16. Kenapa, sayang?

8.5K 650 9
                                    

Sebuah tangan menggenggam jemari Astrella tanpa permisi, tanpa bertanya ia sudah tahu siapa pelakunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah tangan menggenggam jemari Astrella tanpa permisi, tanpa bertanya ia sudah tahu siapa pelakunya. Sedikit senyum terbit di bibir gadis buta itu, ini masih pagi tapi tak ia sangka pria yang kini dekat dengannya itu ingin datang lebih cepat.

“Ale?”

Terdengar suara kekehan dari si pria, ia tersenyum simpul mendengar Astrella salah menyebut namanya.

“Sudah sedekat itu hubungan lo sama Allerick?”

“Zidan?” kaget Astrella, ia sangka Allerick yang menggenggam tangannya.

Zidan mengangkat tangannya yang menggenggam jemari Astrella. “Lo gak bisa bedain mana tangan gue mana tangan Allerick?”

Astrella memberengut, ia melepaskan tangannya pelan takut ada yang melihat kedekatan mereka.

“Kita di sekolah Zidan,” peringatnya.

“Terus?”

“Kalo ada yang liat gimana?”

“Masih sepi, gak ada murid serajin lo di sini,” Zidan mendekatkan bibirnya ke telinga Astrella dan berbisik, “omong-omong dari tadi ada makhluk halus yang ngikutin lo.”

“Yang bener, mana ada makhluk halus munculnya pagi-pagi.”

Zidan mengedikkan bahu. “Gak tau aja lo, malah ngikutin lo tiap hari keknya.”

Plak!

Tak terima dikatai makhluk halus, Clara menggeplak bahu Zidan dengan kencang.

“Enak aja lo ngatain gue makhluk halus, sembarangan!”

Astrella mengangguk paham, jadi yang dikata makhluk halus ternyata Clara. Ada-ada saja.

“Udah-udah bubar sana, keburu ada yang liat.”

Berisik lo!” Clara merangkul tangan Astrella.

Jadilah gadis dengan mata berkekurangan itu berada di tengah-tengah, ia diapit Zidan dan Clara. Kedua sahabatnya mengantarnya menuju kelas. Mereka mengira tidak ada yang melihat, nyatanya dari ujung sana ada seseorang yang sedang duduk santai depan kelas.

“Mereka berdua ada hubungan apa sama cewek buta?”

***

Clara dan Zidan memasuki kelas, namun ia dikagetkan dengan keberadaan Jayden di dalam sana. Pria itu sedang tertidur di meja guru, sungguh tak sopan.

“Woy! Pagi bener lo datang?!” tanya Zidan sambil berjalan menuju kursinya.

Jayden mengangkat wajah menyadari kedatangan orang selain dirinya. “Gak tau, bangun-bangun udah di kelas aja gue.”

“Lha, lo ketiduran di kelas?” Kini Clara yang berucap.

Jayden menganggukkan kepala. “Kayaknya.”

SAYONËËTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang