HAPPY READING!!
* * *
Alexa keluar dari kantornya dan melihat pemandangan yang tidak ingin Alexa lihat saat ini—yaitu Rafael dengan jaket kulit hitam sedang bersandar di dinding dekat pintu keluar kantor Alexa.
Masih dengan pura-pura tidak melihat Rafael, Alexa terus berjalan hingga suara Rafael membuat Alexa berhenti. "Pura-pura tidak lihat, hm?"
Bukan karena apa, tapi ini kantor Alexa, dan semua orang tahu Rafael—bahkan dia juga yang punya perusahaan ini. Jadi, orang-orang pasti beranggapan kenapa Rafael mengenal Alexa atau kenapa Rafael berbicara dengan Alexa seperti itu.
Hanya diam di tempat, Alexa tidak berbalik badan untuk menatap Rafael. Hingga sebuah jaket kulit bersandar di pundaknya, Alexa langsung membalikkan badannya.
"Pakai jaketnya," ucap Rafael yang masih menunggu Alexa memakai jaket yang diberikan Rafael barusan, karena saat ini Alexa hanya diam saja menatap Rafael. "Apa perlu aku yang memakaikannya?"
Rafael langsung mengambil lagi jaket diatas pundak Alexa dan langsung memakaikan jaket itu ke tubuh Alexa, setelah selesai Rafael langsung menarik tangan Alexa untuk mengikutinya.
"Orang melihat kita," ucap Alexa. Rafael langsung menatap disekitarnya dan benar saja orang melihat mereka dengan tatapan bingung dengan keadaan Rafael dan Alexa.
"Biarkan, tidak ada yang salah dengan kita," Rafael langsung nenarik tangan Alexa pergi meninggalkan kantornya, menuju parkiran.
Well, Alexa tahu satu-satunya motor yang paling aneh—dan tentunya paling bagus itu punya Rafael. Diantara semua motor yang ada disana, hanya motor Rafael yang berbeda sendiri, dan jangan membayangkan harganya! Harganya pasti sudah membuat Alexa—kalau ada Mia disini bisa tidak makan berbulan-bulan untuk bisa beli motor itu.
Rafael mengambil helm yang ada disana, kemudian memberikannya kepada Alexa. Alexa hanya diam menatap helm dan Rafael secara bergantian.
"Kenapa? Kau tidak tahu ini namanya apa?" tanya Rafael bingung—lebih tepat pura-pura bingung. "Apa kau tidak bisa memakainya, Lexa?"
Berdecak kesal, Alexa langsung mengambil helm dari tangan Rafael kemudian memakainya. "Aku bisa memakainya, dan aku bukan alien aneh yang tidak tahu nama benda yang sedang aku pakai saat ini."
Geez ... sungguh tidak bisa dipercaya. Kenapa sekarang ini Rafael terlihat sangat menyebalkan dimata Alexa? Apa karena Alexa tidak bertemu dengan Rafael semalam Rafael menjadi aneh seperti saat ini?
"Semalam kau tidak pulang bersama Ibuku?"
"Kau pikir rumahmu adalah rumahku?" tanya Alexa. "Aku masih punya rumah, dan masih ada yang menungguku dirumah."
"Siapa yang menunggumu?"
"Tentu saja Mia," jawab Alexa enteng. "Kau datang kerumahku semalam?"
Rafael langsung menepikan motornya, dan membalikkan kepalanya sedikit untuk melihat Alexa. "Kenapa? Ada yang salah?"
"Kau belum melingkarkan tanganmu di pinggangku," kata Rafael.
"Memang harus?" tanya Alexa. "Aku rasa tanpa aku melingkarkan tanganku, aku tidak akan jatuh dari motor ini."
"Kau tidak tahu apa yang akan terjadi," Rafael langsung menarik kedua tangan Alexa untuk melingkarkan tangannya di pinggang Rafael. "Kalau begini kan menyenangkan."
Rafael menjalankan lagi motornya, tanpa menjawab pertanyaan Alexa yang menanyakan kalau Rafael datang ke rumah Alexa atau tidak—yang sebenarnya Alexa sudah tahu jawabannya kalau Rafael datang ke rumahnya semalam. Alexa hanya ingin menanyakannya saja, mungkin saja Rafael akan berkata tidak atau yang lainnya.
Motor Rafael berhenti di sebuah restoran Asia, Alexa turun dari motor Rafael memberikan helmnya dan langsung melangkah masuk kedalam restoran tanpa menunggu Rafael.
Berdecak pelan, Rafael tersenyum dan masuk kedalam restoran mengikuti Alexa.
Rafael sudah melihat Alexa duduk di dekat jendela yang mengahadap ke pantai, dan sebenarnya ini adalah restoran milik Luke. Karena Luke mengatakan bisa kesini kapan saja, jadi Rafael memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajak Alexa. Rafael juga sudah menghubungi kepala karyawan disini kalau Rafael akan kesini dan bersikap untuk tidak mengenal Rafael.
Seorang pelayan datang menghampiri meja Alexa dan Rafael, kemudian dia memberikan menu dan menunggu mereka untuk menyebutkan makanan apa yang akan mereka pesan.
"Nasi goreng seafood satu, dan lemon tea," ucap Alexa sedangkan Rafael memesan steak dan wine, Alexa memandang Rafael bingung, kenapa harus restoran disini kalau dia hanya memesan steak dan wine. "Kalau cuma pesan itu kenapa harus ke restoran Asia?"
"Memang kenapa?" tanya Rafael. "Aku lebih suka itu daripada makanan lainnya."
Alexa hanya diam tidak menjawab ucapan Rafael selanjutnya, dia hanya memainkan ponselnya dengan Rafael yang menatapnya secara intens.
"Kenapa?" tanya Alexa tanpa mengalihkan pandangnnya dari ponselnya.
"Kau di rumah semalam?"
"Tentu."
"Kenapa aku tidak melihatmu di rumahmu."
"Hm ... mungkin aku sedang ada di kamar Mia," ucap Alexa. "Mia sedikit mabuk, mungkin dia tidak tahu kalau aku pulang ke rumah, bahkan saat aku pulang dia sedang tertidur di sofa dengan pakaian pestanya."
Lengkap sudah kebohongan yang dibuat oleh Alexa, Rafael hanya mengangguk mencoba untuk percaya dengan ucapan Alexa yang sedikit ganjal di telinga Rafael.
Makanan mereka sudah terhidang diatas meja, Alexa langsung memakan nasi gorengnya tanpa harus melihat kearah steak Rafael yang sangat tidak menumbuhkan selera makan apapun.
Yang bernama makanan asli itu ialah nasi dan bukan daging atau sejenisnya. Alexa sangat tidak mempercayai, bagaimana bisa seorang makan malam hanya dengan daging—kalau Alexa pasti dia bisa makan dua atau tiga steak untuk bisa membuatnya kenyang.
"Apa enak?" tanya Rafael saat melihat Alexa yang sangat lahap dengan makanannya.
"Kau mau coba?" tanya Alexa sambil menyodorkan satu sendok nasi goreng kedepan wajah Rafael. "Ada seorang temanku, Ibunya adalah orang Indonesia, jadi Ibunya sering membawakanku nasi goreng. Tapi buatan Ibunya lebih terasa lezat daripada ini."
Sambil mengunyah nasi goreng yang diberika oleh Alexa tadi, Rafael langsung teringat seseorang yang juga bersasal dari Indonesia dan sering membuatkan nasi goreng untuk Rafael—yang sebarnya Rafael sudah tahu rasa nasi goreng yang sebenarnya itu seperti apa.
Mencoba untuk tersenyum dan mengenyahkan seluruh pikirannya tentang dia. "Ini enak, seharusnya aku pesan ini juga tadi."
"Kau selalu memakan makanan yang sama, seharusnya kau sesekali mencoba makanan yang belum pernah kau coba."
"Oke, aku akan mencoba seluruh makanan yang belum pernah aku coba—bersama dirimu."
"Tidak! Jangan selalu bersamaku," ucap Alexa. "Aku akan pergi ke Australia."
"Kenapa? Kau mau bertemu orangtuamu?"
"Aku harus membicarakan soal undangan," jawab Alexa. "Undangan bahwa kau dan aku akan menikah."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
Romance[Mature Romance] follow dulu baru baca. -cerita ini di publish ulang- Rafael Alexander-The perfect CEO. Tampang, harta, muda, dan berbakat, bisa membuat setiap orang jatuh hati dengan lirikannya, membuat Rafael digila-gilai seluruh wanita di penjuru...