• Students

246 40 0
                                    

-- Kediaman Hattori Hanzo --
Seorang pendiri klan ternama tengah menyiuk secangkir sake kedalam cawan, ia berada di dojo dengan ditemani oleh sekelompok ninja. Ninja-ninja itu tidak bergerak sedikitpun selain duduk dengan tatapan yang amat sangat fokus, entah apa yang mereka pandangi.

"Minum sake tanpa seorang teman rasanya membosankan, ditambah isteriku tidak pernah mau menemaniku. Ah.. sungguh menyedihkan." ia pun meminum sake tersebut dalam satu tegukan.

Sejak dulu, dojo ini adalah tempat untuk melatih seseorang yang berniat untuk menjadi ninja ataupun assassin. Tapi sayangnya.. Hattori tidak menerima murid baru lagi semenjak adanya masalah dibeberapa tahun lalu. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa Hattori akan pensiun menjadi ninja.

"Waktu itu aku sudah mengambil keputusan yang tepat, merawat dia layaknya anak sendiri merupakan pilihanku. Walaupun takdir berkata lain, aku hanya bisa berharap kalau dia tumbuh hebat diluar sana." Hattori berkata sendiri, menatap sisa sake diatasnya.

Kata-kata itu bukan untuk Hayabusha, namun untuk seseorang yang pernah ia rawat dahulu. Meski begitu Hattori tidaklah pilih kasih, rasa sayang yang ia miliki tetap sama antara mereka berdua.

"Baiklah, saatnya bagiku untuk jalan-jalan sebentar." kemudian Hattori bangkit, berjalan ke ambang pintu tanpa memperhatikan ninja yang ada disana. Well, mereka cuma murid.

Jalan-jalan menurut Hattori tidak mencakup pada hal yang penting, setidaknya cara ini dapat menjernihkan pikirannya ketika ia mendapat masalah atau stress. Yah, mau bagaimana pun.. Hattori tetaplah manusia biasa.

"Sensei." terdengar suara wanita menanggil.

Tapi panggilan itu sama sekali tak terdengar, Hattori terus berjalan di teras aula sambil menguap—bahkan wajahnya kelihatan merah, ah kayaknya dia sudah mabuk.

Karena tahu bahwa suaranya tak mungkin didengar, wanita tersebut menyusul dibelakangnya dan langsung berseru... "SENSEI!"

"W—Woah! Kau mengagetkanku!" dalam sekejap akhirnya Hattori merespon, walaupun reaksi konyolnya itu agak lucu. "Ah.. ternyata kau."

"Langsung saja ke intinya, sensei. Mulai lusa aku mau pulang ke kampung halamanku bersama Scarlett, itupun kalau sensei mengizinkan."

"Hey, bukankah terlalu cepat? Kau dan Scarlett baru empat bulan disini. Bahkan kalian belum kukenalkan pada puteraku."

"Aku tidak butuh itu, kedatangan kami kemari hanya karena Master Li Bai. Lagipula aku dan Scarlett sudah menguasai banyak teknik yang kau ajarkan, tidak ada lagi yang mesti kami pelajari."

"Tapi—"

"Apa kau mengizinkan, sensei?" secepat kilat wanita itu memotong, tentu dengan tatapannya yang meremehkan.

"Yah.. aku izinkan, sih. Tapi satu hari sebelum kau pulang—Aku mau menguji teknik-teknik yang sudah kau kuasai. Jadi pastikan kau dan Scarlett menemuiku di lahan belakang, mengerti?"

"Hmph, itu hal yang mudah!"

________________________________
.

.
Isolated Love
"Students"
.

.

©Wibukun
________________________________

-- SMA Moonton --
Kelas terlihat begitu tenang, para murid sedang fokus mengisi soal yang baru saja diberikan oleh Chou si guru sejarah.

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang