🍁Bab 44

943 164 5
                                    

Situasi berubah dengan begitu cepat. Setelah serangan tiada henti prajurit mayat hidup yang mengepung tembok, pasukan kekaisaran belum bisa bernapas dengan benar. Ludwig bahkan sampai turun tangan memimpin situasi ini, karena Ernest perlu pergi mengamankan tembok sisi tenggara.

Serangan udara yang sangat dihindari karena tak terlancak dan dampak kerusakannya yang begitu besar, mendadak diturunkan oleh musuh saat ini. Puluhan benda yang mengambang di udara layaknya pesawat tempur sekarang tengah mengepung sisi tembok yang kosong.

Tembok itu sejak awal dilindungi agar tak digunakan sebagai areal pertempuran, sebab merupakan kawasan hutan yang belum terjamah dan kemungkinan bisa menjadi penyokong ekonomi besar bagi kekaisaran di masa depan. 

Namun, hal itu tak bisa dihindari untuk saat ini. Kabut dan juga asap sisa pembakaran mayat hidup bahkan belum sepenuhnya tersapu, tapi benda berbahaya yang kemunculannya tak diprediksi di awal datang menambah daftar masalah.

Tanah meranggas dan nyala api yang tak kunjung reda. Di tengah udara panas dan penglihatan yang kabur ini, aku belum bisa menentukan arah serangan musuh akan dilancarkan kemana. Nicholas di sisiku membagi kain yang telah dibasahi untuk membantu pernapasan di tengah asap tebal yang mengelilingi ini.

"Apa rencana yang mulia kali ini? Bukankah dia malah memimpin pasukan ke arah yang menyimpang?" aku bertanya bingung pada Nicholas di sela fokusnya mengumpulkan sisa pasukan di atas tembok.

"Kita cuma perlu mengurus pekerjaan masing-masing!" jawabnya tegas, mrmbuatku menelan ludah dan memilih tak bergeming. Mungkin sebaiknya kepalaku tak perlu memunculkan banyak pertanyaan di situasi genting ini.

Setelah beres menangani masalah prajurit mayat hidup, pasukan di atas tembok berbondong-bondong dialokasikan turun. Sebab untuk menangkal serangan udara secara langsung, berdiri di atas tembok adalah kasus bunuh diri terburuk.

Tembok yang sudah dikepung bisa saja digempur dengan bom dari atas dan membunuh kami secara serentak. Menghindar mungkin bukan hal terbaik, namun untuk saat ini perlu menyelamatkan lebih banyak sumber daya sebelum kabut dan asap yang menyelubungi kastil mulai menghilang.

Oh, tidak... ini mungkin akan terlambat! Bom dari atas bergemuruh dan menghujam ke arah tembok secara bersamaan. Aku kewalahan dengan situasi ini. Tembok kastil ini merupakan titik pertahanan terdepan dibanding wilayah lain. Kami memang bisa mundur ke belakang jika barak ini dikuasai musuh. Akan tetapi jika benteng terkuat dikalahkan bukankah jaminan menang akan sangat tipis?

Nicholas menarik tanganku sebelum aku jatuh bersama puing tembok yang mulai runtuh di bawah. Dia dengan cepat menciptakan ruang teleportasi skala besar dan membawa siapapun di sekitarnya dengan angin yang menyertai. Tak lama kemudian kami berpindah ke halaman depan kastil.

"Aku tak percaya dengan kegilaan ini?!"

"Teknologi perang yang dipakai musuh bukankah harusnya milik kita dan masih dalam tahap uji coba?"

"Apa jangan-jangan Count Claes yang bekerja sama dengan Duke Keller waktu itu juga sempat terlibat dengan distribusi teknologi perang mereka kali ini?"

"Ini mengerikan. Senjata pesmunah itu harusnya tak dikeluarkan karena menimbulkan potensi kerusakan besar bahkan disaat kita nantinya menang."

Halaman ini riuh dengan pasukan yang ditarik mundur. Kakiku limbung menatap pemandangan yang terasa janggal. Ada hal aneh yang membuatku merasa cemas tanpa sebab. Kenapa hanya sisa pasukan dari atas tembok yang berkumpul saat ini? Bukankah saat mendengar kabar serangan semua pasukan harusnya berkumpul menjadi satu tak peduli tengah bertugas atau tidak?

Kemana? Pertanyaan itu terasa menari-nari di atas kepalaku dan tak kunjung mau pergi. Aku mau mencoba menenangkan diri dan berpikir jernih, tapi keributan suara bom berdebum yang menggempur dari langit hanya membuatku panik dan tak menemukan pemecahan apapun.

THE SECOND ENDING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang