Chapter 32 - Story

4.4K 223 16
                                    

Happy Reading !!

Alexa tidak tahu kalau malam ini akan ada pesta di mansion Rafael, Alexa baru tahu saat pelayan menyiapkan banyak makanan di halaman belakang.

Thaddeus dan istrinya sedang pergi jalan-jalan untuk melihat New York. Rafael sedang berada di kantor, dan tinggal lah Alexa sendirian di mansion, dia duduk di sofa sambil menonton televisi.

"Miss you, Baby," ucap seorang pria yang kemudian langsung berbaring dengan kepala diatas paha Alexa.

Alexa tidak terkejut dengan kelakuan pria yang satu ini. Dia sangat senang seperti ini membuat Rafael menggeram marah dan tidak suka, sedangkan Alexa menerima dengan tangan terbuka.

"Kau tidak kerja, Ethan?" tanya Alexa sambil memasukkan snack ke dalam mulut Ethan.

"Malas. Bosan."

Alexa terkekeh, entah apa yang dilakukan pria ini. Kerjaannya hanyalah menganggu ketiga temannya dan Alexa. Tidak bisa dipungkiri, Alexa sangat senang bisa berteman dengan Ethan. Pria itu bagaikan teman segalanya, dia bisa menjadi teman, kakak, ayah, bajingan, dan dia bisa menjadi segalanya.

"Ada apa tiba-tiba Rafael membuat pesta?"

"Entah," Alexa mengangkat bahunya. "Disini ada Thaddeus dan Amira."

"Thaddeus?" tanya Ethan yang mengkonfirmasi.

Alexa mengangguk, dan saat itu pula masuklah Thaddeus dan Amira, mereka tidak melihat ada Ethan disini. Hingga mereka duduk di sofa dekat Alexa, barulah Thaddeus dan Amira baru tahu kalau ada Ethan.

"Ethan," teriak Amira senang dengan senyuman yang lebar.

Ethan yang sudah duduk di sofa hanya tersenyum manis, tidak menampilkan kebahagiaan seperti teman lama yang baru bertemu. Ada yang aneh diantara mereka.

"Aku merindukanmu. Aku ...."

Alexa memutar bola matanya, malas mendnegarkan kelanjutan ucapan Amira, yang jelas usinya adalah nostalgia kembali tentang kedekatan mereka. Thaddeus hanya terdiam sambil menatap televisi, begitu juga dengan Alexa yang tidak tahu apa yang Amira katakan kepada Ethan.

Alexa menatap Ethan, rahangnya mengeras sambil menatap Amira. Alexa tidak tahu apa permasalahan mereka, tetapi saat Ethan melihat Thaddeus tatapannya berubah menjadi tatapan bersahabat, tidak dengan tatapannya kepada Amira.

Entah kenapa Alexa merasa sedikit tidak suka dengan Amira, wanita itu terlihat baik di depan tetapi tidak dibelakang. Oh my, Alexa tidak mau berburuk sangka kepada wanita yang sedang hamil itu, tetapi entah kenapa Alexa merasa kalau Amira adalah wanita uang seperti itu.

"Alexa, temani aku," kata Ethan sambil mengulurkan tangannya. Alexa mengerutkan keningnya, acara nostalgia sudah selesai? Tidak lama seperti Amira berbicara dengan Rafael.

"Kemana?"

"Ik was boos op dit moment. Snel!" kata Ethan yang langsung menarik Alexa keluar dari mansion tanpa mengatakan apapun kepada Thaddeus dan Amira.

(Aku sedang marah saat ini. Cepat!)

"Kita akan kembali lagi saat acara akan dimulai," ucap Ethan sambil melajukan mobilnya. Alexa hanya mengangguk dan mengikuti Ethan saja, sepertinya pria ini sedang ingin meluapkan kemarahannya.

***

Rafael : Aku tunggu di restoran yang biasa. Aku tidak punya banyak waktu.

Tidak bisa dipungkiri, Ryan senang saat menerima pesan dari Kakaknya itu. Semenjak lima tahun terakhir, Rafael tidak pernah mengirim pesan atau meneleponnya. Kalau ingin menghubungi Ryan, Rafael akan menyuruh sekretarisnya dan mengatakan apa yang ingin Rafael sampaikan.

Kedua pria itu duduk berhadapan dengan makanan yang belum tersentuh sedikitpun, kemudian tatapan Rafael beralih pada wanita yang pernah hadir dalam hidupnya dan juga wanita yang menghancurkan hidupnya. Olivia, wanita itu berada disini bersama dengan Ryan, entah apa yang ada di otak pria itu sehingga mengizinkan Olivia kembali dalam hidupnya.

Keadaan disana kaku, tegang, dan tidak besahabat. Rafael yang menatap Ryan dan Olivia, sedangkan kedua orang yang di tatap itu hanya menunduk seperti tidak berani melawan Rafael.

