Chapter 26 - Australia

5.1K 264 17
                                    

Happy Reading !!

* * *

Percayalah, perasaan Alexa kepada Rafael itu masih abu-abu. Dia tidak tahu apakah dirinya mencintai Rafael dengan arti yang sebenarnya atau tidak. Tapi, saat melihat Olivia tadi, Alexa merasa ada yang aneh. Perasaan yang membuat air matanya tiba-tiba saja menetes.

Sialan, intinya adalah Alexa mencintai Rafael, bukan?

Masih tetap sama, dia tidak ingin menangis di depan Rafael. Di depan siapapun, karena dia sangat tidak suka menunjukkan kelemahannya kepada orang lain—termasuk Rafael, meskipun dia notabenya adalah tunangan Alexa, tapi Alexa sangat tidak mau menangis di depan Rafael.

"Apa yang kau pikirkan sekarang, Lexa?" tanya Rafael sambil menggelamkan kepalanya dia lekukan leher Alexa. "Apa Olivia menganggu pikiranmu?"

"Aku senang, kau memilihku."

"Aku selalu memilihmu, Lexa," ucap Rafael membuat Alexa terdiam, seperti ada yang menggelitiki hatinya. Kalau dirinya memang sudah menyukai Rafael, tapi Alexa tidak menyadarinya. "Karena aku mencintaimu," tambah Rafael sambil menciumi leher Alexa.

"Berhenti membuatku memohon kepadamu, Raf! Tidak untuk sekarang!" geram Alexa membuat Rafael terkekeh dan tidak lagi menciumi Alexa tapi masih tetap memeluk Alexa dari belakang.

"Kita ke Australia besok."

"Kenapa?"

"Apanya, Lexa? Kau tidak mau bertemu kedua orangtuamu?"

"I mean, ada apa kita harus ke Australia?" tanya Alexa sambil melepaskan pelukan Rafael dan berbalik untuk menghadap Rafael. "Jangan katakan kau ingin mengajakku pergi ke Australia hanya karena Olivia?" tanya Alexa menggebu-gebu, saat melihat Rafael diam dan tidak menjawab pertanyaan Alexa membuat Alexa semakin geram dan marah.

"Oh God. Kau masih menyukai Olivia-mu itu kan?" tanya Alexa menggeram marah dan Rafael yang sedang memperhatikan Alexa menaikkan sebelah alisnya kemudian tersenyum seimpul. "Ada apa? Aku tidak sedang bercanda, Raf!"

"Kau makin cantik disaat cemburu, Lexa. Aku suka."

"What?!" mata Alexa membulat penuh, dia jelas-jelas menolak apa yang baru saja diucaoka  oleh Rafael. Cemburu? Siapa? Alexa? Yang benar saja, Alexa pasti tidak ...

... Cemburu, bukan?

"Alexa ...," panggil Rafael membuat Alexa yang tadi terdiam langsung melihat jearah Rafael. "Aku tidak akan memaksamu, aku sudah memikirkannya. Aku egois, dan aku tidak mau hanya aku saja yang bahagia sedangkan dirimu tidak. Kau bisa memutuskan untuk tetap bersamaku atau tidak bersamaku saat pulang dari Australia."

Alexa terdiam, sungguh untuk pertama kalinya Alexa mendengar suara Rafael yang terdengar lirih, tanpa ada semangat, dan yang jelas dia menginginkan pendapat Alexa.

"Aku tidak mau kau menyesal saat menikah denganku, aku tidak mau kau tidak bahagia saat bersama denganku, dan aku tidak mau kau tersiksa hanya karena aku ingin menikahimu," ucap Rafael sambil mencium pucuk kepala Alexa dengan lembut dan lama. "Aku tidak mau memaksakannya lagi, Alexa. Semua terserah padamu."

***

Alexa tidak bisa tidur, malam ini Rafael tidak menganggunya, Rafael tidak menggodanya, dan Alexa merasa aneh dengan itu, Alexa sangat merindukan Rafael yang menganggunya, Rafael yang menggodanya. Alexa rindu Rafael yang itu.

Menatap ke arah Rafael yang sedang tertidur, Alexa mengangkat tangannya mengelus pelan rahang Rafel yang begitu tegas dan kokoh, Alexa mendekat kemudian menciumnya singkat.

"Apa kau sedang memberi kode kepadaku untuk aku cium?" suara Rafael membuat Alexa langsung melepaskan ciuman dan tangannya dari rahang Rafael. Sangat mengejutkan, membuat Alexa merasa malu dan memalingkan wajahnya. Rafael tersenyum senang kemudian menarik pinggang Alexa untuk mendekat. "Jangan menggoda kalau tidak mau aku serang, Lexa."

Alexa meneguk salivanya dengan kasar, setiap ucapan yang keluar dari bubir Rafael itu seperti hal yang harus ditaati oleh Alexa, tidak boleh dilanggar dan tidan boleh diprotes.

"Aku mau ambil minum, Raf," ucap Alexa sambil melepaskan tangan Rafael di pinggang Alexa. "Raf ...."

"Hm ...," Rafael membuka matanya dab menatap Alexa penuh dengan cinta. "Ada apa, Lexa?"

"Apa akan kau lakukan kalau aku menolaknya?"

"Aku akan menyuruhmu bahagia, bukan denganku tapi dengan orang yang kau cintai."

"Maksudmu, kau menyuruhku pergi?" tanya Alexa terdengar jengkel, sedangkan Rafael mengangguk mantap dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Alexa. "Kalau aku menerimamu?"

"Aku akan membahagiakanmu, melindungimu, menyanyangimu, mencintaimu, dan ...," Rafael mendekatke telinga Alexa dan membisikkan sesuatu. "Dan aku akan memberimu anak."

***

"Kita berangkat sekarang?" tanya Rafael berdiri di daun pintu dengan kedua tangannya dilipat di depan dada, menatap Alexa yang sedang memasukkan baju Rafael dan dirinya ke dalam kopor. "Tidak perlu bawa banyak pakaian. Kita bisa membelinya disana kalau kurang."

Alexa menggelengkan kepalanya, seberapa kalipun Alexa mengatakan kepada Rafael kalau tidak perlu terlalu menghambur-hamburkan uang, Rafael tetap saja menghambur-hamburkan uangnya hanya untuk barang yang tidak berguna.

"Kalau masih ada pakaian kenapa harus beli? Memenuhi lemari saja," gerutu Alexa sambil menangancingkan kopor dan menurunkannya dari atas ranjang. "Ayo."

Rafael hanya mengangguk dan mengambil kopor dari tangan Alexa dan tangan sebelahnya untuk mengenggam tangan Alexa.

"Kau sudah menghubungi orangtuaku?" tanya Alexa saat mereka sudah berada di dalam mobil menuju bandara.

"Belum," Rafael menutup macbook miliknya dan tersenyum menatap Alexa. "Tidak usah diberitahu, biar menjadi suprise."

Alexa hanya mengangguk dan menaruhkan kepalanya di pundak kiri Rafael, entah sejak kapan kebiasaannya itu, yang jelas disaat Alexa berdua dengan Rafael, Alexa selalu saja ingin menyenderkan kepalanya di pundah Rafael. Sedangkan Rafael akan menciumi rambut Alexa dan mengelus-elus rambut Alexa dengan penuh kasih sayang.

"Rafael ...," panggil Alexa tanpa menatap Rafael. "Bagaimana kalau aku hamil?" tanya Alexa membuat Rafael tidak bisa tidak tersenyum. "Bagaimana kalau aku benar-benat hamil? Apa aku akan menjadi ibu? Apakah itu menyenangkan?"

Alexa langsung mendongakkan kepalanya saat tidak ada tanda-tanda Rafael menjawab pertanyaan Alexa, tetapi tangannya masih tetap mengelus-elus rambut hitam Alexa.

"Rafael!"

"Yes, Lexa?"

"Ah ... Lupakan!" Alexa langsung bergeser menjauhi Rafael dan menatap kearah jendela mobil. "Why airport is fucking so far?" gerutu Alexa masih tetap setia menatap kearah jendela mengambaikan Rafael yang sudah senyum-senyum sambil menatap Alexa.

"Apakah itu arti dari kalimat bahwa kau ingin segera memiliki anak dariku, Lexa?" tanya Rafael sambil menarik pinggang Alexa dan mendudukannya diatas paha Rafael. "Kau mau cepat-cepat punya anak?" tanya Rafael lagi membuat pipi Alexa bersemu merah. Sial! Alexa tidak pernah semalu ini sebelumnya!

"Jangan terlalu berharap lebih, Mr. Alexander."

"Tapi, Lexa," Rafael mendenkatkan kepalanya di telinga Alexa dan membisikkan kata-kata yang membuat Alexa mematung seketika. "Aku tidak pernah memakai pengaman saat bermain bersamamu."

Damn! Alexa terdiam, sudah berapa kali mereka melakukan itu? Apa benar Rafael tidak pernah memakai pengaman? Yang benar saja!

"Seriously?"

"Ya," Rafael tersenyum lebar membuat Alexa menatapnya jengah. "Kemungkinan besar kau akan hamil. Are you okay about that?"

Alexa terdiam, pertanyaannya tadi hanyalah untuk sekedar mengetes Rafael saja, apakah Rafael akan marah atau tidak saat Alexa hamil. And now, Alexa sendiri yang terjebak dengan ucapannya, dia belum sanggup, dia belum siap untuk menjadi seorang ibu.

Poor you, Alexa.

TBC

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang