Happy Reading !!
* * *
Alexa bisa menghindari Rafael, bahkan dirinya sekarang sudah ada di rumah lamanya bersama dengan Mia.
Tapi keberuntungan Alexa tidak untuk hari ini, saat dia pulang kerja, dia sudah melihat Rafael yang sedang tertidur diatas kasur miliknya—bahkan saat rumahnya kosong tidak ada siapapun.
Mengembuskan napasnya, Alexa masuk kedalam kamarmya, mengabaikan Rafael yang sedang tertidur diatas kasur milik Alexa. Duduk di depan meja riasnya, Alexa menghapus bekas make-up miliknya, kemudian dia masuk kedalam kamar mandi.
Ingin rasanya Alexa mengumpat Mia sekarang juga, kenapa disaat seperti ini perempuan itu tidak ada dirumah, kenapa dia harus ada party? Ah ... memikirkannya membuat Alexa geram sendiri melihat Rafael sedang ada di kamarnya.
Keluar dari kamar mandi, Alexa melihat Rafael sudah tidak ada didalam kamarnya, akhrinya Alexa bisa bernapas lega, tapi tidak lama setelah itu Rafael masuk kedalam kamar Alexa dan langsung membawa Alexa pergi dari rumahnya.
"Kita mau kemana, Raf?" tanya Alexa tergesa-gesa karena mengikuti langkah kaki Rafael yang besar-besar.
"Rafael ...," Rafael tidak menjawab panggilan Alexa, dia masih saja menarik lengan Alexa dan ... menahan marah? Alexa melihat rahang Rafael yang ngeras dan mungkin saja menahan marah. Tapi, untuk apa dia marah?
Alexa masuk kedalam mobil saat Rafael memberikan isyarat tanpa berbicara apapun kepada Alexa. Alexa mengikuti saja apa yang akan dilakukan oleh Rafael nanti, tanpa berbicara atau menanyakan apapun kepada Rafael. Well, percuma saja kalau Alexa terus-terusan berbicara atau menyakan kemana mereka akan pergi, kalau Rafael sama sekali tidak menjawab apapun yang diucapkan Alexa.
Ini sebuah perasaan asing yang membuat Alexa merasa aneh sendiri dengan tingkah Rafael yang seperti ini. Alexa merasa kalau dia yang bersalah—kalau dipikir-pikir begitu, kenapa juga dia harus menghindari Rafael setiap saat?
Lebih merasa aneh lagi, kalau sekarang ini mereka sudah ada di bandara. Rafael marah, tetapi marahnya mengajak orang lain pergi keluar negeri?
"Raf, kita mau kemana?"
"Ikut saja," jawab Rafael datar yang masih terus berjalan didepan Alexa, dengan kedua tangannya di masukkan kedalam saku celananya.
Alexa terdiam saja, malas untuk pergi lagi. Segera berbalik, dia kembali ke arah berbeda dan menjauhi Rafael, yang sudah jauh dibelakang Alexa.
"Menyusahkan," gumam Rafael. Segera berlari mengahmpiri Alexa, Rafael menggendong Alexa dan membawanya masuk kedalam pesawat.
"Turunkan aku, Raf," ucap Alexa sambil memberontak di gendongan Rafael.
"Not now, Miss McBride."
***
Alexa masih saja digendong oleh Rafael saat sudah sampai tujuannya, Alexa tidak tahu dimana dia. Tapi jelas-jelas dia sudah melihat Ethan disana dengan cengiran khasnya.
"Kenapa ini? Apa Alexa sakit?"
"Dia mau melarikan diri," jawab Rafael.
"Dari sini? Korea Selatan?"
"Hmm," gumam Rafael. "Dan kau, kenapa kau disini, Ethan?"
"Biasa ... aku hanya berlibur, pekerjaanku menumpuk," jawab Ethan sambil tersenyum miring.
"Itu urusanmu, Ethan. Sekarang aku mau pergi," Rafael langsung menarik tangan Alexa, tapi ditahan oleh Ethan.
"Hanya kau yang pergi, kan?" tanya Ethan. "Aku mau pergi bersama, Lexa."
"Tidak ada kata pergi bersama Alexa! Dia bersamaku," jawab Rafael tegas—meninggalkan Ethan yang terkekeh melihat wajah masam Rafael.
Alexa berjalan dibelakang Rafael, mengikuti setiap langkah kakinya, tanpa bertanya atau mengatakan apapun kepada Rafael. Ya ... karena Alexa tahu kalau saat ini Rafael sedang marah—bahkan dirinya tidak tahu apa penyebab Rafael marah itu.
"Alexa ... cepat," Rafael membalikkan badannya dan melihat Alexa yang jauh tertinggal dibelakangnya. Alexa yang mendengar suara Rafael, langsung berlari-lari kecil menghampiri Rafael. "Jalan disampingku, kalau kau tidak mau aku gendong lagi."
Mengangguk paham dari apa yang baru saja diucapkan oleh Rafael, Alexa berjalan disamping Rafael. Alexa langsubg masuk kedalam mobil saat Rafael membukakan pintu mobil—berusaha untuk tidak nembuat Rafael menjadi lebih kesal dan marah.
Alexa dan Rafael sudah sampai di mansion—yang pasti milik Rafael. Keluar dari mobil, Alexa tidak tahu seberapa kaya seorang Rafael Alexander itu, sehingga bisa memiliki mansion dimana-mana. Well, mansion itu besar dan pasti yang memilikinya adalah orang-prang tertentu—termasuk Rafael.
Sampai saat ini Alexa tidak tahu letak kesalahnnya bahkan apa yang membuat Rafael menjadi marah seperti itu. Apa mungkin karena Alexa pergi dari rumahnya? But, itu bukanlah masalah besar, karena Alexa dan Rafael bukanlah seorang sepasang kekasih—atau apapun itu. Hubungan mereka terlihat abstrak dan tidak nyata.
"Raf, aku tidak tahu dimana salahku. Bisa kau jelaskan agar aku mengerti?" Alexa mencoba bertanya sambil duduk di ujung ranjang.
Rafael berkacak pinggang, menghela napasnya yang membelakangi Alexa. Membalikkan badannya, masih dengan posisi tadi, Rafael kembali menghela napasnya, dan menatap Alexa.
"Apa perlu kuperjelas, Alexa?" tanya Rafael. "Sebenarnya kau itu pura-pura tidak tahu, atau memang sengaja tahu untuk menolakku secara pelan-pelan?"
"Apa maksudmu?"
"Alexa ...," Rafael berjalan mendekati Alexa. "Ini aku Rafael. Rafael yang ada di depanmu ini mencintaimu. Tapi kau tidak pernah menganggapku ada, tidak pernah merasakan kalau aku itu ada, dan tidak pernah mau menganggapku bahwa aku memang ada dan nyata."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
Romance[Mature Romance] follow dulu baru baca. -cerita ini di publish ulang- Rafael Alexander-The perfect CEO. Tampang, harta, muda, dan berbakat, bisa membuat setiap orang jatuh hati dengan lirikannya, membuat Rafael digila-gilai seluruh wanita di penjuru...