Jam pelajaran sudah dimulai, bel baru saja berbunyi lima menit yang lalu. Namun lima pria tampan masih asyik nongkrong di anak tangga, sambil bercanda ria.
“Allerick! Kamu mau sekolah atau tawuran?!” sergah bu Mia pada seorang pemuda yang duduk bersantai di tangga samping kamar mandi.
Pria itu Allerick, berpakaian layaknya preman. Baju dikeluarkan dengan rambut yang tidak ditata dengan rapi. Dasinya hilang entah ke mana, sedang kancing seragamnya terbuka memperlihatkan kaos putih pria itu. Ah, jangan lupakan sepatu sneakers Puma warna putih miliknya.
“Mentang-mentang kamu cucu dari pemilik sekolah! Dan seenaknya kamu melanggar peraturan sekolah, hah?!”
Bu Mia terlihat sangat murka, ia mendekati pria badung itu dan menjewer telinganya. Membuat Allerick memekik kesakitan, dan tanpa sadar mengumpat juga.
“Sakit, Jing!”
“Heh! Bilang apa kamu? Berani sekali mengumpat depan ibu!!” Bu Mia menekan telinga Allerick kuat-kuat dan memelintirnya, “berdiri di lapangan sampai istirahat!!”
Allerick berjalan menuruni tangga, mengikuti perintah guru matematikanya itu. Ia memenuhi kata-kata bu Mia tanpa membantah, mengatakan sepatah kata saja tidak.
Bu Mia menggelengkan kepala menatap punggung muridnya yang perlahan menghilangkan di balik tangga, Allerick bersama antek-anteknya memang bebannya para guru.
“Ngapain kalian masih di sini?!” tampik bu Mia pada kawanan Allerick yang masih berada di sana, “masuk kelas cepat!!”
Dengan bergerombol Efrain diikuti Jayden, Zidan dan juga Dallas langsung melangkahkan kakinya memasuki kelas. Walaupun preman sekolah, mereka juga masih punya rasa takut. Apalagi pada Bu Mia yang dijuluki malaikat Izrail-nya SMA Adarlan.
Di bawah sana, Allerick terlihat bersandar dengan anteng di tiang bendera. Mengarahkan pandangannya pada adik kelas, yang sedang mengikuti kelas olahraga pagi ini. Namun sebuah teriakan membuyarkan Allerick, Bu Mia ternyata masih memantaunya dari atas sana.
“Hormat Allerick! Kaki satunya juga diangkat! Jangan main-main kamu!!”
Allerick dengan cepat maju lima langkah dan menghadap tiang, mendongakkan kepala dengan tangan yang telah terangkat hormat pada bendera. Ia melirik sedikit Bu Mia yang masih memperhatikannya, kurang kerjaan sekali gurunya itu.
“Mau bacot juga, tapi males.” gumamnya dengan nafas kasar.
Sekitar dua puluh menit ia berdiri, kakinya mulai terasa keram dan kaku. Setelah dirasa aman, Allerick kemudian menurunkan kaki serta tangannya. Menjatuhkan tubuhnya di lapangan upacara, yang sekaligus dijadikan lapangan sepak bola kadang-kadang.
Pria tampan itu mengedarkan pandangannya, namun sesosok gadis mengunci tatapannya. Senyum miring Allerick tersungging, mendapati gadis yang duduk sendirian di tribun di bawah pohon. Gadis itu Astrella, gadis berparas cantik yang sayangnya buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYONËË
Novela JuvenilAllerick Dante, pria arogan dan berhati dingin yang sialnya berwajah tampan. Ia adalah ketua geng dari Priamos squad yang terkenal garang dan sangat membenci geng Wonderlust yang diketuai oleh Deangelo. Ia tahu jika dirinya tampan, sehingga Allerick...