Chapter 3 - Disaster

10K 493 9
                                    

HAPPY READING!!

* * *

Rafael sudah mondar-mandir tidak jelas di dalam penthouse milik William, dan perempuan yang menjadi temannya itu tidak datang-datang, apa dia sudah tahu kalau Rafael sudah sangat gugup setengah mati?

Suara ketukan pintu kamarnya membuat Rafael harus mengenyahkan seluruh pemikirannya, dan berjalan mendekati pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu.

Dan Rafael harap yang sedang mengetuk pintu saat ini adalah seorang pegawai hotel ini dan bukanlah teman ranjangnya.

Rafael membuka pintu dan melihat seorang wanita yang dibalut dengan dress berwarna merah tua yang juga sedang menatap Rafael.

Rafael merasa terkunci dengan tatapan itu, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari perempuan yang ada di depannya ini, Rafael membuka pintu lebih lebar agar perempuan itu masuk.

Perempuan yang Rafael ketahui namanya adalah Alexa itu sudah masuk kedalam kamar dan meletakkan tas kecilnya diatas meja dan duduk dipinggir ranjang.

Dan diantara mereka tidak tahu siapa yang harus memulai duluan.

"Hmm ...," Rafael berdeham agar membuat suasana kikuk diantara Alexa dan dirinya agak mencair.

Alexa merasa kalau jantungnya saat ini sudah tidak ada ditempatnya, bahkan hampir terdengar di telinganya.

Alexa terpaku pada seorang laki-laki yang sedang berdiri tidak jauh darinya saat ini, dan Alexa tidak tahu harus memulai bagaimana.

Alexa berdiri mendekat kearah jendela dan Rafael mengikutinya, "aku sangat suka melihat pemandangan dari sini," ucap Alexa tiba-tiba.

Rafael yang berada dibelakang Alexa mencium aroma bunga dari rambut Alexa membuat Rafael semakin ingin mendekat kearah Alexa.

"Kau bekerja dimana?" tanya Rafael yang maish mencoba untuk mengalihkan pikirannya untuk merengkuh Alexa saat ini.

"Aku bekerja di sebuah penerbit buku," jawab Alexa. "Dan kau?"

Rafael hanya diam tidak menjawab pertanyaan Alexa dan Alexa merasa kalau Rafael diam saja langsung membalikkan badannya dan melihat Rafael.

Tatapan mata Alexa ... dan Rafael menyukai tatapan itu. Untuk pertama kalinya, Rafael merasa kalau tatapan yang diberikan Alexa adalah tatapan yang berbeda dari perempuan yang sebelumnya yang pernah dia temui.

"Aku harap kau tidak akan tahu pekerjaanku, Alexa," Rafael mendekat mencoba untuk memulai permainannya.

Rafael berhenti saat dia sudah berada tepat didepan wajah Alexa. Dan inilah mengapa Alexa berbeda dari perempuan lainnya, bukan dari make up tipisnya tapi terdapat getaran di bibir bawahnya.

Rafael tersenyum sambil mengelus lembut tangan Alexa dan mulai mencium Alexa. Alexa melingakarkan tangannya dileher Rafael, dan mencoba untuk terbiasa dengan awal permainan mereka.

Ini adalah pemanasan, pikir Alexa. Dan Alexa tidak tahu apakah dia harus merasa bagaimana semestinya.

Alexa terasa melayang dan saat itu juga dirinya sudah ada diatas ranjang dengan Rafael diatasnya.

"Apakah kita harus mulai sekarang?" tanya Rafael mencoba untuk menanyakan persetujuan dari Alexa.

Mengangguk yakin Alexa kembali menerima ciuman panas dan lebih dalam dari Rafael. Dan sekarang semuanya akan berubah.

Entah sudah berapa lama Rafael menciumi Alexa dan saat itu pula Alexa dan Rafael tidak merasa kalau mereka berdua sudah sama-sama tidak mengenakan pakaian.

Alexa menatap Rafael khawatir, ini adalah waktunya tapi yang ada di malah ragu dengan keputusannya.

"Are you okay?" tanya Rafael, Alexa mengangguk. Saat itu pula Alexa merasakan hujaman yang menyakitkan dibawah sana.

Alexa memekik, dan membuat Rafael menghentikan aktivitasnya. "What the-"

"It's okay, lanjutkan saja," ucap Alexa dan Rafael hanya mengangguk dan melanjutkan gerakannya dengan tempo yang pelan dan lembut.

***

Sebuah tangan kekar melingkar di pinggang milik Alexa. Sambil melihat kearah nakasnya tanpa bergerak sedikitpun di dalam pelukan Rafael dan dia melihat saat ini sudah menunjukkan pukul empat pagi.

Mencoba untuk memindahkan tangan Rafael dari tubuh Alexa, tapi yang ada tangan Rafael sangat susah untuk digerakkan.

"Hmm ...," Alexa mencoba untuk memabangunkan Rafael dengan dehamannya. "Bisa kau lepaskan?"

Alexa menatap wajah Rafael yang masih menutup matanya, sedetik kemudian Rafael membuka matanya dan tesenyum manis.

"Kau mau pergi, Alexa?"

Mata Alexa menatap manik mata Rafael, merasa nyaman saat Alexa menatapnya tanpa mengucapkan apapun untuk menjawab pertanyaan Rafael barusan.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Lexa. Kau adalah milikku."

Alexa menegak salivanya dan ini adalah bencana.

Setelah pengakuan Rafael kalau Alexa adalah miliknya, Rafael sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Alexa.

Alexa merasa kalau ini adalah kejadian aneh yang Alexa rasakan. Mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu, bahkan Alexa sama sekali tidak mengenal Rafael dan Rafael bahkan sudah mengatakan kalau Alexa adalah miliknya.

Sungguh, Alexa tidak berharap seperti ini. Alexa jujur kalau Rafael adalah laki-laki yang sangat perfect dimata Alexa, dan Alexa sangat yakin kalau Rafael adalah laki-laki yang baik.

Tapi ... tetap saja. Mereka berdua adalah orang yang sama sekali tidak pernah bertemu.

"Aku mau pulang, Raf," ucap Alexa sambil menaruh sendok dan garpunya diatas piring yang sudah kosong.

"Aku akan mengantarmu."

Alexa diam menatap Rafael lama. Apa-apan ini? Alexa merasa kalau saat ini mereka memiliki sebuah hubungan yang bahkan Alexa tahu bahwa mereka tidak memiliki hubungan apapun kecuali semalam mereka tidur bersama.

"Aku merasa aneh disini, Raf."

"Apa yang aneh, Lexa?" tanya Rafael sambil tersenyum lembut menatap Alexa.

"Kau tahu, kita baru menganal beberapa jam yang lalu. Bahkan aku sama sekali tidak mengenalmu-kecuali namamu. Aku tidak tahu siapa kau, aneh rasanya kalau saat ini aku merasa kalau kau sudah seperti seorang kekasihku."

Rafael terkekeh, "kalau begitu ... kenalilah aku."

Dan yang satu ini adalah bencana besar bagi Alexa.

TBC

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang