Chapter 23 - Cry

5.1K 282 31
                                    

Happy Reading !!

* * *

Alexa dan Rafael segera menuju ke rumah sakit saat mereka sampai di New York. Alexa tetap saja mengabaikan segala jenis perhatian dan ucapan yang Rafael lakukan.

"Mom ...," Rafael langsung memeluk Briana. "Dimana Ryan?"

"Dia akan kesini," ucap Briana. Kemudian tatapannya beralih ke Alexa, otomatis Alexa tersenyum dan memeluk Briana.

"Mom senang kau disini, Lexa."

Alexa hanya mengangguk, Rafael mencoba merangkul pinggang Alexa untuk mendekat kearah Antonio.

Lagi-lagi, Alexa menepis tangan Rafael dan segera menghampiri Antonio dengan senyuman.

"Dad ...," Alexa tersenyum, ekor matanya melihat Rafael yang menghampiri Antonio. "Apa Daddy sudah baikkan?"

"Ya ... sedikit. Melihat kalian ada disini, kesehatan Daddy bertambah," ucap Antonio sambil terkekeh.

Alexa tersenyum saja mendengar ucapan Antonio, kemudian Rafael mendekat dan berbicara.

"Dad, nanti kami kesini lagi. Saat pulang dari sana, kami langsung kesini."

Antonio hanya mengangguk, Rafael juga berpamitan kepada Briana. Setelah itu barulah Alexa dan Rafael keluar dari ruangan Antonio, Alexa langsung berjalan cepat mengabaikan Rafael.

"Alexa ... apa masalahmu?" tanya Rafael saat mereka sudah sampai di mansion.

"Apa?" Alexa terlihat sangat malas menjawab ucapan Rafael.

"Ada apa denganmu?"

"Kenapa denganku? Aku rasa aku tidak apa-apa," jawab Alexa santai.

Rafael menghembuskan napasnya, dia sudah tidak memiliki tenaga lagi. Dia sudah lelah dan dia sangat butuh istirahat, tapi permasalahannya dengan Alexa harua tuntas malam ini juga.

"Katakan! Aku tidak tahu apa masalahmu kalau kau tidak memberitahuku!" suara Rafael naik satu oktaf, sehingga para pekerja dirumah Rafael melirik-lirik majikan mereka yang sepertinya sedang terlibat pertengkaran.

"Aku tidak punya masalah apapun."

"Kalau kau tidak punya masalah apapun, kenapa kau seperti ini?" tanya Rafael. "Menghindariku, menolak semua bantuanku."

"Tidak bisakah kita lanjutkan besok saja?" tanya Alexa malas. "Aku lelah, dan aku butuh istirarahat."

Alexa segera naik masuk kedalam kamar meninggalkan Rafael yang termenung sendiri dengan apa yang terjadi barusan, dan mencoba mengingat apa yang menyebabkan Alexa seperti itu.

***

Alexa menghapus air matanya ketika dia sudah berada di dalam kamar. Alexa benci saat-saat seperti ini, Alexa sangat benci menangis, dan Alexa sangat benci disakiti.

Alexa langsung naik ke atas kasur, dan memejamkan matanya saat Rafael sudah keluar dari kamar mandi. Selang beberapa menit kemudian, Rafael sudah berada di samping Alexa dan hendak memeluk Alexa.

"Kalau kau memelukku, aku akan tidur di lantai," ucap Alexa dingin, seketika tangan yang hendak memeluk Alexa dia urungkan.

Rafael tidak tahu apa pun. Dirinya berkata kalau Rafael tidak memiliki kesalahan apapun dengan Alexa, tapi Alexa seperti sekarang ini pasti ada penyebabnya.

Rafael tidak jadi tidur, dia mengambil ponsel di nakasnya, dan menelepon ketiga temanya sekaligus.

"Apa kalian mengatakan sesuatu hingga membuat Alexa marah seperti ini?" Rafael keluar dari kanar dan menuju ke teman belakang.

"Kenapa? Apa dia bersikap seperti tadi?" tanya Luke.

"Iya ... Ethan berbicaralah, kau membuat Alexa marah kepadaku, kan?"

"Benarkah? Itu aku?"

Rafael berdecak, kemudian menatap jendela kamarnya saat lampu di dalam kamarnya hidup.

"Apa mungkin dia mendengar perkataanku, Raf?"

"Perkataan apa? Kau mengatakan sesuatu?"

"Kau tahu ... saat kita berada di Luke. Kita membicarakan Olivia ...,"

"Dan kau bilang "tentu Olivia, dia tidak mencintai Alexa, bukan begitu, Raf?" itu ucapanmu, sialan," ucap Luke tanpa mengurangi sedikit pun ucapan yang dilontarkan oleh Ethan.

"Benarkah?" tanya William tidak percaya.

Ethan terkekeh sumbang, merasa sangat berasalah karena ucapannya membuat hubungan Rafael dan Alexa menjadi hancur seperti ini.

"Ethan!" Rafael tidak sanggup untuk berteriak. Dia menghela napas berat dan langsung mematikan sambungan teleponnya.

Rafael melihat dari taman belakang saat Alexa yang turun dari tangga—dan kopornya?

Sialan!

Rafael berlari dengan cepat untuk menghalangi Alexa untuk pergi dari sini, dan mengatakan yang sesungguhnya kalau ucapan Ethan hanyalah jenaka Ethan saja.

"Minggir!" Alexa berteriak untuk membiarkan Alexa pergi dari mansion ini.

"Lexa ... dengarkan aku," lirih Rafael.

"Apa lagi?"

"Aku tahu kau mendengar ucapan Ethan saat kami di vila Luke," ucap Rafael, Alexa hanya menatap Rafael dengan tatapan datar dan mencoba untuk tidak percaya semua ucapan yang Rafael lontarkan.

"Itu tidak benar, Alexa. Aku mencintaimu."

Alexa tertawa hingga menggema di seluruh mansion Rafael kemudian dia menatap Rafael dengan tatapan marah.

"Itu bukan cinta, Raf. Itu obsesi! Bagaimana bisa aku percaya, kalau kau masih bermain-main dengan kepercayaan yang kau buat sendiri!"

Rafael terdiam, mencoba tetap untuk mengendalikan emosinya, tidak untuk sekarang. Saat ini Rafael harus mengalah, Rafael tidak boleh egois, dan Rafael harus tetap bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Menyingkirlah!" perintah Alexa. "Oh ya, Raf. Cincinmu ada di atas meja kamar. Thanks ya sudah memberikan rumah, makan, dan liburan gratis," ucap Alexa sambil menarik kopernya menuju keluar mansion.

Rafael meradang, rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Rafael menarik tangan Alexa hingga Alexa membalikkan badannya, tatapan Alexa juga terlihat sama dengan Rafael.

Dengan sigap Rafael menggendong tubuh Alexa masuk kedalam kamar dan mengunci kamarnya.

"Raf! Buka pintunya!"

"Tidak, Lexa. Jangan buat aku mengurungmu disini untuk beberapa hari ke depan," kata Rafael menatap Alexa. "Ini bukan obsesi! Aku mencintaimu! Apakah aku harus membuatmu percaya kalau aku mencintaimu?"

Alexa terduduk lemas, butiran air jatuh dari matanya, dia tidak sanggup menahan air mata yang sudah dia coba untuk tidak keluar saat dia berada di depan Rafael.

Tapi kali ini, dia gagal melakukannya. Dia menangis di depan Rafael, dan satu hal lagi yang Alexa benci adalah menangis di depan orang yang dia cintai.

Seperti sekarang ini, Alexa sangat benci dia yang sekarang, menangis.

Rafael mendekat kemudian mendekap tubuh Alexa dengan erat, dan mencoba untuk menenangkan Alexa.

Satu hal yang Rafael tahu kalau dia sangat membenci melihat Akexa menangis karenanya.

TBC

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang