31. Sedikit sensitif

5.3K 513 15
                                    

“Lo mau gue bunuh, hah?!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lo mau gue bunuh, hah?!”

Belum apa-apa Zidan langsung disemprot ocehan Clara.

“Siapa yang nyuruh lo motoran ngebut, hah?!” marah gadis cantik berperawakan tinggi itu.

“Ya masa ada balapan pelan-pelan, Ra? Ngelawak aja lo.”

“Jadi kamu jatuh gara-gara balapan?” Kini Astrella yang mengangkat suara dengan sorot dingin.

Zidan yang sadar dirinya keceplosan kini panik bukan kepalang. “Eh maksud gue balapan main-main, La. Bukan beneran.”

“Main-main sampek masuk rumah sakit?” Astrella menyorot tajam dinding, maksud hati ia sedang menatap Zidan.

Deangelo ingin tertawa tapi tidak jadi karena Astrella terlihat mengerikan sekarang, ia pun berinisiatif membetulkan posisi sang adik. Diputarnya tubuh gadis buta itu.

“Zidan di sana, Dek.”

Astrella menghempas tangan Deangelo dari pundaknya, malu sebenarnya, tapi ia tetap mempertahankan ekspresi wajah dingin.

“Kakak gak usah ikut campur, ya!” oceh Astrella pada Deangelo.

“Terus menang gak balapannya?” lanjutnya.

Zidan menggeleng pelan. “Nggak.”

“Ck,” Astrella berdecak, “gunanya apa sih balapan kayak gitu? Gak dapat untung malah buntung tau, nggak!”

“Sok tau lo, buktinya Deangelo dapat apartemen sama ribuan album solo Lalisa.”

Deangelo yang disebut namanya melotot kaget, mulut Zidan sangat ember bocor.

“Kenapa bawa-bawa gue, gak tau apa-apa gue.”

Astrella yang mendengar itu semakin naik pitamnya. “Oh, jadi malam itu kakak pergi balapan? Dan bohongin Ella dengan bilang mau keluar makan, iya?!”

“Bukan gitu, Dek. kakak-”

“Apa? Mau bilang apa lagi?!” pungkas Astrella.

Dia memang tidak suka orang-orang terdekatnya terluka, tapi yang paling tidak ia senangi adalah dibohongi. Astrella tahu dirinya tidak sesempurna itu, dan dia sangat berharap tidak dibodohi karena kekurangannya itu.

Zidan yang merasa baru saja melakukan kesalahan, mengangkat tinggi-tinggi selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Berniat tertidur pulas dan menulikan pendengarannya.

“Kakak tau aku paling gak suka dibohongin, kan?” Astrella menunduk dalam, “itu bikin aku ngerasa gagal sama diri aku sendiri.”

Melihat Astrella semarah itu karena dibohongi, Clara menjadi cemas dan panik sendiri. Jika kebohongan seperti itu saja mampu membuat Astrella merasa demikian, bagaimana jika tahu tentang kebohongannya.

Apa Astrella akan langsung membencinya saat itu juga?

Clara menggelengkan kepala menghilangkan pikiran yang tidak-tidak dari pikirannya, ia meyakinkan diri jika semua akan baik-baik saja selama sahabatnya itu tidak tahu apa-apa.

SAYONËËTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang