54. Dunia lebih gelap

8.3K 568 25
                                    

Deangelo merenggangkan tulang-tulangnya sembari menguap lebar, dia baru saja terbangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deangelo merenggangkan tulang-tulangnya
sembari menguap lebar, dia baru saja terbangun dari tidurnya. Turun dengan berseluncur di bahu tangga sudah menjadi kebiasaan pria itu, tak sampai lima detik Deangelo sudah berada di lantai bawah.

Krek!

Pintu kamar Astrella terbuka, Deangelo tiba-tiba saja mematung di tempatnya. Jika biasanya ia melihat Astrella yang keluar dengan memakai tongkat, kini Deangelo melihat gadis lain dalam keadaan seperti itu. Dilihatnya Clara berjalan sangat pelan, ketukan tongkat terdengar begitu jelas.

Saat tiba di depan meja, Deangelo segera melangkah mendekat untuk menuangkan air lebih dulu. Ia menuang tanpa suara dan meletakkan gelas itu tepat di depan sang gadis.

Clara mengulurkan tangan dan meraba di atas meja, tak butuh lama ia untuk menemukan gelas berisi air itu. Masih terasa hangat dan sepertinya penuh, ia pun langsung meneguknya hingga tandas.

Setelah itu Clara kembali berbalik dan melangkahkan kakinya, lalu berhenti saat sejajar dengan tangga, ia menoleh ke atas. Dalam pikirannya pemilik kamar di atas sana masih tidur, nyatanya sedang berdiri di belakangnya.

Helaan nafas berat keluar, setitik air keluar dari raut sedih gadis itu. Namun bibirnya mengulas senyum indah, Clara benar-benar tidak bisa melihat lagi pria yang dicintainya itu. Untung saja dia sudah merekam jelas, sehingga wajah Deangelo akan tersimpan rapi di ingatannya.

Setelah punggung itu hilang di balik pintu, tubuh Deangelo merosot lemah. Lututnya tiba-tiba melemah, dan sekelebat bayangan menyakitkan melintas di depan mata.

“Mau apa ke sini?”

“Cuma mau liat lo.”

 “Gak punya malu banget, sih? Urat malu lo udah putus?!”

Jadi ini maksud perkataan Clara hari itu, Deangelo memegangi dadanya yang sangat penuh dengan sesak. Pria itu menggepuk-gepuk kepalanya mengingat perkataannya yang begitu sarkas, dia benar-benar menyesali ekspresi wajah yang begitu kejam yang saat itu diperlihatkannya.

jika tahu hari itu adalah hari terakhir Clara melihat wajahnya, Deangelo akan tersenyum walaupun Clara tidak meminta sekalipun. Dia tidak akan meninggalkan gadis itu menangis sendirian dengan bersimpuh.

Deangelo benar-benar akan menciptakan wajah dan senyuman indah untuk Clara simpan di benaknya. Andai tahu, Deangelo hanya akan berperilaku baik pada gadis yang masih membuat jantungnya berdetak hebat sampai detik ini.

“Berat banget, Tuhan ....” Pria itu menepuk-nepuk dadanya yang semakin kencang saja sesaknya.

***

Di sisi lain, Allerick sedang berdiri di bawah pohon rindang menatap bundanya yang sedang memandangi bunga Craspedia. Sudah lama sekali, Allerick kira sang bunda akan sembuh sebentar lagi, namun dia hanya bisa lelah dalam penantiannya. Almeida sama sekali belum bisa mengontrol diri dengan benar.

SAYONËËTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang