Sebelum terjungkal ke depan sepasang tangan meraih pinggang Astrella agar tak terjatuh, seperti biasa kakinya memang tidak pernah absen tersandung sesuatu.
"Hati-hati, gak ada yang ngejar juga."
Astrella memamerkan gigi ratanya, dibantu sang kakak ia berjalan memasuki rumah.
"Kenapa pulang jam segini? Dari mana aja?" tanya Deangelo setelah mereka duduk di sofa.
"Habis jalan-jalan."
"Lain kali kalo mau ke mana-mana telepon kakak aja, jangan kebiasaan keluar sendiri."
"Gak pa pa, Kak. Ella bisa sendiri, kok."
"Astrella, Kakak tau kamu gak mau ngerepotin. Tapi bagi kakak, mama sama papa gak sama sekali, sayang. Kamu gak pernah ngerepotin." Deangelo mengelus rambut sang adik, ia sangat khawatir jika sesuatu terjadi pada adiknya itu.
Gadis itu hanya tersenyum saja mendengar perkataan kakaknya, sudah berulangkali Astrella mendengar kata-kata itu keluar dari bibir Deangelo.
"Gak pa pa, aku bisa sendiri. Nanti kalo butuh bantuan, pasti minta bantuan Kakak."
Deangelo menghela nafas panjang, ditatapnya sang adik yang memiliki paras rupawan itu. Memperhatikan iris abu Astrella yang bergerak-gerak, ia sangat berharap mata itu bisa segera melihat indahnya dunia.
Sudah bertahun-tahun adiknya itu menjalani perawatan, tapi sia-sia saja karena Astrella terkena katarak kongenital. Kebutaan sejak lahir sebab lahir prematur, tapi karena lambat ditangani membuat gadis itu mengalami kebutaan total. Sudah sejak lama mencari pendonor mata, tapi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Nyatanya pendonor kornea sangat minim, dan itu membuat Astrella belum bisa melihat sampai sekarang.
Merilana yang bersedia mendonorkan indera penglihatan, ditolak mentah-mentah oleh Astrella. Ia tidak mau mamanya harus mengalami kebutaan hanya karena dirinya.
"Secepatnya kamu pasti bisa melihat, percaya sama Kakak."
Astrella mengangguk dan tersenyum tipis. "Ella gak terlalu butuh penglihatan, selama semua baik-baik aja Astrella rasa itu udah cukup."
Gadis itu berdiri dari duduknya dan meraih tongkatnya. "Aku ke kamar dulu, Kak."
Deangelo menganggukkan kepala walau tahu Astrella tidak bisa melihatnya, dipandanginya punggung sang adik hingga menghilang di balik pintu. Sengaja kamar Astrella berada di lantai bawah, agar tercegah dari kecelakaan tangga.
***
"Mau ke mana kamu malam-malam begini?!"
Suara bariton itu menghentikan langkah Allerick, ia menoleh ke arah ruang tengah tanpa membalikkan badannya. Terlihat seorang pria paruh baya yang masih dengan setelan formal berdiri di sana, dengan mata yang menatap Allerick tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYONËË
Roman pour AdolescentsAllerick Dante, pria arogan dan berhati dingin yang sialnya berwajah tampan. Ia adalah ketua geng dari Priamos squad yang terkenal garang dan sangat membenci geng Wonderlust yang diketuai oleh Deangelo. Ia tahu jika dirinya tampan, sehingga Allerick...