• Question

221 34 2
                                    

Hayabusha berada didalam kereta, tak lain untuk pergi menemui Hanabi. Alasan mengapa ia pergi malam ini hanya karena ingin menjelaskan tentang perasaannya, namun.. apakah ia bisa?

"Benar, apa aku bisa menjelaskan perasaanku yang sebenarnya?" kata Hayabusha dalam hati.

Memakan waktu setengah jam, akhirnya Hayabusha sampai ditempat tujuan. Hanabi tinggal di kampung halaman yang sama, meski demikian Hayabusha tidak berencana untuk pulang. Jujur ia tidak mau bertemu dengan Hattori ataupun Fuyumi.

"Mumpung belum terlalu malam.. sebaiknya aku buru-buru." sambil berjalan Hayabusha berbicara sendiri.

Langkah kakinya terus berjalan menyusuri jalan setapak, tanah itu sedikit lembab—terhitung desa ini sering muncul kabut karena berada di dataran tinggi. Angin malam memberikan suasana sejuk namun juga dingin, Hayabusha pun memperhatikan sekitar, melihat banyak rumah yang bentuknya sederhana.

"Aku.. merindukan suasana ini, suasana dimana aku tinggal di tempat yang sangat damai." hati kecilnya berkata.

**Written By ©Wibukun**

Pada akhirnya Hayabusha berhenti melangkah, ia berdiri didepan gapura. Gapura tersebut memiliki bentuk yang besar tanpa corak, warnanya merah dan juga dihiasi banyak lonceng. Tak perlu heran, desa ini adalah desa yang masih dihuni oleh sebagian penduduk dengan kepercayaan agama yang tinggi, mereka sering berkunjung ke kuil untuk berdo'a.

Ada air mancur ditengah sana, dan jalan setapak disebelah kiri dan kanan. Karena Hayabusha akan pergi ke rumah Hanabi, maka ia mengambil jalur kiri agar ia bisa sampai lebih cepat—bisa saja ia memakai jalur lain, tapi.. Hayabusha tidak mau memutar, apalagi jalur itu mengarahkan ke tempat tinggal Hattori.

Hayabusha menggesekkan telapak tangan untuk menghilangkan hawa dingin, bahkan hembusan nafasnya sampai berasap—se-begitu dinginnya 'kah?

"Aku tidak mau berlama-lama, tujuanku hanya bertemu Hanabi dan menjelaskan perasaanku padanya. Aku tidak mau basa-basi."

Menghabiskan waktu 15 menit, akhirnya Hayabusha sampai didepan perguruan besar clan Yoshiotora. Perguruan milik ayah Hanabi tidak sebesar Hattori Hanzo, meski begitu tempat tersebut kelihatan lebih besar karena mempunyai lahan yang luas.

Perlahan-lahan ia berjalan memutari dojo, kamar Hanabi berada dipaling ujung. Saat langkah kakinya sampai dihalaman belakang... Hayabusha tiba-tiba berhenti sambil melihat kolam ikan yang dipenuhi oleh berbagai macam jenis ikan dan kura-kura.

"Bodoh, kenapa aku malah mengingat masa kecilku? Ingatlah tujuanmu kesini, Hayabusha!" ia menyadarkan diri sendiri.

Krek!
Secara tak sengaja kakinya menyenggol sebatang kayu, dan...

Plung!
Kayu tersebut jatuh kedalam kolam ikan sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"Sial, kenapa ada kayu disitu, sih!" panik dan waswas, ia pun segera beranjak menggunakan gerakan yang sangat cepat.

Beruntung Hayabusha tidak ketahuan, walaupun dirinya berhasil sembunyi menggunakan teknik itu—namun rasanya cepat sekali lelah.

"Aku.. fuhhh.. masih.. belum bisa menguasainya.." ucap Hayabusha sembari terengah-engah.

Teknik yang ia gunakan tidaklah sia-sia, malahan ia berhasil sampai di depan kamar Hanabi.

"Hanabi.. apa dia ada didalam? Atau.. dia sudah tidur?" pelan-pelan Hayabusha bergumam.

Mengambil kesimpulan bahwa mungkin saja Hanabi memang ada didalam kamarnya, ingin sekali mengetuk pintu, tapi...

"Jantungku berdegup sangat cepat.. padahal aku sudah berniat untuk mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak mau membohonginya lagi cuma karena tuntutan keluarga. Aku.. harus bisa!"

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang