Happy Reading!!
* * *
Menghela napasnya, Alexa berdiri, berhadapan langsung dengan Rafael. Menatap mata Rafael, dan mencoba untuk tersenyum.
"Raf, kau bilang kau mencintaiku?" tanya Alexa. "Aku menganggap kau ada, aku menganggap kau nyata. Tapi ... aku merasa kalau kau tidak benar-benar mencintaiku," Alexa menghembuskan napasnya masih menatap Rafael. "Kau tahu, aku merasa aneh saat melihat kau memangku wanita lain, saat aku masuk ke dalam kantormu. Aku bahkan duduk disana, tapi kau hanya diam. Tidak ada niatan untuk menjelaskan apa yang terjadi pada hari itu."
"Lexa ...," Rafael mencoba menenangkan Alexa, merangkulnya dan membenamkan kepalanya di lekukan leher Alexa. "Aku minta maaf."
Melepaskan pelukannya dari Rafael, Alexa mundur beberapa langkah. "Aku harus menenangkan diri, aku akan kembali."
Alexa langsung lergi meninggalkan mansion Rafael—melihat sudah ada Ethan yang sedang duduk di sofa dengan wine di tangannya yang sedang menatap Alexa.
"Apa kita harus pergi sekarang?" tanya Ethan, menaruh gelas wine-nya diatas meja, berdiri, dan menghampiri Alexa.
"Aku rasa iya," Alexa tersenyum dan langsung menyambut tangan Ethan yang dia sodorkan.
***
"Kita akan pergi kemana, Ethan?"
"Taman hiburan sepertinya menyenangkan."
Alexa menatap keluar jendela, melihat malamnya kota Seoul. Wait ... Ethan tadi bilang taman hiburan, kan? Apa masih buka di tengah malam seperti ini?
Ini Ethan Harrison, tentu saja dia bisa berbuat kapanpun dan dimanapun.
Ethan memberhentikan mobilnya di sebuah taman bermain di Kota Seoul. Ethan tersenyum miring saat ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Rafael disana.
"Kenapa kau selalu menganggu kencanku, Darling?" Ethan menloudspeaker panggilan Rafael, sambil melirik kearah Alexa yang tercengang.
"Sekarang kau bawa kemana lagi dia, Ethan? Apa kau tidak bosan mengambil milik orang lain?" tanya Rafael geram. "Kemarin di Italia, sekarang di Korea. Besok kau mau dimana lagi?"
"Slow, Raf ... aku hanya menenangkannya saja."
Rafael mendesah panjang, kenapa Rafael harus memiliki teman yang seperti Ethan? Rafael terkadang bingung sendiri dengan Ethan, kenapa dia harus bermain denga wanita, sedangkan wanita yang mencintainya ada.
Ethan itu sangat bodoh.
"Aku akan kesana," Rafael mematikan sambungan teleponnya, sedangkan Ethan mengangkat sebelah alisnya, apakah memang Rafael tahu keberadaan dirinya dan Alexa.
"Ayo," Ethan turun dari mobilnya setelah dia memasukkan ponsel kedalam saku jasnya, diikuti dengan Alexa yang juga turun dari mobil Ethan.
Sebenarnya, Alexa tidak tahu drama apa yang dia lakukan bersama Rafael tadi. Sungguh, Alexa tidak mengerti kenapa dia jadi seperti itu, kenapa dia seperti sangat cemburu melihat Rafael dengan wanita itu. Apa Alexa mencintainya?
Menggeleng cepat dan mengenyahkan seluruh hal yang terjadi dengan Rafael tadi, Alexa berjalan di samping Ethan dan melihat-lihat taman bermain yang sangat kosong itu—well, karena ini sudah tengah malam.
"Ethan," membalikkan badannya, Ethan tersenyum miring saat melihat Rafael sudah ada di hadapannya.
Melangkah mendekat, Rafael langsung menarik Alexa dan berdiri di sampingnya. Sungguh, melihat Rafael ada disini membuat Alexa sangat-sangat jengkel, ini bukan saatnya.
Yang Alexa inginkan hanyalah pergi menjauh untuk sementara dari Rafael, hanya itu.
"Quante volte hai rapito la mia donna?"
(Sudah berapa kali kau menculik wanitaku?)"Cosa, Raf? Donna triste, è per questo che la sto confortando."
(Apa, Raf? Wanitamu sedih, itu sebabnya aku menghiburnya.)"Accidenti! Trova una donna solo tu! Non disturbare Alexa! È mia!"
(Sialan! Cari wanita lain saja! Jangan ganggu Alexa! Dia milikku!)Setelah Rafael berbicara dengan Ethan dengan bahasa yang sama sekali Aexa tidak ketahui, Rafael langsung menarik Alexa pergi dari sana dengan tatapan marah.
Bahkan saat di mobil, Alexa dan Rafael sama sekali tidak ada yang membuka suara—mereka hanya memikirkan pikiran mereka masing-masing.
Mobil Rafael berhenti di sebuah kantor pencakar langit—yang Alexa sangat tidak ingin melihat masuk kedalam sana, kalau kerjaannya hanyalah duduk dan mendengarkan Rafael berbicara dengan kliennya.
"Aku akan pulang saja," ucap Alexa saat mereka tiba di lobi.
"Kau ikut saja, Lexa. Aku tidak akan lama, setelah ini kita akan kembali ke New York."
Alexa menurut saja, masuk kedalam gedung itu dengan tangan Rafael yang melingkar di pinggang Alexa dengan erat. Sebenarnya, Alexa sangat risih dengan Rafael saat ini, tapi saat melihat rahang Rafael yang mengeras—tanda dia menahan marah. Membuat Alexa mengenyahkan tentang risihnya dia dengan Rafael dan mengikuti saja apa yang Rafael inginkan.
Duduk diantara orang yang sedang rapat sangatlah tidak menyenangkan, seperti Alexa saat ini, dia tidak bisa bermain ponselnya karena dia harus menjaga sopan santun di depan semua kliennya Rafael saat ini, tapi lama-kelamaan kalau dia tetap disana yang bahkan tidak ada kerjaan, itu malah membuatnya merasa bosan.
Berdiri dengan pelan, Alexa keluar dari ruangan meeting Rafael—yang pastinya Rafael mengikuti kemana Alexa pergi—setelah izin sebentar dengan kliennya.
"Mau kemana, Lexa?"
"Aku hanya mau ke toilet. Ada apa? Kau mau ikut juga?" tanya Alexa jengkel saat dia melihat Rafael yang sudah ada di depannya saat dia baru saja keluar dari ruangan rapat Rafael.
"Toilet pakai di lantai atas saja, di kantorku," ucap Rafael yang dijawab anggukan oleh Alexa.
Segera mungkin Alexa masuk kedalam lift dan segera menekan tombol lift menuju kantor Rafael—daripada dia disana yang tidak ada kerjaan sama sekali, lebih baik dia di kantor Rafael.
Membuka pintu kantor Rafael, Alexa sungguh tidak percaya kenapa laki-laki itu sangat menyukai warna hitam dan abu-abu, padahal menurut Alexa sangatlah tidak enak dipandang kalau warna gelap seperti itu.
Ponsel Alexa bergetar, Alexa mengambil ponsel di sakunya, kemudian dia melihat ada pesan dari Rafael.
Rafael: Di sebelah kanan meja kantorku ada rak yang berisi buku. Cari buku sastra dan buka halaman 109.
Alexa melnagkah maju mendekati rak buku itu, mencari buku sastra yang dimaksudkan oleh Rafael setelah jtu dia membuka halaman yang Rafael katakan.
Alexa: Ada tombol berwarna merah. Apa boleh aku tekan?
Rafael: Tekan saja, meetingku sebentar lagi. Kau bisa istirahat disana.
Menekan tombol yang ada di buku itu, Alexa langsung terkejut saat melihat kalau rak buku itu sudah terbuka dan menampilkan kamar elegan dengan warna serupa.
Masuk kedalam kamar itu, Alexa langsung berbaring dan melihat sekeliling kamar itu, dan mata Alexa melihat sebuah bingkai foto diatas nakas yang menampikan foto Rafael dan Ryan serta seorang perempuan di tengah mereka—yang pastinya itu bukan Rebecca.
Alexa menatap lekat foto itu, dan pikirannya terfokus pada satu perempuan yang memang dia kenal—bahkan dia anggap saudara sendiri—saat melihat foto perempuan itu.
Alexa bahkan tidak menyadari kalau Rafael saat ini sudah ada di sampinya yang juga menatap foto itu—tidak bergeming sedikitpun.
"Lexa ...," Alexa menoleh saat Rafael memanggilnya. Alexa langsung menaruh bingkai foto itu keatas nakas.
"Kau sudah selesai meeting?" tanya Alexa basa-basi. Alexa sangat tidak suka tatapan yang diberikan Rafael saat ini —terlihat sedih dan terlihat ada sesuatu yang ingin dia ceritakan tapi tidak bisa.
"Nanti ... aku akan menceritakannya," ucap Rafael yang mendekati Alexa dan memeluknya erat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
Romance[Mature Romance] follow dulu baru baca. -cerita ini di publish ulang- Rafael Alexander-The perfect CEO. Tampang, harta, muda, dan berbakat, bisa membuat setiap orang jatuh hati dengan lirikannya, membuat Rafael digila-gilai seluruh wanita di penjuru...