“Maaf ....” lirih Clara tepat di depan Astrella.
Astrella terdiam sebentar, merenungi bagaimana baiknya Clara padanya dulu. Tapi kebohongan dan pengkhianatan tidak mudah diterima begitu saja, walaupun sangat menyukai sahabatnya itu, Astrella tetap saja menyimpan kecewa yang besar pada Clara.
“Bilang maaf emang gampang, tapi hilangin bekas lukanya bukan perkara yang main-main.” Astrella memegangi dadanya yang kembali sesak.
“Kalo aja maaf bisa nyelesaiin masalah, dunia hancur, Ra ...” cakap Astrella mundur dua langkah dari hadapan Clara yang tiba-tiba saja mendatanginya.
Memang benar, maaf dibutuhkan ketika berbuat kesalahan. Tapi gak semua masalah bisa selesai dengan kata maaf saja. Jika itu terjadi, semua orang akan berbuat kesalahan lagi dan lagi lantas meminta maaf, setelah itu kembali mengulang kesalahan dan meminta maaf lagi. Dunia benar-benar akan hancur.
“Ella, aku gak ada maksud buat khianatin kamu, semua karena keaadaan-”
“Separah apapun keadaan, Ra. Gak ada alasan buat membenarkan pengkhianatan! Kamu juga tahu kalo dikhianati itu sakit, terus kenapa kamu lakuin itu ke aku, hah?!” teriak Astrella untuk pertama kalinya pada gadis yang dikenalnya tiga belas tahun silam.
Clara menggelengkan kepala, kemarahan Astrella bagai kehancuran dunia untuknya. Selama ini hanya gadis itu yang selalu mengertinya, melihat Astrella marah membuat Clara uring-uringan sendiri.
“Tentang kamu sama kak Dean, kalian ada sesuatu, kan?” tebak Astrella, “aku gak tau hubungan kalian apa, tapi semua terlihat jelas walaupun aku buta!”
“Kamu gak pernah lagi datang ke rumah, dan sejak itu kak Dean selalu nanyain keadaan kamu,” Astrella menatap ke depan dengan tatapan berkaca-kaca, “kamu dikhianati, kan?”
“La, kamu ....” Clara tak bisa melanjutkan kata-katanya.
“Seharusnya kamu cari tau dulu, Ra! Jangan nyimpulin gitu aja, kak Dean sekalinya udah cinta dia gak akan pernah nyakitin orang itu! Kamu salah paham dan merasa dibohongi, terus kamu jadiin aku sebagai pelampiasan!!”
“Kamu khianatin aku padahal kamu tahu gimana rasanya dikhianatin!!”
“Enggak, aku gak pernah berniat jadiin kamu pelampiasan, La!!”
Astrella menggeleng tak percaya, ia tertawa miris akan Clara yang tidak memberitahunya apa-apa padahal tahu jelas jika ia sedang dijadikan bahan taruhan.
“Aku bukan barang, taruhan itu bikin aku semakin gak ada harga dirinya di mata kalian,” Astrella begitu kecewa dan kentara jelas dari sorot mata abu-abu buramnya, “aku emang gak sempurna, Ra. Tapi masih punya hati!”’
“Udah, jangan temuin aku lagi. Tiga belas tahun kita berakhir. Terima kasih buat semuanya, kamu udah pernah bikin aku gak takut sama siapa pun, sebelum akhirnya menjadi orang yang paling aku takutin.” Astrella berbalik dan pergi meninggalkan Clara yang kini menetes air matanya.
“Tuhan aja maha pemaaf, kenapa kamu gak maafin aku, Ella!!” Clara duduk tersungkur menunduk dalam, pipinya basah karena tangis.
Langkah Astrella terhenti mendengar perkataan Clara, ia pun kembali berbalik dan tertawa nanar.
“Iya, Tuhan emang maha pemaaf. Tapi kalo kamu tanya kenapa aku nggak gitu. Maaf, aku bukan Tuhan.” Tangan Astrella terangkat mengusap air mata yang kini merembes di pipinya, sebenarnya ia tidak tega berkata seperti itu. Tapi dirinya juga tidak boleh lemah dan menerima saja orang-orang meremehkannya.
Clara menggeleng kuat dan menangis tersedu-sedu, ia sampai menggosok-gosok kedua telapak tangannya memohon pengampunan pada Astrella. Ia menyesali perbuatannya, kemarahan Astrella menjadi yang paling menakutkan sekarang.
“Aku mohon, La. Maafin aku, kalo kamu mutusin persahabatan kita, alasan apa lagi yang bikin aku bertahan untuk hidup?”
Clara menatap Astrella dengan tulus dan penuh penyesalan. “Selama ini aku sendirian, dan aku bersyukur masih punya kamu.”
“Jadi tolong, jangan giniin aku ... jangan putusin persahabatan kita.”
“Bukan aku,” Astrella menggeleng tidak membenarkan, “bukan aku yang mutusin, tapi kamu.”
“Maaf, jaga diri kamu baik-baik.”
Astrella berlari pergi meninggalkan Clara yang kembali menggosok tangannya memohon dengan sangat, meminta agar masih diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
“Maafin aku, Astrella ...” lirih Clara dengan tangis yang semakin pecah.
Sedangkan Astrella melangkah tertatih bersama tongkatnya, hatinya berdenyut sakit. Hingga rasanya lututnya melemah tak bisa menopang, hampir saja ia terjatuh jika seseorang tidak menahan tubuhnya. Orang itu memeluknya, seakan mengerti jika Astrella membutuhkan itu.
“Nangis aja kalo mau nangis,” ujar gadis yang memeluk Astrella.
Astrella lantas membalasnya, ia mengenal suara itu walaupun baru bertemu satu kali. Danica, seseorang yang entah datang dari mana dan tiba-tiba menawarkan bahu untuknya.
“Perlu istirahat buat kembali berpura-pura jadi baik-baik aja.” Danica membelai surai Astrella menenangkan adik kelasnya itu.
Astrella terisak dengan mata terpejam menyembunyikan wajahnya di bahu Danica, sampai-sampai menggigit bibirnya sendiri tidak kuat.
Sedang Danica tersenyum tulus, namun hatinya tertoreh goresan pisau. Zidan mencintai gadis yang ada di pelukannya ini, apa pun akan ia lakukan agar Zidan tidak terluka karena melihat Astrella bersedih. Danica mencintai Zidan, tapi bukan dia yang pria itu cintai.
“Selama ini lo udah kuat, sekarang lo boleh nangis sepuasnya untuk lebih kuat lagi ke depannya.”
***
“Dok, bisa saya lihat data pemeriksaan atas nama Allerick Dante?”
“Maaf, kami tidak bisa membeberkan data-data pasien sesuka hati.”
“Saya saudaranya, Dok. Dia kakak saya!” Mario meminta dokter itu agar memberikan semua data Allerick padanya segera.
Akhirnya dokter itu membuka map dan memberikan selebaran, dan betapa terkejutnya Mario melihat tulisan yang terpampang di atas kertas itu.
“Pasien sudah berkali-kali menolak kemo ....”
Rabu, 13 Oktober 2021
nah lho, buat yang kemarin minta part nyeselll kuatin mental yaa. kita butuh menangis dulu sebelum senang. HAHA
untuk part selanjutnya silahkan ditungguu. walaupun belum end aku mau tanya, sejauh ini pelajaran apa yang bisa kalian ambil selama baca cerita sayonee?
hope you like it, jangan lupa vote dan komen. thanks
selamat membaca dan semoga terhibur 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYONËË
Teen FictionAllerick Dante, pria arogan dan berhati dingin yang sialnya berwajah tampan. Ia adalah ketua geng dari Priamos squad yang terkenal garang dan sangat membenci geng Wonderlust yang diketuai oleh Deangelo. Ia tahu jika dirinya tampan, sehingga Allerick...