"Aku tidak akan berbasa-basi saat ini," ucap Rafael sambil meminum anggur miliknya. "Ini permintaan Alexa, dan aku harus selalu memenuhi permintaan Alexa. Dia ingin aku dan kau tidak lagi dalam hubungan yang renggang, dan aku tidak tahu bagaimana caranya kita menjadi dekat lagi. Lima tahun, waktu yang lama, dan aku merasa kita sudah agak berbeda. Jadi, terserah padamu mau bagaimana. Aku hanya memenuhi permintaan Alexa saja."

Ryan mengangkat kepalanya, Kakaknya itu memang seperti ini. Pria itu memiliki gengsi setinggi langit kalau tentang berbaikan, dia tidak mau mengakuinya kalau dia ingin berbaikan.

"Tentu, Kak Fael. Terima kasih," ucap Ryan sambil tersenyum senang. Senyuman yang selama hampir lima tahun tidak pernah terbit di wajahnya, hilang dan lenyap seketika. Tapi sekarang, lihat, senyuman itu kembali lagi dalam sekejap mata. Rafael tertegun, sudah lama tidak melihat senyuman Ryan.

"Jangan terlalu formal kepadaku. Aku merasa aneh mendengarnya."

***

Mobil Ethan sudah berada di peternakan kuda, Alexa turun mengikuti Ethan pergi menuju halaman yang agak jauh dari peternakan.

Disana ada sebuah rumah pohon yang terawat, terlihat sangat rapi. Alexa mengikuti Ethan naik ke atas rumah pohon itu dan berhenti seketika saat melihat semua foto yang terpampang di dinding rumah pohon itu.

Foto berisi mereka berempat dan Amira. Ah ... jadi, Amira adalah salah satu sahabat mereka. Tidak salah, mengingat Amira yang selalu saja bernostalgia tentang mereka dulu.

Ethan duduk menyender di dinding yang tidak tertempel bingkai foto dan menatap deretan foto itu. Alexa duduk di sebelahnya, dan juga memperhatikan foto-foto itu.

"Kami dulu sangat dekat, kami selalu menjaga Amira dengan baik, kami selalu menjadikan Amira sebagai princess. Tapi semuanya menjadi musnah, tiba-tiba saja Amira pergi meninggalkan kami. Pergi ke Italia tepatnya, dia beralasan kalau dia tidak ingin berada di dekat kami lagi. Itu aneh, mengingat kami selalu bersama-sama, dan aku baru tahu kalau Amira dan Luke sempat menjalin hubungan tanpa sepengetahuan kami. Amira mengkhianatinya, dan pergi ke Italia."

Ethan menghela napasnya, mencoba mengingat kembali apa yang ada di otaknya untuk diceritakan kepada Alexa. Alexa hanya mendnegarkan saja cerita Ethan.

"Aku tidak tahu yang jelasnya bagaimana, Amira pergi dan Luke hancur. Begitu juga dengan Rafael, dia dikhianati oleh Olivia ...."

Alexa semakin tertarik, sekarnag topiknya sudah berubah menjadi Rafael. Rafael pernah berjanji akan menceritakan tentang Olivia, tapi hingga sekarang pria itu tidak pernah membicarakannya.

"Aku pernah melihat foto Rafael dengan Olivia di kantornya yang berada di Seoul."

"Iya, mereka pernah berlibur disana. Apa Rafael sudah menceritakan kepadamu?" tanya Ethan.

"Belum, atau mungkin tidak?"

"Dia pasti akan menceritakannya," kekeh Ethan, kemudian pria itu menyandarkan kepalanya ke pundak Alexa. "Kau mau mendengar sedikit cerita tentang Rafael dan Olivia?"

"Kau tahu?"

"Tentu, Alexa. Aku tahu semua cerita ketiga sahabatku."

"Ceritalah," titah Alexa membuat Ethan lagi-lagi menghela napasnya.

"Aku tidak tahu siapa yang berhubungan dengan Olivia pertama kali, apakah Rafael atau Ryan—"

"Jadi maksudmu, Olivia berhubungan dengan keduanya?" tanya Alexa tidak percaya.

Ethan berdecak, Alexa bahkan belum mendengar cerita Ethan, tapi wanita itu sudah memotong ceritanya lebih dulu.

"Aku belum selesai, jangan dipotong," desis Ethan membuat Alexa terkekeh. "Saat Rafael berada di Madrid, Ryan dan Olivia datang. Olivia tahu kalau Rafael dan Ryan adalah saudara, tapi dia masih tetap berhubungan dengan keduanya. Ryan dan Olivia bertemu dnegan Antonio dan Brieana. Ryan mengatakan kalau Olivia adalah tunangannya dan mereka akan menikah. Rafael marah, tapi tidak menumpahkannya disana, dan saat itu Rafael langsung kembali ke New York."

TBC

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang