51. Sebelum melihat dunia

7.8K 547 19
                                    

Tekanan di leher dan punggung membuat Allerick tidak tidur semalaman, benjolan di tubuhnya membuat dia benar-benar terganggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tekanan di leher dan punggung membuat Allerick tidak tidur semalaman, benjolan di tubuhnya membuat dia benar-benar terganggu. Sesak nafas dan demam seringkali menyerang Allerick akhir-akhir ini. Seperti pagi ini, dadanya serasa sesak, sangat sesak. Cepat-cepat Allerick mengambil obat dari laci dan segera diminum, hingga lambat-laun nafasnya kembali normal.

Hari ini ia sangat malas ke sekolah, lagi pula Allerick tidak akan menjumpai Astrella di sana. Gadis itu sudah semingguan tidak masuk karena diliburkan pasca operasi, dan besok sudah waktunya untuk melepas perban. Allerick sungguh menanti itu.

Krek!

Pintu terbuka dan muncul Mario yang sudah siap dengan seragam SMA Dakota, rupanya saudara tirinya itu bangun pagi sekali.

“Kalo udah siap, jangan langsung pergi. Kasian Ayah, tiap malam selalu merenung.”

“Gue tau kehadiran gue sama mama gue udah bikin keluarga lo hancur, gue juga gak bisa ngelak takdir, Rick. Lo boleh marah, tapi jangan ke Ayah.”

Pintu tertutup kembali, Allerick terkekeh kecil mendengar penuturan Mario. Gampang sekali berkata ini dan itu, padahal yang merasakan sakitnya adalah Allerick sendiri.

Daripada turun ke bawah, Allerick lebih memilih berjalan ke balkon kamarnya saja. Sebenarnya dia mengantuk, tapi tidak bisa tidur. Jika telentang leher dan punggungnya akan terasa nyeri, kalau tengkurap ia sesak nafas. Walaupun tertidur miring, Allerick tetap merasakan sakit.

***

“Den, lo gak capek apa nyuekin gue mulu?” ucap gadis yang dulunya begitu cuek.

“Bukannya lo yang minta gue buat gak ganggu lo lagi? Gue cuma ngikutin kemauan lo.” Jayden menatap Seka sekilas sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari kelas.

Namun Seka menahan tangan Jayden. “Tapi gue gak minta lo jadi cuek.”

“Kenapa? Room chat lo sepi?” serang Jayden.

Iya, benar. Sejak Jayden tidak lagi mengirim pesan, rasanya ada yang kurang bagi Seka. Padahal notifikasinya membludak, tapi hampa semenjak Jayden berlaku cuek.

“Lo gak seharusnya nyuekin gini, kalo ditolak jangan-”

“Jangan apa? Jangan berjuang lagi? Ya ini gue udah gak berjuang.”

“Jayden!” sergah Seka, ia sungguh tidak menyukai sikap Jayden padanya akhir-akhir ini.

“Ya udah terserah lo! Lo mau ngejauh, ngehindar, cuek, sekarang terserah lo, deh!” pasrah Seka.

Gadis berperawakan tomboi itu lantas melangkah menuju pintu, ingin keluar karena kelas tiba-tiba saja menjadi panas. Suasana seakan mencekam, Seka tidak suka.

Sedang Jayden menatap punggung gadis itu yang belum jauh, sedikit kesal dengan sikap Seka yang plin-plan

“Asal lo tau, gue belajar cuek dari lo!”

SAYONËËTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang