Happy Reading!
* * *
Setelah beberapa hari berada di Pulau Derawan, dan hari ini mereka harus pulang ke New York. Sebenarnya Alexa ingin berada disini untuk beberapa hari saja, tetapi Rafel melarangnya dan dengan terpaksa Alexa harus mengikuti Rafael pulang ke New York.
Alexa dengan wajah tertekuk, melirik Rafel yang duduk disampingnya. Alexa kesal, kenapa Rafael tidak mengatakan apapun. Rafel yang menyadari apa yang sedang dilakukan Alexa, meletakkan pad miliknya dan membelai pipi Alexa.
"Ada apa, baby?" tanya Rafael lembut. Alexa masih dengan wajah masamnya, sangat-sangat kesal dengan Rafael. "Apakah aku hari ini membuatmu kesal"
Alexa menepis tangan Rafael dan semakin kesal dengan pertanyaan Rafael. Ayolah! Tidak mungkin Rafael tidak mengetahui apa yang membuat Alexa kesal setengah mati saat ini.
Rafael terkekeh dan memeluk Alexa dari belakang, menaruhkan dagunya di pundak Alexa. Memejamkan matanya, merasakan kenyamanan dari Alexa yang membuat Rafael sangat tenang akan pikirannya yang tengah bergemuruh saat ini.
"Kita akan pergi kemanapun yang kau mau Alexa. Tapi untuk sekarang kita pulang dulu, kerjaanku sangat menumpuk," ujar Rafael menenangkan dan mengusap perut Alexa dengan lembut.
Alexa tersenyum lebar, merasakan kenyamanan dari kelembuta tangan Rafael yang tengah mengusap-usap perutnya saat ini. Alexa berbalik badan dengan senyuman lebarnya.
"Janji ya Rafa," ucap Alexa sambil menyodorkan jari kelingkingnya. Rafael hanya terkekeh, mengangguk pelan dan mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Alexa.
Rafael menggendong Alexa yang tengah tertidur lelap, perjalanan panjang dari Pulau Derawan benar-benar membuat Alexa lelah, begitupun dengan Rafael. Namun, pria itu harus segera menuju kantornya karena ada rapat besar dan dirinya harus hadir di rapat tersebut.
Sebenarnya Rafael benar-benar lelah, dia ingin berada di samping Alexa yang tengah tertidur lelap yang sudah berada di atas ranjang, memeluk Alexa dengan tenang dan mencium bau tubuh Alexa yang sudah seperti obat
penenang baginya.Rafael menghela napasnya, mencium kening Alexa singkat dan langsung menuju ke kantornya dengan cepat.
Mengendarai mobilnya dengan hati-hati, Rafael telah sampai di kantornya. Terlihat bahwa Ariana telah menunggunya.
Setelah rapat berjam-jam, membuat Rafael sangat-sangat pusing. Rafael melonggarkan dasinya, membuka dua kancing kemeja, melemparkan tubuhnya di atas kursi kerja, menutup matanya dengan punggung tangannya, dan menghela napasnya.
Ariana masuk dengan teh hijau dan kacang almond, meletakkan semuanya di atas meja dan langsung keluar dari ruangan Rafael.
Rafael membuka matanya dan kembali menghela napasnya, mengambil satu kacang almond dan memakannya. Sungguh, teh hijau dan kacang almond benar-benar dapat mengembalikan kembali ketenangan dalam diri Rafael,
ditambah kalau Rafael memeluk Alexa saat ini. Benar-benar kombinasi yang sempurna untuk mengembalikan semangat Rafael yang tidak tersisa.Kembali teringat akan apa yang terjadi antara Mia dan Jake. Rafael kembali menghela napas kasar, teh hijau dan kacang almond sungguh sangat tidak berguna dengan apa yang tengah Rafael pikirkan saat ini.
Bisa dibilang, Rafael saat ini benar-benar tidak konsisten dengan apa yang dia inginkan dahulu. Jelas, dahulu tanpa pikir panjang dia menginginkan seorang anak dan Alexa belum siap. Sedangkan Alexa sudah siap dan sekarang, Rafael yang tidak siap untuk memiliki anak. Rafael sudah sangat overthinking tentang apa yang akan terjadi jika dia dan Alexa sudah memiliki anak.
Alasan yang sangat tidak masuk akal dan sungguh sangat kekanakan, gerutu Rafael. Tetapi pria itu sering memikirkannya, dan hampir setiap malam pikiran itu terus saja terlintas di kepalanya.
Serta masalah Jake dan Mia menguatkan Rafael dengan overthinking dirinya, bagaimana jika Rafael tidak dapat menemani Alexa atau bagaimana jika Rafael selalu membuat Alexa sedih hingga membuat Alex tertekan, atau bagaimana jika anak mereka telah lahir Alexa lebih-lebih sayang kepada anak mereka.
Shit! Pikiran yang sungguh tidak masuk akal. Rafael mengusap wajahnya dengan kasar mengharapkan seluruh pikiran gila itu hilang dari kepalanya.
* * *
Rafael pulang dengan keadaan yang kacau, sungguh sangat kacau. Pikiran yang ada di kepalanya terus saja berputar. Rafael membuka pintu kamarnya dan melihat Alexa yang tengah membaca buku diatas kasur, menutup pelan bukunya dan meletakannya, Alexa bangkit dan langsung memeluk Rafael.
Rafael menerima pelukan Alexa dengan senyuman lebarnya, menghirup lama harum tubuh Alexa yang kembali membuatnya tenang. Mengangkat tubuh Alexa dan meletakkannya di ranjang dengan masih memeluk Alexa.
"Aku lelah," ujar Rafael dengan suara paraunya. Alexa terkekeh dan menyugar rambut Rafael dengan lembut membuat Rafael benar-benar merasa nyaman dan tidak ingin melepaskan pelukannya. "Aku tidur sebentar Alexa."
"Tidak mandi?" tanya Alexa yang masih tetap mengelus rambut Rafael.
Rafael menggeleng dan makin memeluk erat Alexa yang membuatnya terlelap.
Setelah Rafael sudah sangat terlelap, Alexa bangkit dan melepaskan pelukan Rafael dengan lembut. Melepaskan sepatu dan kaus kaki yang masih ada di kaki Rafael dan turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam untuk Rafael.
Alexa mengerti, Rafael hanya ingin bermanja-manja dan ingin selalu diperhatikan layaknya anak kecil jika dia sudah sangat lelah. Alexa juga terkejut saat dirinya bangun sudah berada di mansion dan tidak ada Rafael, dan melihat post it yang tertempel di lampu tidur dengan tulisan jika Rafael harus berada di kantor membuat Alexa menghela napasnya. Apakah pria itu tidak lelah?
Setelah menyiapkan makan malam, membawanya ke kamar. Alexa melihat Rafael sudah berada di kamar mandi, meletakkan meja kecil di atas kasur dan menaruh makan malam di atas meja, Alexa kembali membaca bukunya sembari menunggu Rafael selesai mandi.
Rafael keluar dari kamar mandi dengan handuk yang bertengger di pinggangnya, Alexa tersenyum dan memberi kode agar Rafael memakan makanannya. Tetapi bukannya mengenakan pakaian dan memakan makanannya, Rafael mengambil buku Alexa dan menampilkan wajah yang benar-benar membuat Alexa terkekeh.
"Kau bisa makan sendiri Rafa," ujar Alexa tetapi masih mengambil piring untuk menyuapkan Rafael makan.
"Aku sedang lelah, Lexa."
Alexa mencibir dan menyuapkan makanannya, Rafael tersenyum lebar yang sungguh seperti anak kecil.
Ini adalah alasan terbesar Rafael yang saat ini tidak mau mereka memiliki anak, Rafael masih ingin dimanja seperti ini. Rafael masih ingin Alexa terus memperhatikannya seperti ini!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
Romance[Mature Romance] follow dulu baru baca. -cerita ini di publish ulang- Rafael Alexander-The perfect CEO. Tampang, harta, muda, dan berbakat, bisa membuat setiap orang jatuh hati dengan lirikannya, membuat Rafael digila-gilai seluruh wanita di penjuru...