Happy Reading!!
* * *
Alexa bersyukur Rafael belum pulang saat Ryan dan Olivia datang, sebenarnya Rebecca yang mengajak Rafael berkeliling setelah menghampirinya di kantor Rafael. Jelas saja Rafael malas dengan ajakan Rebecca, tapi saat Rebecca mengancam karena disuruh Alexa dan Alexa tidak akan mau berbicara dengannya karena tidak menuruti Rebecca membuat Rafael dengan terpaksa harus mau menuruti Rebecca.
Thanks buat Rebecca sekali lagi.
"Maaf, Nyonya. Di luar ada Mr. Thaddeus dan istrinya. Mereka menunggu di bawah," alis Alexa mengkerut. Thaddeus adalah teman Rafael saat mereka berada di Italia, bahkan Alexa belum sempat berbicara dengan Thaddeus saat itu.
Alexa keluar dari kamarnya dan melihat sudah ada Thaddeus dan seorang perempuan Asia yang tengah tersenyum lebar melihat Alexa.
"Alexa," sapa Thaddeus sambil tersenyum lebar membuat Alexa mau tidak mau harus membalas senyuman Thaddeus. "Aku sudah berbicara kepada Rafael, sebentar lagi dia sampai."
Alexa mengangguk dan duduk di sofa sambil memperhatikan sedikit interaksi Thaddeus dan istrinya.
"Dia istriku, Amira," kata Thaddeus, wanita yang bernama Amira itu berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Senang bertemu dengammu Mrs. Alexander."
Alexa terkekeh saat mendengar Amira mengatakan itu. "Alexa saja."
Thaddeus pergi setelah ponselnya berdering membuat Alexa dan Amira terbendung dalam kesunyian yang membuat Alexa tidak tahu harus berbuat apa, dan begitu juga Amira. Alexa bahkan sudah berpikir keras apa yang ingin dia katakan kepada Amira.
"Kau sudah lama mengenal Rafael?" tanya Amira membuat Alexa yang sedang bingung dengan topik apa yang ingin mereka bicarakan mendadak langsung menatap Amira.
"Ya ... Lumayan."
"Kau beruntung memiliki Fael, Lexa. Dia sangat posesif dan perfect disaat bersamaan. Dia baik dan beribawa, dia tidak akan melepaskan apa yang akan menjadi miliknya. Masa lalu merubah dirinya, Olivia kembali dan dia memilihmu. Aku rasa, Fael memang benar mencintaimu."
"Aku tahu," Alexa mengembangkan senyumnya. "Dia terus saja mengatakan hal yang membuatku merinding saat mendengat dia mengucapkan kata-kata romantis, aku tidak suka," Alexa terkekeh membuat Amira tersenyum.
"Dulu Rafael sering datang ke Italia hanya untuk sekedar tidur, sekarang setelah bertemu denganmu sepertinya dia lupa dengan Italia."
"Tidak, aku tidak lupa. Hanya saja, aku sudah memiliki Alexa, so, aku akan sangat jarang datang ke sana."
Tidak perlu tahu siapa asal suara itu. Pria itu sudah mengambil duduk di sebelah Alexa dan mencium pipinya singkat membuat Alexa merona dan Amira terkikik senang saat melihat keduanya. Ayolah, Rafael itu tidak memiliki rasa malu di hadapan orang. Jadi untuk apa Rafael harus menunggu saat tidak ada orang disaat Rafael benar-benar ingin melakukannya.
"Dimana Thaddeus?" tanya Rafael.
"Ada yang menelepon, mungkin sebentar lagi," ucap Amira.
Setelah cukup lama berbincang-bincang, Amira dan Rafael terkekeh saat mengingat masa lalu mereka, Alexa hanya diam sambil sesekali tersenyum saat Rafael atau Amira meliriknya. Sungguh, Alexa sangat tidak suka berada diantara keduanya. Alexa hanya seperti patung yang hidup yang hanya mampu medengarkan tidak bisa berkata apapun.
"Benar, Ethan juga sangat tidak suka melihatku seperti itu. Ah ... bicara tentang Ethan, aku merindukannya. Bagaimana kabarnya sekarang?" tanya Amira saat topik pembicaraan mereka berganti dengan Ethan.
"Dia baik. Masih seperti dulu, sekarang kenakalannya bertambah jadi. Entah apa yang akan dilakukan pria itu di masa depan. Dia tidak mau menikah."
"Benarkah?" Amira terkejut. "Ada apa dengannya. Aku juga rindu saat aku menasehatinya, jelas-jelas dia lebuh tua daripada aku."
"Ah ... maaf Alexa. Kami hanya teringat masa lalu. Maaf mengabaikanmu."
Alexa tersenyum tipis. "Tidak apa. Lanjutkan saja, aku hanya akan mendengarkan saja."
Rafael melirik Alexa dan merutuki dalam hati. Alexa-nya kini sedang kesal, Rafael berdeham dan menarik pinggang Alexa agar mendekat ke arah Rafael.
Dengan cekatan Alexa segera melepaskan diri dan berdiri. "Maaf Amira, aku akan kembali. Aku harus ke toilet," ucap Alexa dan segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Amira.
Kesal? Jelas! Siapa yang tidak kesal saat melihat Rafael yang tersneyum dan tertawa lebar saat mendnegarkan dan bernostalgia tentang masa lalu mereka. Masa lalu mereka berlima bersama dengan ketiga pria lainnya yang memang sekarang sudah dekat dengan Alexa. Terkutuklah wanita itu yang selalu saja menatap Rafael tanpa melihat Alexa yang berada di samping Rafael yang sedang menahan kesa dan marah. Dan terkutuklah pula pria itu yang tertawa lebar dan mengabaikan Alexa yang berada tepat di sampingnya.
Dering di ponselnya membuat Alexa yang tadinya kesal bertambah kesal, dengan kasar dia mengambil ponselnya yang berada di nakas dan mengangkat telepon tanpa melihat siapa si pemanggil.
"Halo!"
"Santai, Alexa. Ada apa dengamu?" tanya Mia, membuat Alexa menghembuskan napasnya dan mencoba mengatur emosinya.
"Sorry, Mia. Aku sedang kesal, sangat kesal."
"Ada apa? Rafael berbuat jahat padamu?"
"Tidak, Mia," Alexa kembali menghembuskan napasnya. "Ada apa kau meneleponku?"
"Ah ... Sekarang aku sedang berada di China. Aku sudah menerima udangan pernikahanmu. Aku tidak tahu bisa datang ke acarmu atau tidak."
"Ayolah, Mia. Kau harus datang, aku akan marah padamu kalau kau tidak datang."
"Nanti aku sempatkan datang, Alexa ... ah, iya. Wait. Alexa sudah dulu, bos sedang marah besar."
Sambungan telepon terputus, Alexa tidak akan kembali ke bawah untuk menemui Rafael atau Amira. Tidak untuk kedua kalinya, Alexa merasa kesal. Bukan! Alexa tidak cemburu, terserah Rafael mau bagaimana dengan wanita lain, tapi kalau Rafael sedang bersama dengan Alexa, Alexa tidak mau seperti tadi, terdiam mendengarkan cerita mereka yang tidak Alexa mengerti atau ketahui.
***
"Dimana Alexa?" tanya Thaddeus setelah menyelesaikan panggilannya, pria itu sudah duduk disamling Amira.
"Dia sedang di toilet," jawab Rafael yang sebenarnya Rafael ketahui bahwa Alexa sedang kesal saat ini. "Malam ini kita adakan pesta, ketiga pria itu akan datang malam ini. Merayakan kedatangan kalian."
"Tentu, Raf. Terima kasih," kata Thaddeus.
"Tidak perlu," jawab Rafael kemudian berdiri. "Kau tahu dimana kau biasa tidur, Thaddeus. Aku tidak merasa kau tamu disini. Semoga kau nyaman disini," kata Rafael kemudian pergi menuju kamar untuk menemui Alexa.
"Oh ... Baby, baby," senandung Rafael sambil masuk ke dalam kamar dan melihat Alexa yang tengah berdiri di balkon. Rafael menghampiri Alexa dan langsung memeluknya dari belakang.
"Sudah selesai bernostalgia?" tanya Alexa yang terdengar jengkel, Rafael terkwkeh dan menaruh dagunya di atas pundah Alexa. "Aku ingin berbicara tentang Ryan," kata Alexa, memutar badannya menghadap Rafael dan menatapnya.
"Tidak ada perlu dikatakan tentang Ryan."
"Ada," tegas Alexa. "Sudah lima tahun lebuh, Raf! Tidakkah cukup untuk semuanya? Kau marah kepada Ryan karena Olivia, bukan? Sekarang apa masalahnya? Kau bilang kau mencintaiku, tapi kau masih tetap marah kepada Ryan. Itu intinya kau masih tetap berharap kepada Olivia, Raf. Kau—"
"Tidak, Alexa! Tidak."
"Pikirkan apa yang aku ucapkan, aku harus ke dapur," ucap Alexa dan berlalu pergi meninggalkan Rafael sendirian di balkon.
Rafael mengacak rambutnya frustasi. Sial! Rafael tidak mau Alexa terus marah kepadanya. Dan satu-satunya cara adalah berbaikan dengan Ryan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
Romance[Mature Romance] follow dulu baru baca. -cerita ini di publish ulang- Rafael Alexander-The perfect CEO. Tampang, harta, muda, dan berbakat, bisa membuat setiap orang jatuh hati dengan lirikannya, membuat Rafael digila-gilai seluruh wanita di penjuru...