Chapter 39 - Honey Moon

5.2K 172 13
                                    

Happy Reading!!

***

"Kita akan pergi ke Pulau Derawan, kau mau?" tanya Rafael sambil menyuapkan salad sayur yang dibuat Alexa ke dalam mulutnya.

"Ada apa disana? Aku belum pernah kesana."

"Honeymoon," jawab Rafael sambil menggerlingkan matanya. "Kita butuh honey-moon."

Alexa memutar bola matanya jengah karena setiap saat ucapan Rafael hanyakah tentang: "kapan honeymoon?", " kapan kita bisa pergi?", "kapan kau memutuskan pergi kemana?".

Kapan, kapan, dan kapan.

Alexa malas menjawab pertanyaan itu, alhasil pria itu sendiri yang mencari tempat kemana mereka akan pergi. Dan tujuannya adalah Pulau Derawan, Kalamantan Timur, Indonesia.

"Kapan kita pergi?" tanya Alexa setelah lama menimang.

"Secepatnya, saat ini pun kita bisa pergi."

"Kita harus packing pakaian."

"Itu bisa diurus, yang penting tubuhmu dan jiwamu harus ikut Alexa."

Alexa memutar bola matanya. Tapi ada yang aneh dengan Rafael akhir-akhir ini, pria itu lebih banyak diam dam melamun entah memikirkan apa, tapi yang jelasnya setelah keluar dari apartemen Mia, Rafael sudah menjadi seperti itu.

Ada yang aneh, tapi Alexa tidak tahu apa itu.

Dan juga Rafael tidak seperti biasanya, pria itu lebih suka tidur lebih dulu meninggalkan Alexa, jarang sekali meminta atau bermanjaan kepada Alexa kalau Rafael sagat ingin, pria itu berbeda dari Rafael yang Alexa kenal, Rafael yang ini susah diketahui meskipun dia selalu tersenyum dan menampilkan bahwa dia baik-baik saja di depan Alexa.

Alexa sudah berubah pikirannya, melihat Amira dan Mia yang sudah hamil membuat Alexa ingin seperti mereka. Bahkan Alexa sering menonton tentang Ibu hamil membuat Alexa tersenyum senang saat memikirkannya.

"Alexa ... kita berangkat sebentar lagi," ucap Rafael sambil duduk di belakang Alexa dan mengambil rambut yang tergerai miliknya. "Aku akan merapikannya."

Alexa hanya diam membiarkan Rafael melakukan sesuai kehendaknya kepada rambut Alexa, tapi Alexa benar-benar suka saat Rafael memainkan rambutnya Alexa merasa lebih nyaman dan senang.

"Boleh aku mewarnai rambutku?" tanya Alexa masih tetap diam di tempat.

"Tidak boleh!"

"Kenapa? Aku bosan dengan warna rambutku."

"Kalau begitu, boleh aku menggundul rambutku?"

"Itu terserah padamu, asalkan kau masih enak dipandang olehku."

"Kalau begitu aku tidak akan menggundulnya, kau tidak akan enak memandangku."

Alexa hanya tersenyum sambil memperhatikan Rafael yang daritadi belum selesai mengikat rambut Alexa.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Alexa menatap Rafael dari cermin. "Ada apa denganmu akhir-akhir ini?"

Rafael berhenti mengikat rambut Alexa dan menatap Alexa dari cermin yang juga sedang menatapnya.

"Ada apa denganku, Lexa?" Rafael kembali bertanya dan tersenyum tipis. "Aku tidak apa, kau hanya mengkhawatirkanku."

Alexa  mengangguk. "Benar, aku mengkhawatirkanmu."

***

Alexa sempat terkagum-kagum saat mereka telah sampai di Pulau Dewata. Dengan laut yang biru, pasir putih, serta terdapat cottage di atas air membuat Alexa menikmati honeymoon yang dikatakan Rafael. Tapi, kebahagiaan itu hanya berlaku untuk Alexa, karena Rafael terlihat sangat tidak menampilkan senyumannya sama sekali.

"Ada apa?" Alexa bertanya sambil menatap Rafael khawatir. "Kau tidak suka disini?"

Rafael tersenyum dan mengelus pipi Alexa dengan ibu jarinya. "Tidak Lexa, aku menyukainya."

"Tapi kenapa kau tidak tersenyum?"

"Look, I'm smile," ucap Rafael dengan senyumannya yang tadi dan memgalungkam tangannya di leher Alexa. "Aku bahagia Alexa, aku bahagia karena kau ada disampingku, karena ada kau yang selalu ada di sisiku. Aku sangat bahagia Alexa."

Alexa tersenyum lebar dan mengelus pelan lengan Rafael, mereka berjalan menuju cottage yang sudah Rafael siapkan dengan menggunakan motorboat. Rafael memang sengaja memilih cottage yang agak jauh dari tepian, karena dia mau membuat sensasi yang berbeda dan tentunya suara lenguhan baru Alexa.

"Selama beberapa hari kita disini, apa yang mau kau lakukan?" tanya Rafael menaruhkan kepalanya di bahu Alexa dengan Alexa yang menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. "Kau mau buat schedule?"

Alexa diam, dia sedang berpikir apa saja yang mau dia lakukan selama beberapa hari disini, karena jadwalnya hanya pada siang hari dan pada malam hari adalah jadwal Rafael yang jelasnya, mereka tidak akan keluar dari cottage.

"Diving? Keliling naik ship?" Alexa terus berikir membuat Rafael hanya terkekeh. "Nanti akan aku pikirkan. Sekarang kita istirahat saja. Aku lelah."

Alexa segera menurunkan kepala Rafael dari bahunya menuju bantal dan juga dirinya yang sudah siap dengan selimut.

"Tidak usah pakai selimut, ini masih siang. Panas," ucap Rafael sambil mengambil selimut yang dipakai Alexa dan membuangnya ke lantai. "Kalau kau kedinginan, aku bisa memelukmu," Rafael mendekat ke arah Alexa dan memeluknya erat.

"Dasar," cibir Alexa. Alexa membalikkan tubuhnya menghadap Rafael, mengelus rambut Rafael dan membiarkannya tidur dahulu. "Selamat tidur, Mate."

Rafael terus memeluk Alexa hingga suara deru napas Alexa teratur dan tangannya tidak lagi mengelus pelan rambut Rafael. Dengan segera Rafael melepaskan pelukannya, mengelus rambut Alexa dan mengecup kening Alexa lama. Setelah itu dia turun dan mengambil selimut untuk menyelimuti Alexa.

"Selamat tidur juga, Mate," ucap Rafael dan keluar dari kamar.

Rafael tidak pergi jauh, dia hanya duduk di tangga dan mencelupkan kakinya di dalam air laut dan memandang hamparan laut yang luas. Rafael berpikir, apa masalahnya saat ini? Dia memiliki Alexa, Alexa mencintainya. So, Rafael hanya sedang bimbang saja.

"Baby," Rafael bergumam. Dulu, saat mereka belum menikah, Rafael sangat pengin dan segera Alexa mempunyai anak dan Rafael tahu Alexa belum siap, Rafael terus saja menggodanya. Tapi, saat-saat ini, Rafael bingung. Sebenarnya, apa yang dia mau? Baby atau Alexa?

Apa mungkin benar kata Alexa dulu kalau Rafael hanya terobsesi dengan Alexa? Rafael menggeleng, tidak. Jelas saja dia mencintai Alexa tapi untuk saat-saat ini, Rafael sangat tidak mau Alexa ... hamil.

Rafael menghela napasnya. Egois kah dia?

Entah kapan pikiran itu terlintas di otaknya, Rafael hanya tidak mau kehilangan Alexa. Rafael tidak mau.

"Rafa," panggil Alexa.

Rafael menoleh dan gersenyum tipis. "Ada apa, Bee?"

"Sedang apa?" tanya Alexa duduk di atas tangga yang lebih tinggi dari Rafael dan memeluknya dari belakang.

"Hanya menikmati pemadangan. Aku suka tempat ini."

"Pilihanmu memang bagus. Aku juga menyukainya," ucap Alexa sambil menaruhkan dagunya di pundak Rafael. "Ayo kita berkeliling memakai ini," kata Alexa antusias saat melihat motorboat yang terparkir di dekat cottage mereka.

"Boleh," kata Rafael sambil tersneyum. "Jangan memakai bikini."

Alexa cemberut. Tujuannya naik ke motorboat hanya ingin menikmati terpaan angin laut dengan menggunakan bikini barunya yang dia beli bersama dengan Rebecca dan juga Olivia.

"Aku mau mencoba bikini yang baru aku beli. Tidak mungkin aku membeli tapi tidak dipakai," rengek Alexa.

"Tidak apa. Pulang nanti kasih saja kepada Becky. Dia mau," kata Rafael acuh. "Jadi? Mau pergi atau tidak?"

"Pergi," kata Alexa akhirnya. Percuma saja dia merengek-rengek di depan Rafael, pria itu tidak akan mau memberikan izinnya untuk Alexa.

TBC

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang