Seperti biasa aku terbangun di barak medis lagi. Suara bising karena kesibukan para petugas di segala penjuru membuat kepalaku mau pecah. Sakit, gerakan jemari kakiku bahkan kesulitan kurasakan. Pandanganku yang tadinya berpusat ke arah langit-langit kuarahkan ke samping. Seseorang dengan surai coklat sedang meringis terbaring di ranjang sebelah. Aku menarik sudut bibirku, ingin tertawa dengan keras namun itu menyakiti perut jika kulakukan. Nicholas terlihat buruk. Sangat buruk. Seperti anak kecil yang menahan diare selama seminggu. "Hei, bangun aku tahu kalau kau sendiri sudah sadar!"
"Berisik!" desisnya terlihat kesal.
Ini sebuah keajaiban, aku bisa membuka mata lagi dengan nyaman, padahal tadinya aku merasa kalau mungkin seluruh tulangku telah hancur dan aku tak memiliki harapan untuk hidup lagi. Nicholas berhasil menyelamatkan semuanya. Ekspedisi ke hutan kegelapan ternyata tak membawakan hasil kecuali rasa sakit.
"Nichol, bagaimana yang lainnya?" aku kembali menatap ke langit-langit.
"Buruk, keadaan berakhir dengan keputusasaan, kita memang berhasil melawan penyihir agung itu. Tapi itu hanya membunuh tubuh fisik Hansen Petra dan tak membuahkan apapun. Sir Randell dan Dame Rebecca juga terluka parah saat ini."
"Laporan misinya pasti akan jadi sangat panjang." Aku mengerung menyesalkan. Hansen Petra ternyata benar pria yang polos sampai akhir. Kematiannya sangat disayangkan, keluarga Marquess Petra pasti akan sangat terpukul. Tapi mau bagaimana lagi, sejak awal masuk ksatria bayangan berarti membuang identitas dan dianggap mati oleh keluarga sendiri. Jadi harusnya mereka tak akan terpukul atau terkejut tentang ini. Apalagi sekarang sedang perang, mati dalam perang adalah salah satu kehormatan tinggi bagi keluarga di kekaisaran Cladance.
Lalu bagaimana dengan nasib penyihir agung itu setelah ini? Ah tidak, mungkin aku harus memanggilnya penulis saat ini. Ernest yang punya takdir reinkarnasi sama mungkin bisa diajak memikirkan sesuatu setelah ini. Akhir novel yang bahagia ini pasti berubah haluan jika penulis sendiri ikut andil. Dia bilang kemunculannya dalam alur novel ini karena kemunculanku. Untuk itu mungkin aku bisa disalahkan atas jalannya perang yang makin rumit ini. Penyihir agung yang berniat menghancurkan dunia itu berpihak pada musuh, dan berusaha mengembalikan ide awal cerita. Itu mengerikan. Ternyata tubuh yang kuambil alih saat reinkarnasi adalah tubuh anak kecil yang harusnya menjadi kaki tangan antagonis aslinya dan mati di awal cerita. Mungkin atas alasan itulah warna mata yang kumiliki dinilai tidak wajar di dunia ini.
"Bagaimana dengan kau sendiri?" Nicholas bertanya tiba-tiba. Memutus lamunanku. Aku terdiam sejenak. "Seluruh tubuhku tak bisa kugerakkan. Bahkan untuk bernapas tulangku rasanya dipatahkan secara serentak." Jawabku sekenanya.
"Maaf, aku memakai banyak mana milikmu dan mengedarkannya untuk lainnya juga. Tenang saja, kau hanya perlu menunggu penyihir penyembuh yang sedang dalam perjalanan dari barak selatan. Saat kita pergi ke hutan kegelapan kekaisaran membaca situasi dan melancarkan serangan duluan. Ada banyak tawanan yang terluka, jadi penyihir penyembuh kebanyakan ditempatkan di sana."
Kepalaku berdenyut. Pantas saja aku tak bisa merasakan sedikit pun mana yang mengalir di tubuhku. Aku yakin kalau kemarin tak sampai menciptakkan ledakan mana. Itu artinya manaku terpakai habis oleh yang lainnya saat pertempuran terjadi.
"Tapi bukankah barak medis di sini juga sibuk? Disini juga ada banyak yang terluka, kan? Kenapa penyihir penyembuh tak ditempatkan di sini juga sejak awal?" protesku memikirkan kedalaman hati Ludwig dalam mengambil putusan. Bahkan ia membuat kekaisaran terlihat sangat baik pada tawanan dari negara musuh. Saat tahu apa yang mereka siapkan di belakang layar semuanya pasti ketar-ketir. Bawahannya sendiri yang terluka ia abaikan sedangkan tawanan dari negara musuh sampai ditangani oleh penyihir penyembuh yang jumlahnya cukup langka?! Mereka akan dieksekusi di akhir jadi untuk apa disembuhkan secara intens? Aku tahu ini pikiran julid tanpa empati, tapi memikirkan fakta itu tetap saja membuat kesal.
"Yah, mereka yang ditempatkan di barak medis ini hanya perlu rawat jalan dan tak dalam kondisi darurat." Bisa-bisanya Nicholas terlihat sesantai itu mendapati ketidakadilan yang diterimanya. Dasar fanatik Ludwig. Ia selalu saja bisa berpikiran positif atas apapun putusan Ludwig meski itu menyebalkan sekalipun.
