan! Aku sudah tahu tindakan apa yang perlu dilakukan. Sekarang aku bertanya, apa kau sudah gila saat ini?!" Ludwig meninggikan suaranya dengan galak.
"Anda tahu kan kalau di antara bawahan yang lain saya adalah yang paling tidak sayang nyawa?"
"Jangan bercanda di situasi genting ini!" Ludwig terdengar tergesa-gesa. Apa dia tengah berlari dari tempatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Ficção Histórica[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...