Aku sudah lama memikirkan ini, ternyata aku adalah seseorang yang sangat merepotkan. Lemah, kekanakan, kurang bisa bertanggung jawab, dan akhir-akhir ini selalu terluka serta menjadi beban tiap kali pulang dari misi.
Kalau aku begini terus kesempatan bertahan hidupku terlihat seperti telur semut. Aku tak bisa membiarkannya. Setelah menerima perawatan dari penyihir penyembuh aku memutuskan melatih kekuatan fisikku. Menyerap mana sama sekali tak efektif, meski berulang kali kulakukan aku tetap kesulitan mempertahankan kesadaran karena mentalku yang sangat lemah.
Ini merepotkan tapi aku masih mau bertahan hidup. Berlari menuruni bukit tiap pagi, mengangkat beban berat, dan melatih ketangkasan pedang. Aku bahkan mengambil porsi latihan fisik bagi ksatria laki-laki. Meski rasanya mau muntah setiap saat, aku memutuskan mengosongkan waktu malas-malasan dalam daftar hidupku.
Aku sudah menjadi ksatria resmi yang terdaftar di kekaisaran, jadi aku juga harus melakukan yang terbaik dengan kekuatan yang kumiliki. Satu-satunya keunggulan yang bisa kumanfaatkan sampai saat ini hanyalah pengetahuan tentang alur novel di masa depan. Namun makin ke sini itu makin tak berguna. Kemunculan penyihir agung di pihak musuh merubah semuanya hingga aku kesulitan memprediksi apa yang mau terjadi setelah ini.
"Kau sangat gila akhir-akhir ini, Dame!" Sir Clinton yang menjadi lawan tanding pedangku pagi ini terlihat sedikit kuwalahan. Padahal ia adalah pemimpin pasukan regu dua yang bertanggung jawab penuh atas benteng pertahanan ini selama ini Ludwig pergi.
Aku menyeka keringat di pelipisku, tanganku rasanya juga mau patah. Tapi aku tak menyangka kalau hampir mengalahkan pemimpin regu dua kali ini. "Terima kasih karena anda sudah membimbing saya dengan baik Sir Clinton." Aku menunduk memberi penghormatan.
"Itu bukan apa-apa, untuk ukuran ksatria wanita kau punya keseimbangan dan kekuatan yang sangat baik." dia tersenyum memberi pujian. Setelahnya aku pamit undur diri, menarik senyum miring ke yang lainnya, karena tiba giliran mereka ikut penyiksaan latihan Sir Clinton selepas ini.
Aku menepi di tempat yang sejuk. Para pelayan perempuan sudah berbaris menyusun perbekalan. Akhir-akhir ini saat memegang pedang aku merasa seperti sedang kerasukan arwah seorang master pedang. Sudah lebih dari empat tahun aku memegang pedang, namun hari seperti akhir-akhir ini rasanya sangat berbeda. Seperti ada bisikan di kepalaku yang mengarahkan gerakanku harus kemana, pandanganku dalam melihat celah kelemahan lawan juga makin luas. Ini semua sangat aneh...
Aku membuang napas. Menyandarkan punggungku pada akar pohon lantas menenggak air seperti orang kesetanan.
"Apa ada kabar baik dari wilayah selatan? Kekaisaran memulai invansi duluan dan belum membawa kabar semenjak seminggu lalu. Aku rasa akan lebih banyak lagi yang dikirimkan ke sana." Sir Royen nampak memulai percakapan terlebih dahulu dengan lainnya. Aku menyimaknya dengan seksama. Sejujurnya, sedikit penasaran tentang ini. Ludwig yang kerap kali memberiku perintah seenak jidat sudah sebulan lebih tak kelihatan batang hidungnya maupun mengirimkan pesan. Padahal biasanya dia selalu saja punya alasan untuk menyuruhku melakukan sesuatu. Tapi kenapa juga aku harus menunggunya?
"Apa anda perlu lebih banyak air, Dame?" tawar Julia, salah seorang pelayan wanita yang mengatur perbekalan untuk latihan ksatria. Aku tersenyum kecil, empat tahun lalu kami adalah pelayan yang bekerja bersama, tiap kali mengantar bekal ke lapangan latihan ksatria Julia yang paling heboh atas itu. Dan sekarang dalam perang ini ia bisa mewujudkan mimpinya untuk mengantar perbekalan ksatria setiap paginya. Ditambah lagi ia berubah 180 derajat. Mendadak berbicara formal padaku dan terus memanggilku dengan Dame. "Wah, Julia kau benar-benar mewujudkan mimpimu setelah 4 tahun berlalu." Ujarku seraya menerima kendi air dari tangannya.
Matanya langsung menampakkan antusiasme, "tapi daripada melihat para ksatria laki-laki memegang pedang anda terlihat sepuluh kali lebih keren Dame!" dia hampir memekik dan membuatku tersedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND ENDING [END]
Historical Fiction[FIRST STORY] Setelah semua ketidakbergunaanku di kehidupan sebelumnya, aku terlempar ke dunia asing akibat menolong anak tetangga yang berniat bunuh diri. Dan dunia itu adalah dunia dari novel yang kebetulan kubaca sambil berlinang air mata selama...