"Lantas bagaimana dengan anak-anak yang dijadikan tawanan di hutan kegelapan itu?" tanyaku setelah menstabilkan emosi.
"Mereka ada di kastil, sedang direhabilitasi oleh petugas medis perempuan. Belum bisa ditanyai karena masalah pada kondisi mentalnya."
"Lalu Ernest..." kata-kataku menggantung. Nicholas menoleh, "dia baik-baik saja. Saat ini sedang menyiagakan prajurit di jalur laut."
Melelahkan... ada banyak sekali pekerjaan. Bahkan Ernest pun terdengar sibuk dengan perannya. Meski ia sedikit mencurigakan hanya dia satu-satunya yang bisa memahami kekhawatiranku terkait kemunculan penulis novel yang mau merubah akhir.
Tak lama kemudian seseorang dari tim medis yang nampak familiar berjalan mendekat. "Ane, apa kau baik-baik saja? Bagaimana bisa kau kembali dalam keadaan separah ini?"
"Saya hanya perlu lebih banyak perawatan, Lady Langton." Jawabku pada Evelyn yang baru datang.
"Ya ampun, Ane kita kan sudah sepakat berteman dan memanggil nama satu sama lain!" Kenapa dia kelihatan tak suka saat ini?
"Maaf kadang-kadang aku masih belum terbiasa, Eve." Sangkalku karena canggung.
"Nah, itu bagus. Sekarang kita mulai pemeriksaan paginya." Dia mengeluarkan alat-alat yang dibawanya. Memeriksa kondisi kesehatanku dengan serius dan teliti.
"Berapa lama aku tidur?" tanyaku.
"Itu tak berlangsung lama hanya sekitar 2 hari. Kondisimu yang paling parah saat kembali. Kehabisan mana, dan kerusakan organ dalam. Yang mulia Ludwig memerintahkanku untuk memberikan penanganan pertama terbaik. Tapi dia melarang memberikan tranfusi mana padamu saat kau sadar agar bisa beristirahat secara maksimal. Hei, bukankah yang mulia sangat baik dan perhatian padamu?"
Aku membuang napas, sakit sekali. Ludwig benar-benar kejam. Dan sampai akhir tetap mau memberiku rasa sakit berlipat-lipat. Tak memberikan tranfusi mana saat aku sadar adalah sejenis penyiksaan. Tubuhku tak bisa digerakkan karena aku mengalami masalah afinitas mana. Dan tidak memberikanku tranfusi mana artinya memberikanku rasa sakit yang lebih lama. Orang itu sepertinya belum pernah menanggung rasa sakit seperti ini. Kalau tubuhku sudah bisa digerakkan akan kupastikan untuk menendang kepalanya suatu hari nanti.
Alasanku terluka adalah karena dia memaksaku ikut dalam tim ekspedisi secara mendadak tanpa kesiapan dan rencana matang. Dan sekarang saat aku bangun orang sialan itu bahkan tak menampakkan batang hidungnya karena perasaan berduka dan sebagainya. Dasar tak punya hati nurani! Aku tahu kalau aku bukan orang penting dalam hidupnya. Tapi sebagai seseorang yang mau dimanfaatkan sampai akhir, bagaimana bisa dia sekejam ini kepadaku? Kenapa aku jadi kesal dan membuat rasa sesak di dadaku makin meluap-luap sih?!
"Ane, tekanan darahmu mendadak sangat tinggi saat ini. Padahal kau tak mendapat sodium berlebihan. Apa kau baik-baik saja? Jika ada rasa sakit yang tak tertahankan kau harus mengatakannya kepadaku."
Aku mencoba menormalkan detak jantung karena Evelyn barusan menegurku. Aku harus bisa menahan emosi. Itu dibutuhkan untuk kestabilan jiwa dan ragaku saat ini. "Tidak apa-apa aku hanya berdebar karena kau sangat cantik."
"Ya ampun kau manis sekali. Oh, ya yang mulia Ludwig saat ini sedang tidak ada di kastil. Ia pergi bersama seorang gadis berambut perak ke pelabuhan karena situasi di jalur laut sedang genting. Aku juga tak tahu kenapa gadis itu dibawa juga. Tapi yang mulia bersikeras soal itu." Ucapan Evelyn barusan membuatku melengos. Sementara itu di ranjang sebelah Nicholas nampak menyayangkan sesuatu. Seolah berkata Evelyn harusnya tak mengatakan itu kepadaku.
Ya, aku tak peduli tentang itu. Ini dunia novel fantasi romansa, jadi momen antara Nancy dan Ludwig sebagai pemeran utamanya pasti sangat banyak. Tapi Ernest juga ditempatkan di sana. Kalau terjadi sesuatu di antara mereka bertiga bagaimana? Ah, entahlah aku malas memikirkannya. Ernest mengatakan sendiri kalau dia tak tertarik dengan Nancy. Jadi apa urusannya denganku? Tapi kenapa aku kesal jika memikirkan mereka bertiga ada di satu tempat yang sama? Pikiranku jadi sangat labil seperti remaja padahal aku sudah hidup untuk waktu yang lama. Tidak bisakah aku hidup dengan tenang tanpa punya tanggung jawab merubah apapun di masa depan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Tarihi Kurgu[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...