Tuk! Tuk!
Bunyi tongkat Astrella terdengar jelas, bunyi keramik berbenturan dengan ujung tongkatnya terdengar jelas di keheningan tangga. Ia mencoba menaiki tangga menuju tempat di mana tempat ternyamannya selain taman, dilangkahkan kakinya sangat hati-hati agar tak tersandung anak tangga.
Astrella tidak menyadari jika ternyata ada yang mengikuti tanpa sepengetahuannya, seseorang yang selalu melakukan hal yang sama tanpa ia tahu selama ini.
Clara Sifabella, gadis yang diam-diam selalu mengikuti gadis buta itu. Sejak SMP ia selalu begitu, tak pernah lupa kecuali sesuatu mengharuskannya. Clara akan menyingkirkan semua yang menghalangi langkah sahabatnya itu, kerikil sekecil apapun akan ia singkirkan jika itu mengganggu jalan Astrella.
Sekarang ia menjaga gadis buta itu dari belakang, takut Astrella kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari tangga. Ia melihat bagaimana pelannya Astrella melangkah dibantu sang tongkat, ingin sebenarnya ia menggandeng tangan Astrella tapi ingat akan perjanjian mereka. Astrella ingin semuanya tidak terekspos.
“Clara Sifabella ....”
Clara mengernyit saat Astrella menyebut namanya. Mungkinkah Astrella tahu sedang diikuti?
“We are the best girls born to be together.”
Senyum tipis tak bisa Clara tahan, rupanya Astrella hanya mengucapkan motto mereka.
Langkahnya terus mengikuti gadis di depannya, memastikan Astrella baik-baik saja. Saat melihat sebuah papan peringatan berada tepat di depan Astrella, Clara bergerak cepat untuk menyingkirkannya. Sampai gadis itu tiba di depan kelas. Ia pun berlalu begitu saja saat Astrella sudah memasuki kelas.
Senyum Clara terpatri setelah memastikan sang sahabat tidak mengalami gangguan sama sekali.
“Astrella, lo tau ini berapa, nggak?”
Clara menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang menyebut nama Astrella dengan menanyakan lelucon tak berguna. Ia menoleh ke dalam kelas, dilihatnya seorang siswi and the gang menghalangi Astrella.
“Maaf, aku mau lewat.”
“Gue tanya, lo tau gak ini berapa?”
Tak menjawab Astrella memilih menghindar, namun sialnya tongkatnya mengenai kaki gadis yang berdiri di hadapannya itu.
“Heh, bukan cuma buta lo juga kurang ajar, ya! Kaki gue kena tongkat lo!”
Gadis sok berkuasa yang bernama Lalita itu memasang wajah bengis, sudah sejak lama memang ia tidak menyukai Astrella karena selalu mendapat perhatian lebih dari guru-guru. Semenjak kabar kedekatan Astrella dengan Allerick tersebar, Lalita semakin membenci gadis cantik buta itu.
“Sorry, gak sengaja. Kamu tau sendiri aku gak bisa ngeliat.”
Geram akan Astrella yang menjawabnya dengan nada tinggi, Lalita melancarkan aksinya untuk menampar pipi Astrella.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYONËË
Fiksi RemajaAllerick Dante, pria arogan dan berhati dingin yang sialnya berwajah tampan. Ia adalah ketua geng dari Priamos squad yang terkenal garang dan sangat membenci geng Wonderlust yang diketuai oleh Deangelo. Ia tahu jika dirinya tampan, sehingga Allerick...