20. Kelas melukis berujung syok

7K 630 30
                                    

"Lukis visual apa pun yang ada di bayangan kalian, tanpa menjiplak dan mencari inspirasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lukis visual apa pun yang ada di bayangan kalian, tanpa menjiplak dan mencari inspirasi. Buat karakter baru yang terlintas di benak tanpa bantuan gambar nyata."

Bu Ida berputar di depan murid-murid yang mengelilinginya. "Bisa menerima tantangan?"

Banyak di antaranya mengeluh, mereka adalah yang tidak pandai di bidang seni. Tentu saja uji skill yang bu Ida yang menurut mereka sulit untuk dilakukan.

"Bu!" Zendaya sang pawang pelajaran bahasa Inggris mengangkat tangan, "gak semua punya skill melukis, Bu Ida. Usul saya setidaknya sekarang pake media mode dulu, untuk kelas berikutnya baru tanpa media."

"Semuanya gimana? Setuju?" Bu Ida meminta suara.

Sontak hampir seluruhnya menyetujui, sedang mereka yang memang berbakat di bidang seni tidak memberi suara apa pun. Mereka setuju-setuju saja.

"Ada masukan untuk model lukisan kali ini?"

***

Allerick mengusap peluh yang membasahi dahinya, sudah hampir setengah jam ia mengelilingi halaman belakang dengan terus mengayunkan sapu di tangan. Nafasnya tak terengah, namun keringat sudah mempu menunjukkan jika ia sedang lelah. Menyapu halaman selebar lapangan sepakbola sudah cukup membuat letih.

Ia kemudian beristirahat sebentar di depan ruang seni yang memang berpapasan langsung dengan halaman belakang, yang sering kali dijadikan tempat untuk mengeringkan hasil karya seni yang butuh sinar. Allerick mengedarkan pandangannya, tak ada siapa pun kecuali suara samar yang terdengar dari ruangan seni.

Saat akan beranjak pergi, bu Ida menginterupsinya. Guru seni itu terlihat berbinar melihatnya, tak seperti biasa yang selalu memberengut setiap kali melihat Allerick di kelasnya.

"Kamu mau ke mana?"

"Lanjutin hukuman, Bu." Allerick menunjuk dengan dagu sapu yang tergeletak di depan sana.

"Kamu di hukum bu Khusnul?" tanya bu Ida lagi yang kemudian Allerick iyakan.

Bu Ida menjentikkan jari dan menarik Allerick memasuki ruang seni. "Hukuman kamu diganti, nanti ibu konsultasi ke bu Khusnul."

Belum sempat Allerick menolak, ia sudah masuk ke dalam ruang seni dan menjadi tontonan adik kelas. Bisa ia lihat semua pandangan mengarah padanya, apalagi tatapan yang dilayangkan para adik kelas berjenis perempuan. Mereka langsung heboh.

"Kali ini model kita Allerick Dante dari kelas dua belas, kalian sanggup?" tanya bu Ida dan meminta Allerick berdiri di tengah-tengah.

Sontak ruangan itu langsung heboh, kebanyakan dari mereka berteriak setuju terkhusus para siswi. Kapan lagi bisa menggambar sang cassanova yang dielu-elukan masyarakat Adarlan.

"Ibu Ida tau aja model yang bikin mata seger!" sahut Lalita, gadis yang memang berangan-angan tinggi untuk menjadi pacar Allerick. Itu bukan rahasia umum lagi.

SAYONËËTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang