09. BENCI

23.5K 1.8K 22
                                    


Udah vote?
Yuk, vote sebelum baca.

Ramaikan chapter ini ya 😊

⚠️FOLLOW AKUN WATTPAD INI⚠️


09.BENCI

"Sayang..., kok nikahan kemarin sahabat-sahabat kamu nggak ada?"

Helsa menatap intens Adryan, tangannya Masih menjamah kerah baju milik suaminya. Hal semacam ini sudah menjadi kebiasaannya setiap sebelum suaminya berangkat ke rumah sakit, Helsa yang membena kembali kemeja suaminya. Adryan memang seperti itu, padahal kan dia tidak memakai dasi yang harus dibantu istrinya.

"Helsa nggak punya sahabat," tukasnya. Namun, di dalam hati kecilnya, Helsa merindukan keempat sahabatnya. Ranaya, Diandra, Citra, dan Keke. Empat gadis itu tidak bersalah. Semua karena Bella. Musuh dibalik selimut.

Adryan mengerti, mungkin mereka punya Masalah. Sudah, dia tidak perlu banyak bertanya.

"Oh, iya sayang, mama apa kabar?" Adryan mengalihkan pertanyaan, lagipula dia juga belum bertemu ibu mertuanya setelah hari pernikahan mereka. Renata memang sangat sibuk dengan perusahaan.

"Mama baru balik dari Kanada. Helsa lupa bilang sama Mas, mama nyuruh kita main ke rumah."

"Ya udah, malam minggu kita menginap disana."

"Serius?" tanyanya meMastikan.

"Iya sayang," Adryan mengecup singkat kening wanitanya.

"Kemarin Mas bawah pulang stetoskop ,ya?" tanya Adryan.

"Emang Mas bawah pulang?" Helsa balik bertanya.

"Nggak tahu, Mas lupa."

Helsa tertawa sinis, suaminya ini umur Masih muda tapi sudah pikun. "Helsa coba lihat di pantry, Mas itu teledor. Papan namanya jangan lupa, jas juga awas ketinggalan."

Wanita itu meninggalkan suaminya sendiri, langkah kaki membawa ibu hamil itu menuju kitchen room, mencari stetoskop yang entah dimana suaminya simpan.

"Helsa, nggak usah. Ada di dalam tas," pekik Adryan.

Dia kembali, bersiap mengantar suaminya ke depan pintu. Adryan sudah lengkap dengan jas kebanggannya yang disampirkan pada pergelangan tangannya.

"Mau pesan apa hari ini?" tanya Adryan. "Susu vanilla rasa coklat atau rasa strawberry?"

"Ihhh, kenapa harus dibahas lagi sih?!"

"Habisnya kamu mintanya aneh-aneh."

Mengingat dua hari yang lalu istrinya minta dibelikan susu ibu hamil dengan varian vanila, tapi rasanya coklat kalau diminum. Yang berujung dengan tangisan malam hari karena Helsa yang keras kepala, sudah tahu kelemahannya nggak bisa tidur tanpa dipeluk.

"Nggak akan lagi. Tapi boleh ya, nanti pulang beliin thai tea. Helsa pengen banget nih," mohonnya.

Adryan mengubah posisinya membungkuk, wajahnya sudah sejajar dengan perut istrinya. "Sayang, yang minta thai tea kamu atau mami?"

Helsa mengulum senyum, wajahnya memerah akibat perlakuan manis suaminya. Masih pagi loh ini, dokter Adryan buat deg-degan.

"Katanya, baby yang minta bukan mami." Jawabnya seolah menjadi perantara bayi dalam rahimnya.

Adryan mendongak, "itu sih mau-maunya kamu."

"Mas ijinin, kalau mau delivery aja. Kayaknya Mas pulang malam lagi," kata Adryan. "Kamu jangan kemana-mana."

WINGLESS ANGEL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang