Allerick menahan pergerakan Sandi yang hendak menopangnya, memaksakan diri untuk berjalan sendiri keluar dari kamar sebab takut membangunkan Dallas yang tertidur di sofa. Dia akan berbicara dengan ayahnya di luar.
Setibanya di lorong di mana pemandangan luar terlihat karena dinding yang terbuat dari kaca, Allerick pun bersandar di pegangan besi. Terdiam cukup lama menunggu sang ayah mulai berbicara, tapi sepatah katapun tidak kunjung keluar dari bibir pria paruh baya itu.
"Kalo cuma mau membisu, mending pergi aja. Waktu Allerick udah banyak yang kebuang sia-sia." Allerick menggeser jendela hingga semilir angin menerpa wajahnya.
Sandi yang sejak tadi terdiam sembari memandangi putranya itu, memberanikan diri mendekati Allerick tapi tidak terlalu dekat, jarak mereka sekitar tiga meter.
"Gimana kabar kamu?" tutur Sandi pada akhirnya.
Satu sudut bibir Allerick terangkat. "Apa Allerick keliatan baik-baik aja?"
Mata pria paruh baya itu berkedip berkali-kali dan melihat sekeliling karena tidak tahu harus menjawab apa, ia tahu dengan jelas anaknya itu tidak sedang baik. Allerick sedang berjuang untuk hidup.
"Maafin Ayah ...."
Terdiam cukup lama, Allerick pun mengangguk-angguk dengan tatapan berkaca-kaca mendengar ungkapan maaf sang Ayah. Iya, memang sudah sewajibnya pria paruh baya itu meminta maaf padanya, memang seharusnya Sandi memohon permaafan darinya.
Tetapi, di dalam lubuk hatinya, kenapa dia sangat sulit untuk memaafkan pria yang tidak sepantasnya dia sebut ayah itu?
"Ayah ..." lirih Allerick sembari mengencangkan syal yang melilit di lehernya.
"Ini kisah Allerick tanpa Ayah, yang setiap harinya terpaksa harus kuat padahal lagi sakit."
"Harus menutup telinga saat mendengar suara tawa yang sangat-sangat menusuk hati Allerick."
Allerick tersenyum miris mengingat kejadian di mana ia harus menegakkan punggung, ketika ribuan panah menghantam. Saat itu, senyumnya benar-benar hilang.
"Dari banyaknya film yang Allerick tonton, kisah yang sudah terbaca, dan cerita yang seringkali Allerick dengar dari Zidan, Efrain sama Jayden ... seorang Ayah harusnya menjadi sandaran buat anaknya."
Dalam satu tarikan nafas Allerick kembali melanjutkan perkataannya, "Tapi, kenapa Ayah beda?"
Nyes, tusukan jarum mengoyak hati Sandi tatkala ucapan itu keluar dari bibir sang anak.
Allerick menatap langit yang hanya ada bulan di sana kemudian menggelengkan kepala. "Ayah gak pernah sekalipun pasang bahu buat Allerick, gak pernah nepuk pundak saat Allerick butuh."
Pria itu mengulum bibirnya yang terasa kering sedang matanya mulai basah. "Ayah, Allerick sakit ... gak bercanda sama sekali."
Allerick menggeleng lemah mengisyaratkan pada ayahnya jika dia tidak berpura-pura. "Allerick beneran sakit, Ayah. Ale, Ale ...." Ucapan Allerick terhenti karena tidak bisa lagi melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYONËË
Genç KurguAllerick Dante, pria arogan dan berhati dingin yang sialnya berwajah tampan. Ia adalah ketua geng dari Priamos squad yang terkenal garang dan sangat membenci geng Wonderlust yang diketuai oleh Deangelo. Ia tahu jika dirinya tampan, sehingga Allerick...