57. Lebih berarti dari langit dan bumi

6.6K 532 14
                                    

Tiba-tiba nafas Allerick berpacu dengan cepat, dadanya sesak bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba nafas Allerick berpacu dengan cepat, dadanya sesak bukan main.  Ia menggenggam erat tangan Astrella, mengucap secara tak langsung jika hal menyakitkan itu kembali.

“Ale, kenapa?” panik Astrella begitu pria itu memeluknya dengan nafas ngos-ngosan.

“Ale?!”

Tapi Allerick tidak menjawab, nafas pria itu tidak beraturan. Sesaknya benar-benar kambuh.

“Kita ke rumah sakit, ya.” Astrella membantu Allerick berdiri dan menopang pria itu menuju parkiran, berharap ada yang dimintai pertolongan.

“Ale, jangan gitu! Aku takut ...!” Astrella semakin tidak bisa tenang.

Setelah membawa Allerick menuju parkiran dengan langkah tertatih, ia melihat Zidan dari jauh. Segera dipanggilnya pria itu untuk membantunya.

“Zidan!” Gadis itu melambaikan tangannya.

Zidan yang mendengar itu segera mendekat. “Kenapa, La?”

“Ale, Dan. Penyakitnya kambuh.”

Zidan terlihat bingung. “Penyakit apa?”

Astrella menatap Allerick dengan perasaan jengkel, marah dan kasihan. Bisa-bisanya pria itu juga menyembunyikan penyakit dari sahabatnya sendiri.

“Tolong anterin ke rumah sakit, nanti aku ceritain.”

Dengan segera Zidan mendial Dallas, sebab hanya sahabatnya itu yang membawa mobil hari ini. Dallas berencana untuk kencan, membawa mobil karena waspada akan hujan. Dallas jatuh hati untuk pertama kalinya pada gadis yang memberinya sebotol minuman waktu itu, Elise.

“Ke parkiran cepet, bawa kunci!”

Setelah mematikan telepon, Zidan mendekati Allerick yang benar-benar kehilangan udara. sahabatnya itu sangat kesulitan sekedar untuk bernafas saja. Ingin marah tapi ditahan, Allerick tidak pernah bercerita jika memiliki penyakit seperti ini.

Tak lama Dallas datang dengan membawa kunci, segera Zidan memboyong Allerick menuju mobil diikuti Astrella yang paniknya bukan main.

“Rumah sakit terdekat aja, Las!” ujar Zidan setelah mereka semua berada dalam mobil.

Hampir sampai di depan gerbang, Zidan melihat Efrain sedang duduk berdua dengan Naomi di depan pos sekolah.

“Frain! Bilang pak Juki, pagarnya dibuka! Allerick sakit!”

Efrain yang kebingungan menurut saja, dia berjalan cepat menuju pak Juki dan meminta untuk pagar dibuka. Setelah mobil itu keluar dari pekarangan sekolah, Efrain kembali duduk di sebelah Naomi.

“Tadi Zidan bilang apa?” tanyanya pada Naomi.

“Allerick sakit.”

“Apa?!” kaget Efrain setelah kesadarannya kembali.

SAYONËËTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang